Read More >>"> Dua Sisi (14 - Diam-diam Peduli) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dua Sisi
MENU
About Us  

Jangan takut. Aku selalu disini. Aku tak akan pergi. Aku selalu disisimu.

-Dua Sisi-

"Bentar ya, lo duduk dulu. Gue mau panggil abang gue."

Chandra mengangguk patuh. Ditelusurinya setiap sudut kafe milik kakak tertua Jiyo. Jika seperti ini Chandra bersyukur memiliki seorang mantan yang masih peduli terhadapnya. Ah ralat. Maksudnya teman lama yang masih peduli padanya.

"Hei, lo pasti Chandra pacar pertama dan mantan satu-satunya adek gue ya?"seorang pria jangkung datang dari area dapur dengan Jiyo yang mengekori dibelakang sambil membawa satu gelas cola.

Chandra tak menjawab hanya tersenyum kikuk. Sekarang dia tau darimana sifat sok asik Jiyo.

"Apaan sih bang? Jangan buat anak orang jadi engga nyaman gitu dong."

Pria jangkung itu tersenyum geli lantas didudukinya kursi disebrang Chandra.

"Kalo omongan abang gue mulai ngelantur, engga usah lo dengerin. Nih minum! Gue masuk dulu,"Jiyo menatap sang kakak, memasang wajah awas kemudian berlalu pergi ketika kakaknya hanya membalas dengan sebuah cengiran bodoh.

Kakak Jiyo masih tertawa geli, "semenjak kalian putus, dia jadi selektif cari cowok. Kayaknya susah cari cowok yang kriterianya kayak lo jadi ya gitu tetep aja jomblo sampai sekarang."

Chandra balas tersenyum,"jangan buat gue besar kepala dong, Bang,"ucapnya kemudian.

"Hahah, bukan maksud gitu tapi ya itu kenyataannya. Btw, gue Chiko. Lo bisa manggil bang, mas atau calon kakak ipar, seenaknya lo aja,"sahut kakak Jiyo memperkenalkan diri tetap dengan gaya jenakanya.

"Gue Chandra, cowok yang bikin adeknya susah move on. Gue panggilnya abang aja kali ya?"

Chiko tertawa, suka ketika umpannya dibalas dengan guyonan juga.

"Boleh, asal jangan dikasih embel-embel kang bakso dibelakangnya."

Chandra tertawa sambil menganggukan kepala. Mengiyakan ucapan Chiko.

"Tapi lo harus bisa jadi apa aja disini. Pelayan iya, barista iya, tukang cuci iya. Engga apa?"

Chandra mengangguk lagi, "engga apa kok, bang. Gue itu pekerja keras kok."

"Okeh. Lo gue terima. Besok lo bisa mulai kerja. Soal jadwal kerja lo nanti gue kabarin lagi,"jelas Chiko.

Chandra kembali mengangguk, "makasih ya bang. Gue janji bakal kerja dengan sungguh-sungguh,"yakinnya.

Chiko tersenyum lantas membalas jabat tangan Chandra, "iya gue percaya sama lo."

"Jadi kapan balikan lagi sama adek gue?"

Chandra tersenyum kikuk. Tidak tau harus menjawab bagaimana.

"Dia kayaknya masih berharap sama lo,"lanjut Chiko.

"Siapa yang dimaksud abang dengan masih berharap itu?"tiba-tiba Jiyo datang dari arah toilet dengan tatapan mengintimidasi.

"Lagi ngomongin gue ya?"duganya.

"Eh, eum. Maaf nih. Bang. Eung Ji. Hari ini gue ada kuliah. Gue pamit dulu ya,"pamit Chandra tak mau terkurung dalam situasi canggung karena pembahasan masa lalu yang tak seharusnya diungkit lagi. Karena nyatanya. Sebanyak apapun pertanyaan mengenai dia yang mungkin saja balikan dengan Jiyo. Maka jawabnya akan sama. Dia tidak bisa. Bukan hanya karena masalah hati. Jelas. Siapapun tau jika Chandra masih sangat mencintai Rose namun karena ada alasan lain yang membuatnya dan Jiyo tidak bisa bersatu.

*

Lisa duduk bersama teman-temannya kecuali Chandra dan Rose. Pagi-pagi sekali dia mendapat kunjungan dadakan dari Sharon-adik Rose. Dia bingung akan kehadiran tiba-tiba Sharon pasalnya dia tidak terlalu dekat dengan adik sahabatnya itu. Dia hanya sekedar tau nama dan sesekali mengobrol. Jadi aneh saja jika dia mendapat kunjungan dadakan itu namun setelah mendengar cerita Sharon, paginya yang dia pikir damai jadi berubah panas. Bagaimana tidak? Tentu saja dia emosi setelah mendengar cerita Sharon. Bagaimanapun Rose adalah sahabatnya. Dan dia marah karena Rose yang baik tiba-tiba memiliki pengagum rahasia.

"Lah anjir, itu beneran? Beneran si oce diteror? Diteror kayak di tivi-tivi itu?"heboh Bambang.

Lisa merotasi bola matanya malas.

"Iya Bambang. Masa gue bohong sih. Lagian emang teror cuma ada ditivi,"balas Lisa malas.

"Tapi bener juga kata si pea. Zaman sekarang emang masih ada ya orang yang suka neror-neror gitu. Hidupnya pasti cuma jadi pengecut, buktinya dia cuma berani ngancem dan main belakang, cemen banget,"timpal Januar Kaesang atau terkadang dipanggil JK tapi bukan JK bapak wakil presiden kita.

Lisa merogoh saku celananya, berniat memberi bukti karena dua orang lelaki yang duduk satu meja dengannya itu meragukan ceritanya.

"Nih gue kasih buktinya,"Lisa menaruh ponsel diatas meja. Memperlihatkan chat antara si peneror dengan Rose hasil screenshot yang dilakukan Sharon diam-diam di ponsel Rose. Bahkan ada bukti foto paket bangkai tikus juga.

Seketika semua kepala saling berdempetan ingin melihat kecuali Namira yang sudah diberitahu lebih dulu.

"Bangsat!"maki Yogi tanpa sadar.

"Jadi ini teh beneran? Lah cari mati bener tuh peneror,"kesal Bambang.

"Terus lo udah cari tau siapa penerornya?"tanya Jino yang baru buka suara.

Lisa mengangguk lantas menghela berat.

"Iya. Gue udah usaha nelpon balik tapi engga diangkat jadi ya gue chat aja tuh nomer kekirim sih tapi engga dibales ya udah deh gue telpon lagi eh taunya udah engga aktif. Ya jadi ya gitu deh.. Eun engga sempet gue lacak tuh nomer. Iya gue tau gue bego. Jadi tolong jangan hujat gue soalnya gue udah sadar diri,"cerita Lisa tak bersemangat.

"Harusnya lo diskusiin ini dulu sama kita-kita Lisa,"gemas Januar.

"Ya maaf, abis gue udah terlanjur emosi sama penasaran,"sedih Lisa.

"Ngomong-ngomong. Rose dimana sekarang?"tanya Jino. Semua pandangan para lelaki otomatis melihat kearah Lisa dan Namira.

"Di kelas. Setengah jam yang lalu dia bilang lagi di kelas,"jawab Namira.

"Pokoknya kalian berdua harus selalu sama Rose,"ucap Yogi.

"Iya, Gi. Engga usah lo suruh juga bakal kita lakuin,"balas Lisa.

"Pokoknya kita harus cari tau siapa pelaku itu, kita harus nemuin dia,"ucap Januar menggebu-gebu.

"Kalian mau nemuin siapa?"

"Itu lho-"

"Heh! CHANDRA?!"

"Apaan sih? Kalian kok kaget gitu liat gue?"

*

Rose membantu membawa barang-barang bawaan Jasper ke dalam mobil.

"Iya, Lisaku. Gue udah pulang. Iya, ini gue lagi di rumah lagi bawain barang-barangnya si boncel. Iya ih.. gue engga papa. Lo kok kayak khawatir banget gitu sama gue?"

Jasper yang sedang menyusun kardus-kardus di bagasi belakang lantas melirik sang kakak tajam.

"Sorry kak. Gue boncel gini juga ada alesannya."

Rose menaruh ponselnya di saku celana lantas tertawa,"mana ada pendek ada alesannya. Pendek tuh takdir adikku. Terima kenyataan aja sih."

Jasper mendengus lantas memilih memeriksa barang bawaannya daripada beradu mulut dengan Rose. Jasper terkejut ketika Rose tiba-tiba menepuk-nepuk bahunya dengan penuh kasih dan tatapan hangat.

"Engga kerasa ya lo ternyata udah mau jadi mahasiswa aja, rasa-rasanya baru kemarin lo ngerengek karena engga dibeliin mobil-mobilan sama ayah,"ucap Rose.

"Eh, tapi kok dari zaman SMP tinggi lo segini aja ya engga ada kemajuan, Jas?"lanjut Rose dengan tatapan jahil.

Jasper mendengus, kalau tidak ingat Rose adalah kakaknya sudah barang tentu dia memaketkan kakaknya itu kepada si mantan pacar. Biar mereka balikan. Kasihan, tawa sang kakak tak selepas biasanya. Selalu ada kabut tipis di matanya yang sewaktu-waktu dapat tumpah.

"Lho kok diem? Tumben engga bales ledekan teteh?"

"Teh."

"Eum, apa?"

"Lo mau tau satu rahasia engga?"tanya Jasper sok misterius.

"Rahasia apa?"

"Tapi janji abis ini lo jangan benci sama ayah,"balas Jasper.

Rose menatap bingung. Dahinya mengerut. Dalam pikirannya seketika berputar banyak opini.

"Emang kenapa sama ayah?"

"Jadi gini, gue dapet cerita ini dari Sharon. Sharon bilang dia takut mau cerita ini ke teteh. Takut teteh berubah benci sama ayah. Tapi teh, jujur gue juga agak sebel sama sikap ayah yang satu ini,"jelas Jasper bertele-tele.

"Cerita aja, semarah apapun teteh sama ayah. Teteh engga akan benci ayah kok. Gue sadar diri."

Jasper mengangguk paham.

"Jadi ayah pernah mau bayarin uang ganti rugi pas Johan masuk penjara itu asal bang Chandra bisa putus sama teteh. Iya, ayah nyuruh kalian putus. Tapi bang Chandra nolak uang itu dan karena bang Chandra menghormati ayah. Akhirnya dia ngalah. Mungkin itu alasan bang Chandra tiba-tiba berubah dan minta putus. Teh, sebenernya gue juga kecewa kalian putus. Jujur gue suka bang Chandra jadi ipar gue. Dia orang baik dan teteh pantes dapetin orang baik kayak bang Chandra,"cerita Jasper panjang.

Tanpa sadar kabut tipis itu telah berubah dengan airmata. Karena tak mau sang adik melihatnya yang sedang menangis. Rosepun membalikkan badan.

"Kayaknya mustahil teteh sama dia balikan, Jas."

"Kok gitu?"

"Ya karena dia udah dapet penyembuh luka hatinya. Dan orang itu bukan teteh,"jawab Rose sambil tersenyum miris.

"Bang, barang-barangnya udah kamu cek semuanya belum? Ada yang ketinggalan engga?"tanya ibu yang datang bersama Sharon dibelakangnya.

Sharon menatap Jasper curiga karena sekilas dia melihat Rose sedang menghusap mata.

Jasper mengacak rambut Sharon lantas menjawab pertanyaan sang ibu,"engga ada yang ketinggalan kok, bu. Tadi teteh udah bantu abang buat ngecekin."

Ibu mengangguk, "ya udah ayo berangkat. Shae, panggil ayah kamu sana."

Sebelum mengikuti perintah ibu, Sharon kasih sempat-sempatnya menatap kesal Jasper.

"Udah sana panggilin ayah."

Sharon mendengus lantas kembali berjalan masuk.

"Kak kamu jagain rumah ya. Kalau kamu pergi jangan lupa kunci pintu sama cek jendela rumah udah ke kunci semua belum dan jangan lupa matiin kompor kalau habis masak,"nasihat ibu.

Rose mengangguk.

"Ih Ibu.. kan teteh cuma ditinggal sehari doang. Lagian teteh udah gede. Masih aja dinasehatin gitu. Yang bakal ditinggal ibu buat tinggal sendiri kan bukan teh oce,"timpal Jasper.

"Yee.. kalau iri bilang aja,"balas Rose.

Jasper menatap Rose. Mengkode sang kakak.

Rose mengangguk lantas mengangkat satu ibu jarinya seolah mengatakan dia baik-baik saja.

"Kalau ada orang yang nyakitin teteh. Bilang aja sama gue. Gue pastiin langsung balik dan jotos wajah orang itu,"bisik Jasper.

Rose tersenyum. Bersyukur memiliki adik-adik yang pengertian terhadapnya.

"Ayo berangkat!"seru Sharon.

*

Rose sudah bersiap tidur kala tiba-tiba ponselnya terus berbunyi karena notifikasi pesan yang menumpuk. Rose hendak mengabaikan dan pergi tidur tapi ponselnya terus berbunyi jadi dia mengambil ponsel hendak mengganti mode diam tapi niatnya terhenti detelah sadar puluhan notifikasi tersebut dari peneror.

"Akh!"

Rose membuang ponselnya asal karena peneror mengirimkannya gambar menyeramkan. Makin hari peneror itu makin menggila.

Ponselnya tiba-tiba berdering. Ada panggilan masuk dari nomer asing. Tapi Rose tau itu adalah nomer si peneror jadi dia memilih tak mengangkatnya.

Di luar angin bertiup kencang. Suaranya terdengar jelas dari jendela kamar. Dan tepat ketika ponselnya tak lagi berbunyi. Pintu rumah terdengar diketuk dari luar. Rose makin dibuat ketakutan. Gadis itu mengambil ponselnya yang jatuh dilantai lantas meringkuk dibalik selimut sambil menangis. Suara ketukan itu masih terdengar. Sialnya Rose tengah sendirian di rumah. Pikirannya mulai tak sinkron. Dia terus memikirkan hal buruk hingga membuatnya justru semakin takut.

Karena tak bisa berpikir jernih. Rose meraih ponsel lalu dengan tangan gemetar dia menelpon seseorang.

"Haloo.."

Rose tersentak. Dia melihat nama kontak seseorang yang dia telpon.

Chandra?

Sial. Karena kalut dia mematikan telpon kemudian menyelimuti semua bagian tubuhnya.

"Rose bego, bego bego bego! Kenapa nelpon dia sih?"racaunya dibalik selimut.

Drrt.. drrt..

Ponselnya berbunyi.

Pitakku ? is calling..

Rose gelisah ditempat antara mengangkatnya atau tidak.

Brush!

Hujan tiba-tiba turun. Panggilan dari Chandra berakhir diganti oleh panggilan masuk dari peneror. Rose makin kalut. Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang. Dan dia mungkin akan terjaga hingga pagi.

Pitakku ? is calling..

Chandra kembali menelpon jadi tanpa pinggir panjang Rose langsung mengangkatnya dan dia baru sadar jika itu adalah panggilan video ketika Chandra memintanya menatap layar.

"Kamu ngapain nelpon?"

Rose menggigit bibir bawahnya. Matanya tak berani menatap layar ponsel.

"Kamu kenapa? Rose? Roseanne? Hei emangnya yang lagi ngomong sama kamu itu langit-langit?"

Rose menunduk. Gadis itu menangis. Lagi. Rasa takutnya kini berganti rindu setelah melihat Chandra walaupun tidak secara langsung.

Chandra tampak terkejut. Walau tidak ada isakan dia tau Rose tengah menangis.

"Maaf, tadi ak-gu.. gue salah pencet,"ucap Rose, "gue ma-"

"Kamu lagi sendirian di rumah ya?"

Rose terkesiap. Darimana Chandra bisa tau?

"Kamu lupa ya? Kalau kamu ditinggal di rumah sendiri, kamu kan selalu nelpon aku. Minta video call. Minta ditemenin. Katanya takut sendirian di rumah. Terus kamu minta aku nyanyiin, terus terus aku ditinggal molor deh sama kamu,"ucap Chandra lancar bahkan diakhiri senyum. Seakan lupa jika mereka berdua telah putus sebulan yang lalu.

Setelahnya berakhir canggung. Rose menundukkan kepala sedang Chandra menatap langit-langit kamarnya sambil menggaruk belakang kepala.

"Maaf.."

Rose diam enggan menjawab.

"Mau aku nyanyiin?"

Tanpa menunggu jawaban, Chandra menaruh ponselnya entah dimana yang jelas agar Rose masih tetap bisa melihatnya. Setelah mendapat posisi yang pas. Chandra segera mengambil gitar, mengeceknya sebentar kemudian mulai memainkannya dengan nada yang benar.

"Kamu tidur gih. Biar aku nyanyiin."

Rose tak mau ambil pusing. Dia memposisikan dirinya senyaman mungkin lalu ketika Chandra mulai menyanyi sambil memejamkan mata gadis itu menangis dalam diam.

Kenapa kamu kayak gini Chan? Kenapa kamu masih peduli jika begini bagaimana aku bisa menata hatiku?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
Cheossarang (Complete)
9604      1586     3     
Romance
Cinta pertama... Saat kau merasakannya kau tak kan mampu mempercayai degupan jantungmu yang berdegup keras di atas suara peluit kereta api yang memekikkan telinga Kau tak akan mempercayai desiran aliran darahmu yang tiba-tiba berpacu melebihi kecepatan cahaya Kau tak akan mempercayai duniamu yang penuh dengan sesak orang, karena yang terlihat dalam pandanganmu di sana hanyalah dirinya ...
AraBella [COMPLETED]
32219      2987     12     
Mystery
Mengapa hidupku seperti ini, dibenci oleh orang terdekatku sendiri? Ara, seorang gadis berusia 14 tahun yang mengalami kelas akselerasi sebanyak dua kali oleh kedua orangtuanya dan adik kembarnya sendiri, Bella. Entah apa sebabnya, dia tidak tahu. Rasa penasaran selalu mnghampirinya. Suatu hari, saat dia sedang dihukum membersihkan gudang, dia menemukan sebuah hal mengejutkan. Dia dan sahabat...
Dinding Kardus
8390      2144     3     
Inspirational
Kalian tau rasanya hidup di dalam rumah yang terbuat dari susunan kardus? Dengan ukuran tak lebih dari 3 x 3 meter. Kalian tau rasanya makan ikan asin yang sudah basi? Jika belum, mari kuceritakan.
Denganmu Berbeda
7496      2253     1     
Romance
Harapan Varen saat ini dan selamanya adalah mendapatkan Lana—gadis dingin berperingai unik nan amat spesial baginya. Hanya saja, mendapatkan Lana tak semudah mengatakan cinta; terlebih gadis itu memiliki ‘pendamping setia’ yang tak lain tak bukan merupakan Candra. Namun meski harus menciptakan tiga ratus ribu candi, ataupun membuat perahu dan sepuluh telaga dengan jaminan akan mendapat hati...
DEVANO
543      338     1     
Romance
Deva tidak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Mega bisa begitu berpengaruh untuk hidupnya. Dan untuk pertama kalinya setelah hari itu, Dio-mantan sahabatnya, ikut campur dalam urusannya. Padahal, biasanya cowok itu akan bersikap masa bodo. Tidak peduli pada semua yang Deva lakukan. Ternyata, pertemuan itu bukan hanya milik Deva. Tapi juga Dio di hari yang sama. Bedanya Deva lebih berun...
LARA
7309      1810     3     
Romance
Kau membuat ku sembuh dari luka, semata-mata hanya untuk membuat ku lebih terluka lagi. Cover by @radicaelly (on wattpad) copyright 2018 all rights reserved.
Titip Salam
2909      1189     15     
Romance
Apa kamu pernah mendapat ucapan titip salam dari temanmu untuk teman lainnya? Kalau pernah, nasibmu hampir sama seperti Javitri. Mahasiswi Jurusan Teknik Elektro yang merasa salah jurusan karena sebenarnya jurusan itu adalah pilihan sang papa. Javitri yang mudah bergaul dengan orang di sekelilingnya, membuat dia sering kerepotan karena mendapat banyak titipan untuk teman kosnya. Masalahnya, m...
Memoar Damar
5857      2679     64     
Romance
Ini adalah memoar tiga babak yang mempesona karena bercerita pada kurun waktu 10 sampai 20 tahun yang lalu. Menggambarkan perjalanan hidup Damar dari masa SMA hingga bekerja. Menjadi istimewa karena banyak pertaruhan terjadi. Antara cinta dan cita. Antara persahabatan atau persaudaraan. Antara kenangan dan juga harapan. Happy Reading :-)
seutas benang merah
1935      757     3     
Romance
Awalnya,hidupku seperti mobil yang lalu lalang dijalan.'Biasa' seperti yang dialami manusia dimuka bumi.Tetapi,setelah aku bertemu dengan sosoknya kehidupanku yang seperti mobil itu,mengalami perubahan.Kalau ditanya perubahan seperti apa?.Mungkin sekarang mobilnya bisa terbang atau kehabisan bensin tidak melulu berjalan saja.Pernah mendengar kalimat ini?'Jika kau mencarinya malah menjauh' nah ak...
Einsam
338      239     1     
Romance
Hidupku sepi. Hidupku sunyi. Mama Papa mencari kebahagiaannya sendiri. Aku kesepian. Ditengah hiruk pikuk dunia ini. Tidak ada yang peduli denganku... sampai kedatanganmu. Mengganggu hidupku. Membuat duniaku makin rumit. Tapi hanya kamu yang peduli denganku. Meski hanya kebencian yang selalu kamu perlihatkan. Tapi aku merasa memilikimu. Hanya kamu.