Saat suasana mendukung kami untuk tertawa, bercerita tentang kehidupan Muti tetapi perbincangan itu lebih sering diwarnai oleh kisah hidupku. Namun tiba-tiba.
"Oh, jadi lo sama cewek ini sekarang." Ucap seorang wanita berpenampilan modis dan agak sexy.
"Liona." Tama agak setengah kaget.
"Lo kaget lihat gue ada di sini?" tanyannya pada pria bertubuh tinggi ini.
"Engga sih, gue cuma aneh aja kenapa lo balik lagi ke sini. Apa lo didrop out?" ungkapya dengan perasaan yang sedikit berubah dengan kedatangan Liona.
"Gue didrop out? Engga salah ngomong lo. Tujuan gue balik lagi ke Indonesia karena gue mau kita kaya dulu, gue pengen balikan lagi sama lo." Liona menjelaskan.
Muti hanya menyaksikan perbincangan antara aku dan Liona.
"Hah? Segampang itu lo ngomong. Lo ninggalin gue gitu aja, setelah lo ketahuan sama bokap lo lagi pake tuh barang sama gue padahal gue itu diajak sama lo dan lo maksa-maksa gue. Cewek pendusta!" sentak Tama terhadapnya.
"Sabar Tam. Jangan emosi kaya gini." ucap Muti menenangkan Tama sambil menepuk-nepuk pundakku.
"Gimana mau sabar coba, setelah apa yang dia lakuin ke gue. Dia pergi ninggalin gue gitu aja ke Paris, gue yang harus babak belur dipukulin bodyguard bokapnya, dan gue juga harus nanggung kesalahan dia." Tama menceritakan dengan panjang lebar.
Muti hanya diam menatapku seperti itu.
"Gue kaya gitu, karena gue panik. Gue takut bokap engga bakal kasih fasilitas ke gue, setelah gue ngelakuin hal itu." Jelas Liona.
"Seharusnya lo bisa jelasin ke bokap lo, bukan nuduh gue yang nyuru lo pake. Gila lo jadi cewek!" Tama dengan penuh amarah.
"Tam, udah jangan sentak-sentak dia terus. Dia itu cewek, engga baik lo gituin." ucap Muti memperingatkan.
"Lo jangan ceramahin gue deh. Mending lo diam atau lo pergi aja deh dari sini. Jangan ganggu urusan gue sama dia." Sentaknya dengan penuh amarah, membuat Muti terkaget-kaget.
"Oh ya udah. Gue duluan ya." Ucap Muti dengan suara yang lemah.
Liona menatap gadis itu dengan kesinisan. Muti berjalan perlahan meninggalkannya dan Liona. Sebelum pergi Liona mencegahnya.
"Nama lo siapa?" tanyanya dengan sinis.
"Muti." ucapnya kemudian berlalu pergi begitu saja.
Tama hanya bisa terdiam dengan semua ini.
"Oh, jadi sekarang itu cewek inceran lo Tam setelah gue?" ucap wanita itu dengan meninggikan suaranya agar terdengar oleh wanita berjilbab itu.
"Apa-apaan sih lo." Tama yang selalu risih dengan wanita seperti ini.
Muti menghentikan langkah kakinya, kemudian berjalan kembali.
"Lo suka sama cewek itu?" sergah Liona.
"Bukan urusan lo, penting banget lo tahu urusan gue." Lirikan Tama yang membuat setiap orang takut terhadapnya.
"Kalo lo bener suka sama dia, gue engga bakalan tinggal diam gitu aja. Ngerti lo?" ucapnya dengan mengancamku.
"Jangan bawa-bawa dia deh. Dia engga tahu apa-apa tentang masalah kita." Tama yang mencengkram tangan Liona.
"See you honey." Ucapnya so manis.
Liona hanya tersenyum sinis dan meninggalkan ku di sana. Aku sendirian sekarang, tak lama kemudian.
"Oh MY GOD. Apa yang udah gue lakuin ke dia! Gue udah sentak-sentak dia lagi. Aduh, gimana nih? Pasti dia marah banget sama gue, semoga dia engga kesinggung sama ucapan gue tadi. Gue engga sengaja kaya gitu." Ringisnya dalam hati.
"Maaf gue udah lukain cewek yang gue sayang." Sesalnya dalam hati.
@ReonA masih baru bngt ini hehe. Makasih :)
Comment on chapter Prolog