Namanya Dhilla Putri, kulitnya agak gelap, menggunakan kacamata minus satu, dan memiliki lesung pipi, dengan segala kekurangan serta kelebihan dan semua ada karena Allah subhanahuwata'ala. Siapa yang tidak menyukai sebuah pujian? SIapa yang tidak menyukai sebuah sanjugan? Manusia menyukai hal hal tersebut, termasuk Dhilla. Ia mengetahui sebuah fakta nyata yang sebenarnya ia ketahui namun tidak pernah di anggap. Fakta bahwa penilaian sebenarnya hanya ada di mata Allah semata. Lalu mengapa manusia sibuk memperbaiki diri dengan niat mendapat pujian dan sanjungan? Padahal semua itu tidak akan berarti di maha sang pencipta alam semesta beserta isinya. Itulah pemikirannya sejak menyadari akan fakta yang pernah ia biarkan begitu saja.
Pagi ini seperti hari sebelumnya, Dhilla bersiap untuk sekolah di salah satu SMK Kesehatan di daerah Cianjur dengan jurusan Farmasi. Menjadi anak rantau yang jauh dari orangtua membuatnya terbiasa melakukan semua hal sendiri itupun jika Dhilla bisa melakukannya. Jarak dari kostsan ke sekolah cukup dekat, hanya saja Dhilla lebih suka berangkat pukul enam kurang lima belas menit, mengapa? Karena ia menghindari kepadatan jalan dan keramaian jika berangkat pukul enam lebih tiga puluh menit. Dengan berjalan kaki, serta earphone di telinga Dhilla mendengarkan lagu bias favoritnya yakni BTS. Akhir akhir ini hujan turun di kota Cianjur, membuat para petani pengelola sawah dapat bercocok tanam. Jalan yang biasa Dhilla lewati merupakan perumahan yang belum selesai sepenuhnya. Dan lagi lagi ia menemukan keong sawah dari yang cukup besar sampai kecil ada di tengah jalan, beberapa sudah hancur cangkangnya dan mati, mungkin karena terlindas motor. Dhilla membantu keong tersebut agar segera menepi, tau sendiri bukan bagaimana para keong berjalan? Setelah itu Dhilla kembali melanjutkan langkahnya untuk pergi ke sekolah. Sungguh mentari pagi begitu indah, Dhilla tidak ingin melewatkan kesempatan untuk melihat keindahan gratis yang telah Allah sediakan.
"Aku jadi ingat cerita mengenai api neraka yang pernah di turunkan ke bumi, naudzubillah sungguh dahsyat panas api neraka" ucap Dhilla sambil bergidik ngeri. Bagaimana tidak? Ia pernah melihat tayangan di youtube bahwa satu tetes saja api neraka jatuh ke bumi maka seluruh lautan yang ada di dumi akan terbakar oleh tetesan tersebut. Kurang lebih seperti itu isinya, Dhilla tidak habis fikir bagaimana panasnya. Dan seperti biasanya Kiran adalah orang pertama yang sudah berada di kelas karena rumah nya yang sangat jauh.
"Udah ngapalin belom?"
"Ngapalin apa?"
"Hari ini ada ulangan Farmakognosi" Dhilla lupa!! Ia lupa hari ini ada ulangan, Walaupun begitu tadi malam ia sudah membaca bukunya, catat! Hanya dibaca, belum tentu ia faham akan apa yang ia baca. Dengan cepat ia menghafal materi Farmakognosi, jika nilainya jelek tamatlah riwayatnya. Guru mata pelajaran Farmakognosi ini paling sulit memberi nilai diantara ke empat guru produktif lainnya mengingatnya saja membuat bulu kuduk nya berdiri. Ia baru saja membaca 3 kalimat, dan perutnya berbunyi. Tau sendiri bukan bagaimana anak kost? Ia belum sarapan, jika di biarkan maka penyakit maag nya akan kambuh, maka Dhilla memutuskan pergi kantin untuk membeli nasi uduk sebagai sarapannya. Ia makan sendiran di meja kantin, ia tidak memperhatikan sekitarnya yang difikirannya hanya cepat cepat membaca buku.
"Dhilla aku boleh duduk disini?" Dhilla hanya mengangguk tanpa melihat siapa yang bertanya. Terlalu cepat makan membuat gadis ini tersedak, ia langsung minum dan kaget melihat siapa yang ada didepannya.
"Rio?"
"Santai aja lagi makannya"
Rio Diansyah adalah pria yang akhir akhir ini dekat dengannya, ia jurusan analis kimia dan sebenarnya Dhilla malu berhadapan dengan Rio yang merupakan wakil ketua osis di SMK Kesehatan ini. Kenapa? Karena bagi Dhilla, dirinya tidak pantas dekat dengan wakil ketua osis sekaligus famous boys di sekolahnya.
"Kok diem aja Dhill? Gak bawel kaya di whatsapp"
"Kok disini?"
"Aku sekolah disini, ada yang salah?" Great, Dhilla melontarkan pertanyaan aneh, jelas jelas Rio disini karena sekolah disini. Dan selanjutnya, karena menahan malu Dhilla bertanya kembalii.
"Maksud aku, kenapa di kantin?"
"Aku laper, ada yang salah?" Baiklah Dhilla mulai bingung harus bertanya apa lagi.
"Sekarang aku tanya, kamu ngapain disini?" Akhirnya Rio balik bertanya, Dhilla hanya tersenyum sebagai jawaban.
"Nanti aku antar pulang ya?"
"Gak usah Yo, kostsan aku deket kok"
"Aku gak tanya kostsan kamu deket atau enggak kok, aku cuma mau anterin kamu"
"Gak usah Yo, ke kostsan aku jalan juga nyampe"
"Aku gak nanya Dhill, pokoknya aku antar. Kita searah kok"
"Ada pilihan lain?" Rio menggeleng tanda tidak ada pilihan untuk Dhilla
"Aku mau siapin buat upacara dulu ya? Jangan sombong ya Dhill kalo aku sapa kamu nanti, Aku duluan"
Inilah yang Dhilla tidak suka, jantungnya berdegup kencang tiap kali dekat Rio. Mungkin karena ketampanan seorang Rio yang mampu membuatnya terpukau. Bagaimana tidak? Rio itu di juluki es batu analis, sikapnya dingin, cuek, dan jarang berbicara kecuali penting, tatapan mata dari seorang Rio begitu tajam, alis tebal, dari kejauhan tatapan mata Rio nampak tajam, dan senyumnya? Dhilla baru tau kalo Rio mempunyai lesung pipi, bahkan matanya menyipit ketika tersenyum. Tapi, Dhilla gadis yang tidak pernah mengikuti OSIS, payah dalam hitungan dan olahraga berbeda dengan Rio yang pandai dalam semua bidang, namun Rio dengan mudahnya menyapanya.
"Rio punya nomer aku dari siapa ya?"
"Coco ayo ke lapangan upacara" ajak Windi Lestari sahabatnya yang masuk jurusan Farmasi juga tetapi berada di kelas XI FARMASI 1, sedangkan Dhilla di kelas XI FARMASI 3, Coco adalah panggilan sayang dari Windi untuk Dhilla.
"Wuwu tau gak?" Dan Wuwu adalah panggilan sayang dari Dhilla untuk Windi.
"Tau, Rio kan? Dari tadi aku ngeliatin kalian"
"Rio ganteng ya Wu?"
"Gantengan Rafa"
"Sayang pacar ceritanya:V"
"Udah deh Coco cepetan!"
"Bentar bayar dulu"
###
Ulangan Farmakognosi yang menjadi mata pelajaran terakhir di kelas XI FARMASI 3 telah selesai di laksanakan, bahkan nilainya pun sudah di umumkan. Dhilla mendapat nilai 50 pas, begitupun yang lainnya mendapatkan nilai dibawah 60. Kecuali Fuja yang mendapat nilai 100, dia salah satu siswi yang berprestasi di SMK Kesehatan ini. Dhilla tadi lupa susunan pembuatan simplisia, dia ingat poin poinnya tapi lupa urutannya.
Bel pulang sudah berbunyi, Dhilla dengan agak kesal merapihkan bukunya. Lalu keluar kelas untuk mencari Wuwu sahabatnya, gadis itu melihat Wuwu sedang berbicara dengan kekasihnya yakni kak Rafael yang merupakan kakak kelasnya. Coco tidak ingin menggangu mereka, ia memilih untuk menunggu di depan kelasnya. Notif di gadgetnya berbunyi, ternyata notif dari aplikasi khusus artis negri ginseng korea yang berwarna biru dan applikasi ini paling banyak di download terutama bagi para fangirl atau fanboy, biasnya sedang Live. Dhilla begitu bersemangat lalu membuka applikasi itu dan duduk di depan kelasnya.
"Coco" Itu suara Windi, Dhilla menoleh ke sumber suara.
"Ehh Wuwu udah selesai ngobrol sama kak Rafael?" Alih alih menjawab, Windi malah duduk dan bersandar di bahu Dhilla.
"Kenapa?"
"Gue putus sama Rafa Coo:(( "
"Loh kenapa?"
"Dia mau lanjut kuliah di Al Azhar Mesir"
"MasyaAllah, Alhamdulillah kalo gitu" Dhilla tersenyum lebar, membuat Windi kesal melihatnya.
"Kok malah seneng sih? Gue putus sama dia COCO"
"Inget!! Jangan bicara pake lo gue lagi Wuwu.. Kan kita udah sepakat" WIndi menangis sambil bersandar pada dinding.
"Gini ya Wuwu, aku pernah denger dari bu.Hilda. Kita hidup di dunia itu memiliki tujuan, dan kita harus cari apa tujuan hidup kita. Tujuan hidup itu bukan tentang bagaimana memperoleh banyak uang, memperoleh banyak teman, bukan soal itu. Karena harta, pasangan, teman, semuanya udah di tulis di lauhul mahfudz jadi gak perlu khawatir soal itu. Ingat kesepakatan kita untuk berubah bareng bareng?"
"Aku inget Co"
"Terus kenapa kamu gak husnudzon aja? Mungkin Allah lagi membantu perubahan kita dengan menjauhkan kita dari hal hal yang gak bermanfaat dan lebih dekat dengan-Nya"
"Dan lagi..." Belum selesai Dhilla bicara, Windi sudah memeluk Dhilla. Dan mengucapkan terimakasih karena sudah mengingatkannya. Begitulah sahabat, karena seribu teman akan kalah dari seorang teman sekaligus sahabat yang selalu mengingatkanmu mengenai akhirat. Sementara tak jauh dari mereka seseorang memperhatikan keduanya, terlebih lagi bagaimana Dhilla bicara.
'Itulah yang membuat aku mengangumimu' -secret-