Loading...
Logo TinLit
Read Story - Run Away
MENU
About Us  

Seusai shalat subuh, perempuan yang masih mengenakan piyama tidurnya itu, bergegas turun menuju dapur rumahnya. Ruangan itu sepi dan tidak ada pencahayaan disana, sehingga kali ini ia rasa pergerakannya aman. Bukannya apa-apa, ia hanya merasa malu jika kedapatan oleh ibunya sedang memasak di dapur. Mengingat ia tidak bisa masak sama sekali. Dan kemungkinan yang ia pikirkan saat ini adalah ibunya masih bertahan di kamar.

Semoga ibu gak keluar kamar, deh. Batinnya.

Dengan sedikit terburu-buru, Tara mengambil beberapa bahan masakan di keranjang yang letaknya tak jauh dari tempatnya berdiri. Bermodal hasil pencarian di internet, Tara jadi tahu bahan apa saja yang ia butuhkan agar nasi goreng pesanan tetangganya itu dapat ia buat sebagaimana seharusnya.

Permintaan pertama Dave hari ini; bekal nasi goreng buatan Tara.

Pertama kali Tara membacanya, ia sudah melotot. Bukan karena Tara pelit jika harus berbagi bekal dengan cowok itu. Ini tentang dirinya yang harus memasak. Tara tidak bisa. Kalaupun Dave ingin makan nasi goreng, Tara bisa meminta kepada Ibu untuk dibuatkan bekal nasi goreng tanpa dirinya yang harus memasak dahulu. Karena jika harus dirinya yang memasak, sudah dapat dipastikan bahwa hasil masakannya tidak seenak buatan ibu. Yang ada, Dave akan mengejeknya karena tidak bisa memasak. Dia akan bertambah malu.

"...Ini perlu pakai micin ga, ya?" Tanyanya pada diri sendiri setelah menyicip nasi goreng buatannya. "Gak usah, deh. Nanti kalau ditambahin makin gak jelas itu anak."

Setelah dirasa cukup, Tara menyelesaikan masakan perdananya itu. Mematikan kompor dan mendiamkan beberapa saat. Masakan tersebut tampak masih sangat panas karena asapnya yang mengepul dengan jelas, menguar dari nasi goreng itu.

Dengan mencomot salah satu tempat makan milik ibunya, Tara memasukkan masakannya itu kedalam sana dan menyusun ala kadarnya saja.

Yang penting rasanya, bukan penampilannya.

Tara tersenyum senang, akhirnya selesai juga. Dan sedikit terharu mengingat ia tidak bisa memasak, meski amatiran.

"Apaan, sih, lo, Ra, malah senyam-senyum! Udah kayak masakin pacar aja."

Senyumnya luntur ketika mengingat kelakuannya yang aneh. Ia bergidik dan merapalkan doa supaya disadarkan.

***

Bel istirahat berdering nyaring di setiap sudut penjuru sekolah. Suasana mendadak ramai apalagi kalau bukan sorakan bahagia setiap siswa yang kelaparan. Bukan hanya soal kelaparan, tapi juga karena rasa bosan terhadap mata pelajaran.

Begitu pula dengan Dave. Cowok itu bahkan sudah melonjak berdiri dari kursinya menuju tempat duduk Tara. Dengan cengiran lebarnya yang tengil, cowok itu menjulurkan tangannya terbuka, seperti meminta. Lebih tepatnya menagih secara tidak sabar bekal miliknya dari Tara.

"Iya, iya. Sabar dikit kek!" Sahut Tara ketika Dave sudah berisik sekali didekatnya.

"Gue laper. Cepat."

Lalu sebuah kotak makan berwarna biru muda pastel telah beralih ke tangan Dave. Tanpa ragu ia langsung memakan isinya dengan lahap, bahkan tanpa perlu duduk dikursi terlebih dahulu. Dave duduk diatas meja Tara acuh terhadap pemiliknya yang sudah menatap kearahnya kesal.

"Mau?" Satu sendok nasi goreng melayang didepan Tara.

"Enggak,"

"Nggak mau nyoba masakan sendiri?"

"Pasti nggak enak,"

"Sok tahu," Satu sendok itu kemudian beralih ke mulutnya, "Enak gini."

Tara menelan salivanya. Sejujurnya lama-lama ia ngiler. Apalagi Dave memakannya dengan sangat lahap, seolah masakannya itu enak sekali.

"Gue pake banyak micin dan gue anti makan micin," Bohongnya.

Dave ber-oh panjang sambil terus mengunyah nasi goreng sendok terakhirnya. "Boleh juga." Ia mengangguk-angguk, "Nih."

Tempat makan itu sudah habis isinya. Benar-benar bersih dihabiskan oleh Dave hanya dalam hitungan menit. Dave saja makan seperti orang kesetanan!

Dia nggak dikasih makan memangnya?

"Minum. Seret nih."

Dave langsung mengambil botol minum biru muda milik Tara yang ada di sisi kanan tasnya dan menegaknya cepat.

Tara sedikit melongo ketika isinya hanya tinggal seperempat saja.

Tara mendengus, "Lo tuh emang, ya, merugikan banget jadi manusia."

Dengan kesal, Tara meminum air minumnya sampai ludes hingga tidak ada yang tersisa sama sekali.

Tetapi setelah tersadar, ia menutup mulutnya seraya menatap Dave yang terkekeh. Sontak wajahnya memerah karena malu. Botol minumnya...

....mereka minum disudut botol yang sama.

***

Suasana sekolah sudah sepi sejak setengah jam yang lalu. Para pelajar sudah banyak yang memilih meninggalkan sekolah. Hanya beberapa saja yang masih bertahan. Termasuk Dave, apalagi Tara.

Jangan pikirkan bahwa Tara ingin berlama-lama disekolah karena badannya sudah pegal. Tenaganya sudah terkuras hanya untuk mengurus Dave seharian ini selain karena urusan belajar. Tara merasa sedang dikerjai habis-habisan olehnya, mungkin sekalian balas dendam terhadapnya yang tidak pernah berusaha beramah tamah.

HHHH. Buat apa baik sama dia? Rugi!

Seharusnya, 15 menit yang lalu, Tara sudah berada dirumah. Biasanya ia akan menghabiskan sisa harinya dikamar dengan menulis atau melakukan hal yang ia suka. Tetapi sekarang tidak. Disini, ditribun kursi penonton lapangan outdoor basket sekolahnya, ia harus menemani cowok itu. Melihat Dave bermain basket yang katanya ia tiba-tiba merasa rindu untuk sekedar bermain lagi.

Padahal, tepat disebelah rumah Neneknya, terdapat sebuah lapangan dengan ring basket. Bahkan ia sering main basket disana. Entah apa yang ada dipikiran Dave, Tara juga tidak ingin tahu

"Minum. Haus." Tangan yang lebar itu menengadah di depannya. Menanti Tara memberikan botol minum air mineral yang dibelinya tadi dikantin.

"Ih ini kan punya gue! Beli sendiri sana." Tolak Tara. Menjauhkan botol minumnya dari jangkauan Dave.

"Gue maunya punya elo,"

Tara menghela napas seperti mencoba bersabar. "Nggak! Lo kalau minta suka gak ingat diri."

"Nanti kalau habis tinggal beli baru." Ucapnya masih mengeyel.

"Ya sudah lo aja sana beli sendiri!"

"Hei-hei! Kalian kok berantem, sih?" Cowok yang sangat dikenali Tara itu, berjalan kearah mereka. Menatap geli, lalu tersenyum seperti menahan tawa. "Berantem karena minuman?" Ia terkekeh. Kedua matanya melirik botol minuman yang masing-masing sudutnya ditarik mereka.

"Ha-hai..Kak.." Sapa Tara terbata. Ia bahkan sudah melepaskan tarikannya pada botol itu. "Kakak ngapain disini?"

"Gue habis ada urusan sama guru, Ra. Lo sen-kalian sendiri mau ngapain disini?" Tanya Arlan balik kepada kedua adik kelas dihadapannya ini.

"Gue lagi main-main aja. Lama nggak main." Sahut Dave lalu menegak minumnya.

"Terus Tara ngapain?"

"Nemanin gue. Dia gak berani pulang sendiri soalnya." Sahut Dave lagi, ketika Tara baru saja akan menjawab. Ia bahkan sudah melotot kearah Dave akibat kebohongan yang diucapkan cowok itu, tapi namanya Dave tentu saja ia tidak akan terpengaruh.

Arlan mengangguk-angguk mengerti. "Atau mau pulang bareng gue aja, Ra? Rumah kita, kan, searah juga."

Senyuman diwajah Tara mengembang mendengar ajakan pulang bersama itu. Jarang-jarang ia bisa ditawari pulang bersama dengan Arlan. Ingat, ini adalah kesempatan yang jarang baginya untuk ajakan pulang bersama selain biasanya Tara yang meminta.

Tetapi sesaat itu juga, senyumnya perlahan hilang, ketika mendengar kalimat penolakan yang bahkan bukan dirinya yang mengatakan.

"Nggak usah, Ar. Lo naik motor, kan? Dia suka masuk angin kalau naik motor. Jadi dia bareng gue aja."

"Engg-"

Belum sempat mengatakan itu, Dave buru-buru memotongnya. Tara khawatir kalau Arlan akan mengira dirinya sebagai cewek matre.

"Lo balik duluan aja. Entar gue yang anter Tara pulang." Ujar Dave seperti ingin mengakhiri obrolan singkat mereka.

Meski merasa aneh, akhirnya Arlan pamit pergi. "Oke, gue balik. Kalian hati-hati pulangnya nanti."

Kemudian Arlan benar-benar pergi setelah membagi senyum hangatnya kepada Tara dan bersalaman dengan Dave ala anak-anak cowok.

"Permintaan kedua, pergi dan pulang sekolah bareng gue." Ucap Dave seperti menjawab wajah cemberut Tara sejak kepergian Arlan beberapa detik yang lalu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Piromaniak
5771      1680     5     
Romance
Dia merubah apiku dengan cahayanya
Bottle Up
3130      1282     2     
Inspirational
Bottle Up: To hold onto something inside, especially an emotion, and keep it from being or released openly Manusia selalu punya sisi gelap, ada yang menyembunyikannya dan ada yang membagikannya kepada orang-orang Tapi Attaya sadar, bahwa ia hanya bisa ditemukan pada situasi tertentu Cari aku dalam pekatnya malam Dalam pelukan sang rembulan Karena saat itu sakitku terlepaskan, dan senyu...
TO DO LIST CALON MANTU
1573      707     2     
Romance
Hubungan Seno dan Diadjeng hampir diujung tanduk. Ketika Seno mengajak Diadjeng memasuki jenjang yang lebih serius, Ibu Diadjeng berusaha meminta Seno menuruti prasyarat sebagai calon mantunya. Dengan segala usaha yang Seno miliki, ia berusaha menenuhi prasyarat dari Ibu Diadjeng. Kecuali satu prasyarat yang tidak ia penuhi, melepaskan Diadjeng bersama pria lain.
Balada Cinta Balado
15968      3201     19     
Humor
"Hidup atau dilahirkan memang bukan pilihan kita, tapi dalam HIDUP KITA HARUS MEMILIKI PILIHAN". Mungkin itu adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kehidupanku sekarang ini. Kehidupan yang sangat Liar Binasa menyedihkan. Aku sering dijadikan bahan bertema kehidupan oleh teman dan juga keluargaku sendiri. Aku tidak pernah menyangka rencana kehidupanku yang sudah disiapkan dengan ...
SiadianDela
9117      2381     1     
Romance
Kebahagiaan hanya bisa dicapai ketika kita menikmatinya bersama orang yang kita sayangi. Karena hampir tak ada orang yang bisa bahagia, jika dia tinggal sendiri, tak ada yang membutuhkannya, tak ada orang yang ingin dia tolong, dan mungkin tak ada yang menyadari keberadaanya. Sama halnya dengan Dela, keinginan bunuh diri yang secara tidak sadar menjalar dikepalanya ketika iya merasa sudah tidak d...
Jalan Yang Kau Pilih
1612      673     3     
Romance
Berkisah tentang seorang ayah tunggal yang mengurus anaknya seorang diri. Ayah yang sebelumnya seorang militer kini beralih profesi menjadi seorang pemilik kafe. Dia bertemu dengan wanita yang adalah wali kelas anaknya. Terlebih lagi, mereka adalah tetangga dan anaknya menyukai wali kelasnya itu.
CATCH MY HEART
2857      1107     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
The War Galaxy
13157      2667     4     
Fan Fiction
Kisah sebuah Planet yang dikuasai oleh kerajaan Mozarky dengan penguasa yang bernama Czar Hedeon Karoleky. Penguasa kerajaan ini sungguh kejam, bahkan ia akan merencanakan untuk menguasai seluruh Galaxy tak terkecuali Bumi. Hanya para keturunan raja Lev dan klan Ksatrialah yang mampu menghentikannya, dari 12 Ksatria 3 diantaranya berkhianat dan 9 Ksatria telah mati bersama raja Lev. Siapakah y...
Strange and Beautiful
4802      1311     4     
Romance
Orang bilang bahwa masa-masa berat penikahan ada di usia 0-5 tahun, tapi Anin menolak mentah-mentah pernyataan itu. “Bukannya pengantin baru identik dengan hal-hal yang berbau manis?” pikirnya. Tapi Anin harus puas menelan perkataannya sendiri. Di usia pernikahannya dengan Hamas yang baru berumur sebulan, Anin sudah dibuat menyesal bukan main karena telah menerima pinangan Hamas. Di...
When I Found You
3220      1076     3     
Romance
"Jika ada makhluk yang bertolak belakang dan kontras dengan laki-laki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukan hati hanya dengan sebuah senyuman, itulah perempuan." Andra Samudra sudah meyakinkan dirinya tidak akan pernah tertarik dengan Caitlin Zhefania, Perempuan yang sangat menyebalkan bahkan di saat mereka belum saling mengenal. Namun ketidak tertarikan anta...