Ara, siswi kelas 12 SMA, dikenal sebagai pribadi pintar, ceria, dan selalu bisa diandalkan. Namun, senyum yang ia tunjukkan di sekolah hanyalah topeng. Di balik pintu rumahnya, Ara hidup dalam kecemasan dan kesepian yang tak bertepi. Setiap malam ia harus menahan suara pertengkaran orang tuanyateriakan, bentakan, dan diam yang menyakitkan. Tak ada pelukan, tak ada tanya kabar. Hanya dinding kamar yang menjadi saksi ketika Ara melampiaskan rasa sakit dengan menyakiti dirinya sendiri.

Di saat hidup terasa tak lagi punya arah, Ara bertemu Abusiswa dari sekolah lain yang tak sengaja ia temui di gedung tua. Abu tidak bertanya banyak, tidak menghakimi, hanya mendengarkan dan hadir. Perlahan, kehadiran Abu menjadi cahaya kecil yang menuntun Ara keluar dari gelap. Abu memperkenalkan dunia baru: tempat orang bisa bicara tanpa takut, tertawa tanpa pura-pura, dan merasa cukup hanya dengan menjadi diri sendiri.