Pukul 23.43 malam.
Dave masih terjaga di tempatnya. Entah sudah sejak beberapa jam yang lalu. Tapi matanya belum juga menandakan rasa kantuk. Padahal tubuhnya sudah kelelahan. Mungkin akibat perjalanan jauh yang ditempuhnya hingga ke kota ini. Namun, karena hati dan otaknya tidak sejalan, akhirnya cowok itu hanya merebahkan dirinya diatas kasur seraya menatap langit-langit kamar dengan pencahayaan yang minim.
“Mama akan kirimkan kamu kembali ke Indonesia!”
Sejak kedatangannya di rumah ini, kalimat yang diucapkan Mama sering sekali terngiang di kepalanya. Hatinya merasa bangga dengan pencapaiannya itu. Usahanya untuk keluar dari kota London berhasil, bukan? Katakanlah begitu.
Dan pilihan tinggal sementara di kota Bandung bukanlah hal yang buruk. Sebenarnya juga, Dave pernah merasakan tinggal di kota ini, jauh saat dirinya masih berumur lima tahun. Setidaknya rumah ini jauh lebih nyaman untuknya. Meski harus tinggal dengan kakek dan neneknya, yang biasanya hanya sempat Dave kunjungin sekali dalam setahun atau dua tahun.
Kakek dan nenek meminta Dave untuk beristirahat di kamar yang telah disediakan untuknya. Kamar yang dulu pernah ia tinggali sekitar tiga tahun yang lalu, saat kunjungan ke rumah orang tua Mamanya ini. Ruangannya pun belum mengalami banyak perubahan. Hanya letak tempat tidur saja yang berubah dari sebelumnya.
Dave mengacak rambutnya yang berwarna coklat gelap itu. Ia belum juga merasakan kantuk. Normalnya ia sudah tertidur sejak tadi. Dave telah mencoba untuk kesekian kalinya memejamkan mata, tetapi tetap saja ia tidak bisa tidur. Mungkin semenjak perjalanan cowok itu sudah terlalu banyak tidur.
Dave berjalan kearah jendela. Tangannya ia sanggakan di pinggiran jendela untuk menatap keadaan sekitar yang sepi seraya mencari udara malam yang bebas polusi kendaraan. Namun, indera penglihatannya menangkap sesuatu yang membuatnya tertarik.
Tanpa banyak berpikir, Dave memutuskan untuk keluar di tengah malam ini sekedar untuk menuntaskan rasa penasarannya. Kakek dan neneknya pasti telah tertidur pulas, mereka tidak akan tahu bahwa cucunya kelayapan. Jadi aman.
Dengan kepala yang mendongak keatas, Dave sedikit menyipitkan matanya. Ia masih penasaran. Sebuah rumah pohon yang diterangi oleh lampu terang yang berpijar disekelilingnya membuatnya tiba sampai ditempat ini.
Tanpa perlu diaba-aba, Dave perlahan-lahan menaiki tangga yang tersedia di sepanjang tubuh batang pohon yang kokoh untuk dapat sampai ke atas. Tepat di dalam rumah pohon.
“Hey, siapa di sana?”
Seseorang berteriak dari dalam rumah pohon itu. Dave yang sempat terhenti itupun, kian mempercepat geraknya. Dan…
BRUK!
Seseorang menendangnya dari atas rumah pohon. Alhasil ia terjatuh dari tangga rumah pohon itu seraya memegang lututnya yang tergores.
“Aduh!” Rintihnya.
Dan cerita mereka dimulai dari sini.