Read More >>"> BLACK HEARTED PRINCE AND HIS CYBORGS (Rooftop) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - BLACK HEARTED PRINCE AND HIS CYBORGS
MENU
About Us  

Pagi jelang siang, di dalam mobil dua orang cewek saling diam. Pandangan Yara lurus, situasi di luar mobil bisa terlihat jelas namun kegelapan kaca film mobil Desi yang cuma duapuluh persen bahkan tak tertembus. Pandangan Yara nyalang. Yara masih berkutat dengan fikirannya kenapa mendengar ucapan Rayyan tadi pagi bisa begitu terasa menyakitkan, apa yang sebenarnya Yara rasa terhadap Rayyan? Kalo Yara sayang Rayyan seharusnya dia merelakan Rayyan buat mendapatkan kebahagiaannya sendiri, dan sekarang adalah saat yang tepat buat Yara kasih dukungan penuhnya. Tapi Yara gak tau dengan dirinya sendiri. Terus jawaban apa yang musti Yara kasih buat Rayyan?

Sementara sambil menyetir Desi terlihat fokus, padahal sebenarnya Desi seringkali melirik ke arah Yara buat ngecek keadannya. Desi tau di mana dia harus nimbrung dan di mana dia harus berhenti dan hanya melihat.

Sepanjang jalan menuju cafe betul saja mereka saling diam. Hingga di parkiran Kedai Kopi Yara & CO. juga mereka masih saling diam.

“Ra, yakin nanti sore mau nemenin Rayyan?”

Yara melihat ke arah Desi “Jadi. Gue pengen lihat ketahanan diri gue sendiri lihat Rayyan pedekate sama Mettasha dan anaknya. Mungkin dengan ini gue nantinya jadi bisa menilai jernih diri gue sebenarnya perasaan apa yang gue miliki ke Rayyan. Sebelum terlambat”

Seulas senyum tergurat di bibir Desi. “Kayaknya lu udah mulai bisa dewasa ya Ra. Inget banget dulu lu uring-uringan tiap kali Rayyan cerita mau nerima cewek yang nembak, termasuk saat Rayyan jadian sama Mettasha.”

Yara ketawa ngakak “Ya itukan dulu. Tapi buat yang kali ini beda. Mungkin karena status Rayyan udah jadi milik gue seutuhnya, terus tiba-tiba orang yang suami gue cintai datang lagi buat meminta hidup sama dia. Usia gue juga udah gak bisa nerima kebegoan dari tindakan-tindakan gue. Saatnya buat gue serius.”

“We o we... Yara bijak sekali. Gue jadi pusing dengernya.”

“Sialan lu!”

Desi malah ketawa ngakak.

“Udah ah! Yuk kerja.”

“Asiyapp bu boss!”, kata Desi mantap sambil mengangkat tangan menaruh ujung jarinya ke sudut pelipis, tanda hormat di depan Yara yang dibalas tawa.

 

Pukul 2 PM Di kantor Rayyan...

“Ndah, ini hasil accepted meeting kemarin. Tolong kasihin ke pak Ansori buat jalanin proyeknya. Hari ini saya mau pulang tepat waktu, ada janji.”

“Ok pak, itu aja?”

“Ya, segitu aja. Makasih ya”

"Sama-sama pak"

Sekretaris Rayyan pun segera pamit sambil tersenyum sumringah. Rayyan emang dari dulu ganteng, Rayyan tau itu tapi B aja. Gak apa selama cewek-cewek itu gak berulah ke Rayyan.

Rayyan berdiri lalu merapikan kemejanya. Mengambil handphone, mengetik, lalu mengirimnya. Bersamaan dengan itu handphone Rayyan bergetar berkali-kali, ada seseorang yang dia kenal lagi sibuk mengirim foto-foto reuni kemarin dari Singapura. Rayyan langsung membuka WA-nya.

 

Rayyan: Sibuk banget ya bro kirim-kirim foto.

Dodi: Lu aneh!
Orang lain habis reuni pada minta gue ngirimin foto
lha elu?? Boro-boro minta foto, ngechat gue aja jarang.

Rayyan: Ya ampun Dod! Kangen aku?

Dodi: Najis lu, bang!

Rayyan: Hahaha...
Makasih foto2nya.

Dodi: Cewek gue apa kabar, Ray?
Makin cantik aja gak?

Rayyan: Pantesan dari dulu pacaran belum nikah aja.
Masa nanyain ceweknya lewat cowok lain?
Kebiasaan buruk

Dodi: Njay!
Kalo nomor WA gue kemarin gak diblokir Desi
gue gak akan nanya lu.

Rayyan: Line!

Dodi: Nunggu waktu aja
sampe itu juga gak diblokir.
Syaratnya emang cuma 1: Jangan chat tiap hari.

Rayyan: Sabarrr, bro!

Dodi: -_-“

 

Di kantor Mettasha...

Gedung perkantoran Mettasha adalah nomor 5 gedung terbesar yang ada di Bandung. Sepulangnya Mettasha dari S1nya di luar negeri sambil membawa anak dan bersama suami Mettasha memang tinggal di daerah Bandung. Hanya saja informasi pribadi suami Mettasha yang boss properti-garmet-dan sebagainya gak mudah untuk dilacak. Matt Lewis orang yang sangat menjaga informasi pribadinya dari sembarang orang.

Kini kursi tinggi nan empuk di ruangan yang besar itu diduduki oleh Mettasha. Dua tahun lalu ketika sakit Matt semakin parah Mettasha mulai mempraktekkan ilmu bisnis yang sudah dia pelajari di universitasnya dan juga ilmu dan informasi bisnis dari Matt. Tak sia-sia apa yang sudah Matt lakukan sebelum meninggalnya, yaitu selalu membawa serta Mettasha dalam perjalanan bisnisnya. Awalnya tak sedikit rekan-rekan bisnis Matt Lewis yang mencibir, merasa Mettasha tak pantas untuk mengambil alih semua perusahaan milik Matt dan menjadi pemilik saham terbesar dari hampir semua bisnis garmentnya. Namun setelah hampir dua tahun ditinggal mendiang Matt, Mettasha mampu membuktikan jika dia mampu menjalankan apa yang dititipkan Matt.

Di atas mejanya terdapat figura berukuran sedang yang memajang foto Matt, Mettasha dan Faiha yang masih berumur 1 tahun saat berlibur di Lombok. Di dekat figura tersebut handphone Mettasha bergetar dan berbunyi. Tanda notif. Biasanya Mettasha gak akan langsung mengambil handphonenya, namun karena dia menunggu seseorang menghubunginya hari ini dia langsung mengambil handphone dan langsung mengetik balasan, untuk Rayyan.

 

Pukul 4:20 PM kedai kopi Yara & CO.

Setelah memarkir mobilnya Rayyan masuk ke cafe. Suara lembut Randy Pandugo langsung menyambut. Bahkan terdengar diseantero cafe menyanyikan lagu Underwater. Suasana cafe terasa ramai, beberapa abang ojek online juga terlihat sibuk menunggu pesanan.

“Des! Yara?”

Desi mengangguk lalu menyahut “Di ruangannya.”

Sambil bilang ok tanpa suara dan kepala yang mengangguk Rayyan menaiki tangga ke lantai 2. Di lantai 2 juga terasa ramai tapi tak sebising di bawah. Di lantai ini terlihat orang-orang sedang membaca buku yang digeratiskan untuk dibaca di cafe.

Sampailah Rayyan di lantai 3. Dimana hanya ada ruangan kantor Yara yang cukup luas, sedangkan separuhnya lagi digunakan sebagai balkon. Balkon yang paling Yara cintai karena terasa tenang dan banyak tanaman bunga yang Yara tanam sendiri. Bunga-bunga yang sama dengan yang ditanam di belakang rumah.

Rayyan mengetuk pintu tapi tak ada sahutan dari dalam. Rayyan langsung membuka pintu. Mencari Yara termasuk di kamar mandinya tapi gak ada. Rayyan langsung membuka pintu yang terhubung dengan balkon. Yara sedang di sana sambil membaca novel dan menyesap teh kopi lattenya.

Setelah menutup pintu Rayyan berjalan ke arah Yara lalu duduk di sofa panjang yang Yara duduki. Rayyan duduk di samping kanan Yara. Yara yang masih fokus membaca kaget setelah tau kalo yang duduk di sampingnya adalah Rayyan.

“Duh! Kaget. Gue kira Desi.”

Muka Rayyan terlihat lelah, “Bagi kopi.”

Belum juga diiyakan Rayyan udah meminum kopinya.

“Capek, bang? Tiati bekas eneng tuh, entar cinta lagi.”

Rayyan hanya melirik sambil menarik bibirnya ekspresi “Ngomong opo tho??”, lalu kembali meletakkan cangkir di atas meja kayu di samping kiri Yara.

“Awas minggir! Ih!”

Setengah badan Rayyan menindih badan Yara terlebih paha dan perut. Refleks Yara mukul-mukulin buku yang sedang ia baca ke punggung samping kiri Rayyan. Sambil agak kesulitan Rayyan kembali ke posisi semula lalu duduk.

“Mau berangkat sekarang?”, Yara bertanya tanpa melihat orangnya. Matanya sibuk membaca novel.

“Nanti dulu deh. Dua puluh menit aku pengen rebahan dulu. Pinjem paha.”

Lagi-lagi belum diiyakan udah tiduran. Kepala Rayyan rebah di paha kanan Yara. sementara kakinya yang panjang naik dan menggantung di lengan sofa. Gak akan silau karena pakai atap dari seng plastik biru. Adem deh!

Yara? Cuma diem aja. Baca buku aja biasa. Jantungnya yang gak biasa. Kurang aja emang berdetak cepat gak tau tempat. Rayyan enak, Yara kesiksa.

 

BERSAMBUNG...

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • Aniek_Rizka

    @mugi.wahyudi Wuhuuu,,, Makasih buat pujiannya. Lanjutin nih menyebalkannya. :D

    Comment on chapter Ide Gila
  • mugi.wahyudi

    Amat sangat perlu dilanjutkan. Anti-mainstream emang seringnya menyebalkan

    Comment on chapter Ide Gila
  • Aniek_Rizka

    @Dewiagita26 makasih... :)

    Comment on chapter Rayyan Pratama
  • Dewiagita26

    NEXT NEXT NEXT!!!

    Comment on chapter Rayyan Pratama
Similar Tags
When I Was Young
8239      1654     11     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
Letter hopes
888      496     1     
Romance
Karena satu-satunya hal yang bisa dilaukan Ana untuk tetap bertahan adalah dengan berharap, meskipun ia pun tak pernah tau hingga kapan harapan itu bisa menahannya untuk tetap dapat bertahan.
in Silence
408      283     1     
Romance
Mika memang bukanlah murid SMA biasa pada umumnya. Dulu dia termasuk dalam jajaran murid terpopuler di sekolahnya dan mempunyai geng yang cukup dipandang. Tapi, sekarang keadaan berputar balik, dia menjadi acuh tak acuh. Dirinya pun dijauhi oleh teman seangkatannya karena dia dicap sebagai 'anak aneh'. Satu per satu teman dekatnya menarik diri menjauh. Hingga suatu hari, ada harapan dimana dia bi...
Rinai Hati
488      258     1     
Romance
Patah hati bukanlah sebuah penyakit terburuk, akan tetapi patah hati adalah sebuah pil ajaib yang berfungsi untuk mendewasakan diri untuk menjadi lebih baik lagi, membuktikan kepada dunia bahwa kamu akan menjadi pribadi yang lebih hebat, tentunya jika kamu berhasil menelan pil pahit ini dengan perasaan ikhlas dan hati yang lapang. Melepaskan semua kesedihan dan beban.
I have a dream
270      221     1     
Inspirational
Semua orang pasti mempunyai impian. Entah itu hanya khayalan atau angan-angan belaka. Embun, mahasiswa akhir yang tak kunjung-kunjung menyelesaikan skripsinya mempunyai impian menjadi seorang penulis. Alih-alih seringkali dinasehati keluarganya untuk segera menyelesaikan kuliahnya, Embun malah menghabiskan hari-harinya dengan bermain bersama teman-temannya. Suatu hari, Embun bertemu dengan s...
injured
1218      657     1     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.
School, Love, and Friends
16505      2601     6     
Romance
Ketika Athia dihadapkan pada pilihan yang sulit, manakah yang harus ia pilih? Sekolahnya, kehidupan cintanya, atau temannya?
Hati Yang Terpatahkan
1846      839     2     
Romance
Aku pikir, aku akan hidup selamanya di masa lalu. Sampai dia datang mengubah duniaku yang abu-abu menjadi berwarna. Bersamanya, aku terlahir kembali. Namun, saat aku merasa benar-benar mencintainya, semakin lama kutemukan dia yang berbeda. Lagi-lagi, aku dihadapkan kembali antara dua pilihan : kembali terpuruk atau memilih tegar?
Meja Makan dan Piring Kaca
48388      6942     53     
Inspirational
Keluarga adalah mereka yang selalu ada untukmu di saat suka dan duka. Sedarah atau tidak sedarah, serupa atau tidak serupa. Keluarga pasti akan melebur di satu meja makan dalam kehangatan yang disebut kebersamaan.
Kisah yang Kita Tahu
5107      1446     2     
Romance
Dia selalu duduk di tempat yang sama, dengan posisi yang sama, begitu diam seperti patung, sampai-sampai awalnya kupikir dia cuma dekorasi kolam di pojok taman itu. Tapi hari itu angin kencang, rambutnya yang panjang berkibar-kibar ditiup angin, dan poninya yang selalu merumbai ke depan wajahnya, tersibak saat itu, sehingga aku bisa melihatnya dari samping. Sebuah senyuman. * Selama lima...