"makasih yah Tur udah anterin Tasya pulang"
"Iya gapapa lagi Sya, kan salah Fathur ku juga ngantirin kamunya telat, yaudah fathur pulang dulu ya dah" ucap Fathur.
Setelah Fathur tak terlihat aku membuka gerbang rumah ku tapi saat aku masuk aku mendengar suara motor berhenti ku kira itu Fathur.
"Siapa cowo tadi?" Dia Raffi pacarku, yang kini tengah menatapku tajam membuat ku takut
"Itu Fathur temen sekelas aku Fi" jawabku.
"Temen sekelas? Nganterin kamu malem-malem gini? Abis dari mana kamu sama dia?" Tanyanya dengan sinis dan tatapan tajam nya.
"Aku ada kerja kelompok sama dia, terus karena kemaleman yaudah dia nganterin aku"
"Kamu lebih milih di anter dia dari pada nelpon aku minta jemput?"
"Afi maaf aku cuma ga mau repotin kamu aja"
"Repotin?? Kamu nganggep aku apa sih Sya? Aku tuh pacar kamu bukan temen kamu masa jemput pacar sendiri ngerepotin"
"Afi maaf"
"Oh atau kamu ada main ya sama dia ngaku Sya?"
"Ngga Fi kamu ko nuduh aku sih?"
"Udahlah Sya hubungan kita sampe disini aja"
"Fi ko kamu gini sih masa cuma karena ini doang kamu minta putus, Fi hubungan kita tuh bukan yang sebulan dua bulan kita udah hampir tiga tahun Fi" ucapku, tapi Raffi tak menghiraukan aku dia malah pergi meninggalkan aku yang masih berdiri di depan gerbang hingga tanpa terasa air mata berlomba untuk keluar, tapi aku hapus air mata ku setelah itu aku masuk ke kamarku, aku tak menangis aku hanya terdiam merenungi salahku hingga dia memilih pergi.
Setelah diam beberapa saat aku mencoba menelpon nya tapi tak pernah di angkat
"makasih yah Tur udah anterin Tasya pulang"
"Iya gapapa lagi Sya, kan salah Fathur ku juga ngantirin kamunya telat, yaudah fathur pulang dulu ya dah" ucap Fathur.
Setelah Fathur tak terlihat aku membuka gerbang rumah ku tapi saat aku masuk aku mendengar suara motor berhenti ku kira itu Fathur.
"Siapa cowo tadi?" Dia Raffi pacarku, yang kini tengah menatapku tajam membuat ku takut
"Itu Fathur temen sekelas aku Fi" jawabku.
"Temen sekelas? Nganterin kamu malem-malem gini? Abis dari mana kamu sama dia?" Tanyanya dengan sinis dan tatapan tajam nya.
"Aku ada kerja kelompok sama dia, terus karena kemaleman yaudah dia nganterin aku"
"Kamu lebih milih di anter dia dari pada nelpon aku minta jemput?"
"Afi maaf aku cuma ga mau repotin kamu aja"
"Repotin?? Kamu nganggep aku apa sih Sya? Aku tuh pacar kamu bukan temen kamu masa jemput pacar sendiri ngerepotin"
"Afi maaf"
"Oh atau kamu ada main ya sama dia ngaku Sya?"
"Ngga Fi kamu ko nuduh aku sih?"
"Udahlah Sya hubungan kita sampe disini aja"
"Fi ko kamu gini sih masa cuma karena ini doang kamu minta putus, Fi hubungan kita tuh bukan yang sebulan dua bulan kita udah hampir tiga tahun Fi" ucapku, tapi Raffi tak menghiraukan aku dia malah pergi meninggalkan aku yang masih berdiri di depan gerbang hingga tanpa terasa air mata berlomba untuk keluar, tapi aku hapus air mata ku setelah itu aku masuk ke kamarku, aku tak menangis aku hanya terdiam merenungi salahku hingga dia memilih pergi.
Setelah diam beberapa saat aku mencoba menelpon nya tapi tak pernah di angkat untuk terakhir kalinya aku mencoba menghubungi nya akhirnya dia mengangkat telpon ku juga.
"Apa lagi Sya?" Ucapnya diseberang sana
"Aku cuma mau bilang sama kamu fi, aku mau kamu tetep jadi Afi yang aku kenal walaupun Afi bukan pacar Tasya lagi, oh iya semangat terus buat ngejar cita-cita Afi, Tasya pengen Afi bisa meraih mimpinya Afi, selalu banggain orang tua Afi ya" ucapku menahan tangis
"Sya Afi juga sayang Tasya tapi ini yang terbaik, jaga diri Tasya" telponpun aku matikan
#seminggu kemudian
Selama seminggu ini aku benar-benar lost contact sama Raffi tak ada satupun message dari dia, rindu? Sudah pasti aku merindukan nya, seminggu ini bukan hal yang mudah bagiku.
Dan kemari Milly mengajakku untuk lari pagi di taman kota, jadinya pagi ini aku sudah siap-siap untuk lari pagi.
"Tasyaaaa buruan keburu siang" nah itu pasti Milly, aku langsung lari keluar rumah.
"Yuk mil" Milly hanya menganggukan kepala setelah itu kamu langsung lari ke taman kota.
"Beli minum dulu yu Sya, abis itu kita duduk di sana" ucap Milly sambil menunjuk salah satu bangku kosong.
Saat kita duduk di bangku itu pandangan ku tertuju pada sepasang kekasih yang sedang becanda sambil menikmati makanan mereka.
"Itu Raffi Mill sama Nasya kan ko bisa" tanya ku dengan suara lirih pada Milly, saat air mata mulai mengalir di pipiku Milly langsung memeluk ku dan dia membisikan kalimat penenang, tapi tetap saja kalimat itu tak mampu membuat sakit ini hilang, ingin rasanya aku menghampiri mereka berdua lalu melampiaskan sakit hati ku ini tapi aku bisa apa? Aku bukan lagi siapa-siapa baginya tak ada lagi alasan ku untuk marah.
"makasih yah Tur udah anterin Tasya pulang"
"Iya gapapa lagi Sya, kan salah Fathur ku juga ngantirin kamunya telat, yaudah fathur pulang dulu ya dah" ucap Fathur.
Setelah Fathur tak terlihat aku membuka gerbang rumah ku tapi saat aku masuk aku mendengar suara motor berhenti ku kira itu Fathur.
"Siapa cowo tadi?" Dia Raffi pacarku, yang kini tengah menatapku tajam membuat ku takut
"Itu Fathur temen sekelas aku Fi" jawabku.
"Temen sekelas? Nganterin kamu malem-malem gini? Abis dari mana kamu sama dia?" Tanyanya dengan sinis dan tatapan tajam nya.
"Aku ada kerja kelompok sama dia, terus karena kemaleman yaudah dia nganterin aku"
"Kamu lebih milih di anter dia dari pada nelpon aku minta jemput?"
"Afi maaf aku cuma ga mau repotin kamu aja"
"Repotin?? Kamu nganggep aku apa sih Sya? Aku tuh pacar kamu bukan temen kamu masa jemput pacar sendiri ngerepotin"
"Afi maaf"
"Oh atau kamu ada main ya sama dia ngaku Sya?"
"Ngga Fi kamu ko nuduh aku sih?"
"Udahlah Sya hubungan kita sampe disini aja"
"Fi ko kamu gini sih masa cuma karena ini doang kamu minta putus, Fi hubungan kita tuh bukan yang sebulan dua bulan kita udah hampir tiga tahun Fi" ucapku, tapi Raffi tak menghiraukan aku dia malah pergi meninggalkan aku yang masih berdiri di depan gerbang hingga tanpa terasa air mata berlomba untuk keluar, tapi aku hapus air mata ku setelah itu aku masuk ke kamarku, aku tak menangis aku hanya terdiam merenungi salahku hingga dia memilih pergi.
Setelah diam beberapa saat aku mencoba menelpon nya tapi tak pernah di angkat
"makasih yah Tur udah anterin Tasya pulang"
"Iya gapapa lagi Sya, kan salah Fathur ku juga ngantirin kamunya telat, yaudah fathur pulang dulu ya dah" ucap Fathur.
Setelah Fathur tak terlihat aku membuka gerbang rumah ku tapi saat aku masuk aku mendengar suara motor berhenti ku kira itu Fathur.
"Siapa cowo tadi?" Dia Raffi pacarku, yang kini tengah menatapku tajam membuat ku takut
"Itu Fathur temen sekelas aku Fi" jawabku.
"Temen sekelas? Nganterin kamu malem-malem gini? Abis dari mana kamu sama dia?" Tanyanya dengan sinis dan tatapan tajam nya.
"Aku ada kerja kelompok sama dia, terus karena kemaleman yaudah dia nganterin aku"
"Kamu lebih milih di anter dia dari pada nelpon aku minta jemput?"
"Afi maaf aku cuma ga mau repotin kamu aja"
"Repotin?? Kamu nganggep aku apa sih Sya? Aku tuh pacar kamu bukan temen kamu masa jemput pacar sendiri ngerepotin"
"Afi maaf"
"Oh atau kamu ada main ya sama dia ngaku Sya?"
"Ngga Fi kamu ko nuduh aku sih?"
"Udahlah Sya hubungan kita sampe disini aja"
"Fi ko kamu gini sih masa cuma karena ini doang kamu minta putus, Fi hubungan kita tuh bukan yang sebulan dua bulan kita udah hampir tiga tahun Fi" ucapku, tapi Raffi tak menghiraukan aku dia malah pergi meninggalkan aku yang masih berdiri di depan gerbang hingga tanpa terasa air mata berlomba untuk keluar, tapi aku hapus air mata ku setelah itu aku masuk ke kamarku, aku tak menangis aku hanya terdiam merenungi salahku hingga dia memilih pergi.
Setelah diam beberapa saat aku mencoba menelpon nya tapi tak pernah di angkat untuk terakhir kalinya aku mencoba menghubungi nya akhirnya dia mengangkat telpon ku juga.
"Apa lagi Sya?" Ucapnya diseberang sana
"Aku cuma mau bilang sama kamu fi, aku mau kamu tetep jadi Afi yang aku kenal walaupun Afi bukan pacar Tasya lagi, oh iya semangat terus buat ngejar cita-cita Afi, Tasya pengen Afi bisa meraih mimpinya Afi, selalu banggain orang tua Afi ya" ucapku menahan tangis
"Sya Afi juga sayang Tasya tapi ini yang terbaik, jaga diri Tasya" telponpun aku matikan
#seminggu kemudian
Selama seminggu ini aku benar-benar lost contact sama Raffi tak ada satupun message dari dia, rindu? Sudah pasti aku merindukan nya, seminggu ini bukan hal yang mudah bagiku.
Dan kemari Milly mengajakku untuk lari pagi di taman kota, jadinya pagi ini aku sudah siap-siap untuk lari pagi.
"Tasyaaaa buruan keburu siang" nah itu pasti Milly, aku langsung lari keluar rumah.
"Yuk mil" Milly hanya menganggukan kepala setelah itu kamu langsung lari ke taman kota.
"Beli minum dulu yu Sya, abis itu kita duduk di sana" ucap Milly sambil menunjuk salah satu bangku kosong.
Saat kita duduk di bangku itu pandangan ku tertuju pada sepasang kekasih yang sedang becanda sambil menikmati makanan mereka.
"Itu Raffi Mill sama Nasya kan ko bisa" tanya ku dengan suara lirih pada Milly, saat air mata mulai mengalir di pipiku Milly langsung memeluk ku dan dia membisikan kalimat penenang, tapi tetap saja kalimat itu tak mampu membuat sakit ini hilang, ingin rasanya aku menghampiri mereka berdua lalu melampiaskan sakit hati ku ini tapi aku bisa apa? Aku bukan lagi siapa-siapa baginya tak ada lagi alasan ku untuk marah.
Dear Raffi kekasih hati ku
Terima kasih untuk rasa sakit ini, terima kasih untuk luka yang kamu beri tanpa aku tau kapan kamu menancapkan luka itu. Apa ini alasanmu meninggalkan aku? Apa benar karena dia? Jika iya, semoga dia menjadi bahagia mu, dan dia tak akan merasakan apa yang aku rasa.
Dari gadis yang hatinya kamu lukai