Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kala Senja
MENU
About Us  

Gerobak penjual bubur yang membuka lapaknya dipinggir jalan menjadi pilihan kami menghabiskan waktu sarapan di sana. Tempat makan sederhana dengan lalu lalang kendaraan yang melintas di depan kami tak jadi alasan kenapa tempat sederhana ini begitu romantis di benakku. Sebab di sampingku kini ada gadis yang kusukai, Tasya namanya.

“Davi termasuk tim makan bubur di aduk atau enggak?” tanya Tasya yang tengah mengaduk mangkuk berisi bubur pesanannya.

Setelah berkutat dengan isi kepalaku mengenai jawaban untuk pertanyaannya. Aku pun memandangi mangkuk buburku yang masih tertata rapi sesuai versi penjual bubur ini. Sejak dulu, hal-hal yang kuanggap tidak begitu penting selalu kuabaikan, termasuk cara menyantap bubur.

Tapi, asalkan semua pertanyaan itu berasal dari Tasya, akan kujawab dengan sepenuh hati.

“Gak di aduk,” jawabku menyuapi satu sendok bubur hangat lengkap dengan isiannya.

“Yaa, kita beda,” ujar Tasya dengan nada kecewa lalu menyuapi sesendok bubur yang telah bercampur itu.

“Kalau di pisah gini kan bisa nikmatin kerupuknya, Sya,” kataku.

“Kalau di aduk justru bermacam-macam rasa dan sensasi menjadi satu, Dav,” katanya lagi.

“Mau di aduk atau nggak, asalkan makannya bareng Tasya, rasanya akan selalu nikmat, dan romantis,” kataku setengah berbisik pada kalimat terakhirnya.

Lagi. Cengiran khasnya terukir dari wajah manis Tasya.

Setelah berurusan dengan bubur dan teori di aduk atau tidak. Kami tak lantas pulang ke rumah masing-masing. Di rumah Tasya sedang kosong jika ia harus pulang sepagi ini. Sementara di rumahku, Mas Billy sedang ada di rumah, bisa-bisa ia bertanya banyak hal kenapa aku bisa pulang sepagi ini. Membawa Tasya pergi mungkin adalah pilihan yang benar.

Pilihanku jatuh pada satu mal besar yang sering aku datangi bersama Raka dan Gibran. Aku mengajak Tasya masuk ke dalam toko buku, tempat favorit kami.

“Davi suka buku itu?” Tiba-tiba Tasya bertanya padaku yang sedang fokus membaca salah satu buku sastra.

“Tadi iseng baca sinopsisnya, bagus,” jawabku.

“Oh!”

“Ada buku yang mau kamu beli?” tanyaku kemudian sambil menaruh kembali buku yang tadi kubaca.

“Aku pingin ajak Davi ke rak buku sebelah sana,” jawabnya sambil menunjuk salah satu rak di sebrang tempat kami.

“Oh, yuk,” kataku dengan senang hati.

Rak buku dengan jajaran pengarang-pengarang asing yang bukunya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Tasya kemudian dengan serius menatap satu per satu jajaran rapi buku tersebut. Aku dibuat tertawa kecil akibat tingkah lakunya. Kenapa gadis ini menggemaskan sekali? Kenapa aku begitu jatuh cinta terlalu kentara padanya?

Tiba-tiba kudengar helaan napas keluar dari mulutnya.

“Ada apa?” tanyaku sedikit khawatir.

“Kemarin aku nonton film judulnya The Fault In Our Stars, ceritanya bagus tapi punya akhir yang gak bagus,” jawabnya.

Aku membaca judul buku yang di pegangnya, judul yang sama. “Adaptasi dari buku itu? Sama kayak Me Before You gak?” tanyaku.

“Sama tapi gak mirip, kalau Me Before You kita udah prediksi akhirnya bakal kayak gimana, tapi kalau film dari buku ini punya akhir cerita yang tragis, gak terduga sama sekali.”

“Coba aku baca sinopsisnya,” kataku.

Tasya membalikkan buku yang dipegangnya lalu mengarahkan ke arahku. Aku membaca kalimat demi kalimat sinopsis cerita buku tersebut. Kondisi para tokohnya pun tidak baik-baik saja, jika akhirnya memang tragis, kupikir bukan hal yang mengejutkan seperti yang dikatakan Tasya.

“Tapi ceritanya aja udah lumayan sedih tuh,” komentarku.

“Iya, coba nonton deh, kenapa rasanya malah semakin tragis. Novelnya pasti lebih seru sih, lain kali aja hehe.”

“Beli aja,” saranku.

Tasya menggelengkan kepalanya, “Bulan ini aku gak kasih anggaran buat beli buku, soalnya bulan depan ada pameran buku di Braga, aku harus hemat.”

Tasya lalu mengembalikan buku itu dan mengambil buku di sebelahnya. “Ini buku lanjutan Me Before You, judulnya After You, kayaknya nyeritain gimana Clark move on dari Will, tiba-tiba jadi sendu deh.”

Aku mengelus pucuk kepalanya, ia terlihat terkejut. “Cerita yang punya awal menyedihkan punya sedikit kemungkinan untuk mendapatkan akhir yang bahagia,” kataku. Itu memang terbukti dari beberapa novel yang sempat aku baca dulu.

“Tapi tetep aja, kayak gak ada harapan bahagia di akhirnya, padahal sejak awal udah berjuang sungguh-sungguh.”

“Kadang cerita yang memiliki akhir yang menyedihkan punya daya tarik tertentu. Ada kan orang-orang yang menikmati patah hati dan rasa sedih.”

“Padahal menurut aku hal itu gak bisa dinikmatin.”

“Iya.”

“Iya apa?”

“Iya, aku gak akan biarin Tasya menikmati patah hati, nanti aku yang usaha buat Tasya selalu bahagia.”

Ia terkekeh.

“Di restuin gak?” tanyaku.

“Iya.”

“Iya apa?”

“Iya, nanti aku juga usaha buat terus bahagia sama Davi.”

Kali ini bukan kekehan dari mulutku, tapi kupu-kupu di dalam perutku yang terkekeh.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • zufniviandhany24

    ka jangan lupa mampir untuk bantu vote ceritaku https://tinlit.com/view_story/1078/1256

    Comment on chapter Satu Kelas
Similar Tags
Tak Segalanya Indah
706      477     0     
Short Story
Cinta tak pernah meminta syarat apapun
Kuliah atau Kerja
507      293     1     
Inspirational
Mana yang akan kamu pilih? Kuliah atau kerja? Aku di hadapkan pada dua pilihan itu di satu sisi orang tuaku ingin agar aku dapat melanjutkab sekolah ke jenjang yang lebih tinggi Tapi, Di sisi lainnya aku sadar dan tau bawa keadaan ekonomi kami yang tak menentu pastilah akan sulit untuk dapat membayar uang kuliah di setiap semesternya Lantas aku harus apa dalam hal ini?
Rasa Cinta dan Sakit
508      275     1     
Short Story
Shely Arian Xanzani adalah siswa SMA yang sering menjadi sasaran bully. Meski dia bisa melawan, Shely memilih untuk diam saja karena tak mau menciptakan masalah baru. Suatu hari ketika Shely di bully dan ditinggalkan begitu saja di halaman belakan sekolah, tanpa di duga ada seorang lelaki yang datang tiba-tiba menemani Shely yang sedang berisitirahat. Sang gadis sangat terkejut dan merasa aneh...
Run Away
8112      1817     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
Our Perfect Times
1253      811     8     
Inspirational
Keiza Mazaya, seorang cewek SMK yang ingin teman sebangkunya, Radhina atau Radhi kembali menjadi normal. Normal dalam artian; berhenti bolos, berhenti melawan guru dan berhenti kabur dari rumah! Hal itu ia lakukan karena melihat perubahan Radhi yang sangat drastis. Kelas satu masih baik-baik saja, kelas dua sudah berani menyembunyikan rokok di dalam tas-nya! Keiza tahu, penyebab kekacauan itu ...
Ketika Takdir (Tak) Memilih Kita
591      336     8     
Short Story
“Lebih baik menjalani sisa hidup kita dengan berada disamping orang yang kita cintai, daripada meninggalkannya dengan alasan tidak mau melihat orang yang kita cintai terluka. Sebenarnya cara itulah yang paling menyakitkan bagi orang yang kita cintai. Salah paham dengan orang yang mencintainya….”
Laci Meja
501      338     0     
Short Story
Bunga yang terletak di laci meja Cella akhir-akhir ini membuatnya resah. Dia pun mulai bertekad untuk mencari tahu siapa pelakunya dan untuk apa bunga ini dikirim. Apa ini....teror?
Toget(her)
1530      725     4     
Romance
Cinta memang "segalanya" dan segalanya adalah tentang cinta. Khanza yang ceria menjadi murung karena cinta. Namun terus berusaha memperbaiki diri dengan cinta untuk menemukan cinta baru yang benar-benar cinta dan memeluknya dengan penuh cinta. Karena cinta pula, kisah-kisah cinta Khanza terus mengalir dengan cinta-cinta. Selamat menyelami CINTA
Flyover
456      329     0     
Short Story
Aku berlimpah kasih sayang, tapi mengapa aku tetap merasa kesepian?
INTERTWINE (Voglio Conoscerti) PART 2
3558      1096     2     
Romance
Vella Amerta—masih terperangkap dengan teka-teki surat tanpa nama yang selalu dikirim padanya. Sementara itu sebuah event antar sekolah membuatnya harus beradu akting dengan Yoshinaga Febriyan. Tanpa diduga, kehadiran sosok Irene seolah menjadi titik terang kesalahpahaman satu tahun lalu. Siapa sangka, sebuah pesta yang diadakan di Cherry&Bakery, justru telah mempertemukan Vella dengan so...