Segala kisahku bermula ketika suara tangisan bayi yang baru saja lahir terdengar...
Beberapa bidan dan perawat sibuk mengurus persalinan dari seorang wanita.
Tampak sebuah kamar yang indah dan megah menjadi latar tempat sekaligus saksi bisu awal mula kisah hidupku.
Beberapa orang mondar mandir.
Menunggu dengan gelisah di tengah keheningan malam yang amat sunyi. Semua orang begitu tegang. Membuat hawa udara disekelilingnya menjadi begitu menegangkan.
Di tempat itu kau akan tahu, itu bukan tempat orang biasa, rumah yang megah dan setelan pakaian yang mereka gunakan bukanlah hal yang bisa kau lewatkan dalam pandangamu.
Semua orang cemas.
Karena mereka menunggu seorang pewaris tahta.
Pewaris sebuah perusahaan besar yang akan menguasai segalanya.
Ibaratkan seorang pangeran dari raja dan ratu perusahaan yang besar.
"Oek....oek..." terdengar suara tangisan bayi. Semua orang bangun dan tertegun sejenak menanti kabar persalinan.
Seorang bidan keluar, Sambil melepaskan masker dan menyeka peluh.
"Bagaimana calon anak dan istri saya ?" tanya seorang lelaki dengan setelan jas mahal itu
"Cucuku pasti sangat tampan seperti kakeknya.” Kata seorang pria tua yang klimis dengan gaya arogannya.
"Oh ... tentu saja dia pasti tampan seperti kakek dan ayahnya, dan sangat cantik seperti bibinya ... Kata wanita yang berpenampilan sangat glamour itu dengan setelan gaun pink dan mantel bulu tebalnya.
"Ayo cepat kita umumkan kelahiran sang pewaris, semua awak media telah menunggu di depan. Sebaiknya kita tak membuat mereka menunggu lama." Kata seorang lelaki sambil merapikan jasnya, rupanya ia merupakan paman dari bayi itu.
"Tentu saja sayang, mari ... " kata wanita glamour itu
Semuanya berbinar.
Kecuali Sang bidan.
Sang calon ayah yang nampaknya menyadari raut wajah si bidan mulai menyadari ada yang aneh.
"Kenapa kau diam saja cepat katakan sesuatu" tanyanya
" Sebelumnya mohon maaf bapak ibu, Saya akan menyampaikan berita baik dan buruk. Selamat anda memiliki bayi kembar. laki- laki semua. Bayi tersebut sempurna dan sehat." Katanya sambil menyeka peluh.
Semua orang begitu bahagia. Sampai sang bidan melanjutkan perkataanya.
" Tapi...."
"Tapi apa ???" tanya sang ayah dengan wajah tegang. " Saya mohon maaf sebelumnya, Satu bayi memang terlahir dengan sempurna tapi bayi yang satunya mengalami masalah pada kakinya. Mungkin dia tidak bisa berjalan seperti orang normal pada umumnya."
"Apa ! Jangan bilang anakku lahir cacat? itu tidak mungkin." Teriak sang ayah.
" Aku tidak mau punya cucu yang terlahir cacat. Seorang Adiwinata tidak mungkin memiliki seorang cucu yang cacat. Apa kata media nantinya. Aku akan dipermalukan seumur hidupku." sang kakek teriak tidak terima.
" Oh...bagaimana ini ??? aku tidak mau punya seorang keponakan yang cacat.” Wanita Glamour itu rupanya juga malah menambah ruwet suasana.
Di tengah hiruk pikuk suasana yang panas sang bidan mulai memecahkan keheningan. " Maaf bapak ibu, kekurangan yang dimiliki oleh anak anda bukanlah hal yang tidak bisa disembuhkan. Masih ada kemungkinan kakinya bisa sembuh seiring berjalannya waktu. Walau butuh proses yang sulit dan panjang. Karena cacat yang dimiliki oleh anak anda bukan bawaan lahir, melainkan karena kesalahan dalam proses persalinan yang dialami oleh istri anda." Kata sang bidan menenangkan.
"Buang saja bayi itu , ia hanya akan menjadi aib bagi keluarga ini. Kita umumkan pada media bahwa cucuku hanya satu dan tak punya saudara kembar." Kata sang ayah akhirnya memutuskan hal yang kejam pada anaknya sendiri.
Bayi itu pun diserahkan pada sang supir.
"Singkirkan bayi itu" kata sang ibu.
"Tapi nyonya bayi anda bahkan belum sehari lahir di dunia ini. Apa anda tidak ingin melihatnya. ???" tanpa sang supir yang masih mengendong bayi yang tertidur lelap dalam pelukannya.
"SINGKIRKAN BAYI ITU !!! aku tidak ingin punya anak cacat. Aku hanya melahirkan satu anak yang lahir sempurna." kata sang ibu tanpa sedikitpun menoleh pada salah satu anaknya itu.
"Ingat kau supir dan semua bidan disini. Kalian harus tutup mulut rapat rapat mengenai hal ini" Kata sang paman.
" Baik pak," sahut mereka takut.
Sang supirpun bergegas.
Dalam mobil ia berguman pada sang bayi. " Kasihan kau nak, semua keluargamu tidak menginginkanmu. Andai kau lahir dalam keluarga yang biasa mereka pasti masih mau merawatmu" guman sang supir pada bayi yang masih terlelap itu.
Karena tak tega meninggalkan bayi itu di tengah jalan. Ia memutuskan untuk membawa bayi itu di sebuah rumah panti asuhan.
Ia mengetuk pintu dan meninggalkan bayi itu dalam hening kegelapan.
"Oek...Oek"
Sayup sayup terdengar suara tangisan bayi, suara yang begitu lembut dan juga lemah. Namun suara yang cukup untuk membangunkan seseorang yang sedang terlelap dalam tidurnya.
"Ah....suara bayi siapa itu, malam malam begini" guman seorang wanita yang masih berada di ranjangnya.
"Apa mungkin aku yang salah dengar, tidak mungkin selarut malam ini ada orang yang membawa bayi." gumannya lagi sambil memejamkan mata.
Namun, bukannya menghilang suara itu masih saja terdengar dan membuat rasa penasaran sang wanita itu memuncak. "Ah sebaiknya kuperiksa saja" Putusnya sambil menyibakkan selimut dan melangkahkan kaki menuju ke pintu depan rumahnya.
Saat ia membuka pintu alangkah terkejutnya ia, ada seorang bayi yang masih begitu kecil dan lemah berada dalam sebuah keranjang tepat didepan pintunya.
" Astagfirullahhaladzim...siapa yang tega membuang bayi ini disini, ini memang panti asuhan tapi tak seorangpun harusnya membuang bayi yang baru saja lahir ini disini, kejam sekali mereka." Ia menggelengkan kepalanya sambil meraih keranjang bayi itu dengan perasaan iba dan membawanya masuk ke dalam.
"Ssst...tenang sayang jangan menagis, jangan takut lagi mulai sekarang tante yang akan merawatmu hingga kamu besar dan menjadi seorang yang mandiri." katanya dengan penuh kasih sayang.
Digendongnya bayi itu, saat ia mengangkat bayi itu dari keranjangnya. ada sebuah leontin. Diambilnya leontin itu dengan penasaran dan hati-hati.
"Ada sebuah leontin,"katanya sambil membuka isi leontin itu.
"SERENA" ucapnya pelan membaca tulisan yang ada dalam leontin itu.
Pandangannya beralih pada sesosok makhluk mungil dalam dekapannya. Lalu Ia tersenyum pada bayi itu. "Kau dengar itu sayang...mulai sekarang namamu adalah Serena ." ucapnya dengan senyuman yang terukir di wajahnya.
Thanks ya...atas semua masukannya...
Comment on chapter PROLOG