Hidupku bukanlah sesuatu yang harus dikenang, kelebihan dan kekuranganku bukanlah hal yang mutlak, kecerdasanku bukan sesuatu yang spesial, jika ini dibandingkan dengan seluruh individu yang ada di dunia ini aku tidak seberapa. ini bukan hanya Keberanian namun, ini semua tentang pertentangan. sudah lama aku merasakan apa itu haus darah, sudah lama aku senang dengan derita yang kupunya, usiaku disini akan berakhir, aku hanya ingin mendengar kata hatiku yang terabaikan... “Aku Ingin Berubah”.
Di depan TV, Andika hanya terdiam melihat dirinya belum menentukan dimana dia akan melanjutkan sekolah. dia terpaku atas kenyataan bahwa ia membutuhkan perubahan yang drastis untuk menghilangkan kebiasaan buruknya. beberapa menit kemudian, Rana kakaknya Andika datang dari perjalanannya pulang dari sekolah. ia heran kenapa adiknya Andika itu hanya terdiam di depan TV. Bermaksud usil Rana langsung mengkageti Andika
“HUAAAAAA”
“ANJIRR!!!!” Sontak Andika “Kau ini sudah besar masih aja doyan ngagetin orang, entar kalau orang lain copot jantungnya gimana?”
“Lah? kan yang copot kan jantung orang bukan gue kan? hehe” jawab Rana “Hei.. kau jangan termenung, jangan karena kau diputusi oleh Dea kau malah membuat TV menontonmu! dasar”
“HEH SIAPA DEA?” Jawab Andika “Kakak jangan menyebutkan nama orang yang sama sekali yang tidak dikenal!”
“Dea kan teman kelasku kok gitu aja gatau” Jawab Rana Mengelak
“SERAH LO, ini gaada sangkut pautnya dengan lo, ini hanya masalahku sendiri!”
“Iya kakak tau, lo bingung kan mau masuk mana, SMA atau SMK? SMA kakak aja, sekalian gue buat lu sadar apa yang selalu lu lakukan ketika jamkos, aku selalu tau kau doyan sekali yang namanya kelahi buktinya itu bajumu banyak bercak darah”
“WOI ini saos! aku habis makan bakso, dasar!” jawab Andika
Andika hanya mengelak pernyataan kakaknya bahwa ia harus masuk SMA yang sama dengan kakaknya. Ia sudah memulai Tekad untuk melanjutkan masa mudanya di bangku SMA. dengan usaha dan harapan ia lulus dengan nilai yang memuaskan. dan ia secara resmi masuk SMA Manda
Andika menjalani MOS dengan pengalaman yang buruk. Senior Andika mengetahui bahwa ia adalah bekas berandalan waktu SMP, tak sedikit diantaranya merupakan Senior dari Sekolah SMP-nya. Senior habis habisan meng”Orientasi” Andika hingga Andika kesal, namun sorenya ketika masa MOS berakhir, senior disuruh untuk rapat. disitulah Andika bertemu dengan orang yang senasib dengannya
“Hei kau! aku tau kau juga berandalan sepertiku, aku punya ide untuk membalas kenakalan senior. Ambil ini!” kata orang yang menghampirinya sambil memberi ia petasan.
Andika menerima petasan tersebut. Pada Awalnya, ia ragu ia mempunyai tujuan untuk mengubah dirinya yang dulu. Tapi, ia sudah muak apa yang senior lakukan kepadanya, akhirnya iya menyetujuinya. Secara spontan ia dan orang yang memberinya petasan melemparkan petasannya ke dalam ruang pertemuan dan segera kabur dari tempat tersebut. dalam perjalanan Andika bertanya sesuatu
“Ini sungguh mengasyikkan! ngomong ngomong, siapa namamu? aku Andika Tahta”
“Oh, Aku Murasiba Jun. Panggil saja Jun. Salam kenal”
Keesokannya saat mereka berdua resmi memakai seragam Putih-AbuAbu, Andika dan Jun dipanggil dalam ruang kepala sekolah. Kepala sekolah memberitahu bahwa tindakan mereka berdua sangat berbahaya karena juga ada dewan guru yang usianya lanjut menghadiri rapat, guru tersebut dibawa kerumah sakit dan dirawat inap selama 2 hari karena kaget dahsyat yang hampir membuatnya kehilangan nyawa. mereka berdua akhirnya dihukum berlapis lapis. tapi orang yang bersangkutan dapat meminta maaf.
Seminggu sudah sejak kejadian Andika dan Jun melempari petasan. Rana juga telah mengetahui apa yang Andika lakukan, ia segera menghajar Andika sebagai bentuk kesalahannya, Andika dibawa oleh Rana untuk menemui orang yang bersangkutan. rupanya ia telah sehat kembali namun ia masih diberikan waktu istirahat. Rana dan Andika pun tiba di rumah Pak Gusti
“Pak, Maafkan adek saya, dia ini tidak bermaksud melakukan hal itu. saya juga berjanji akan menghilangkan kenakalan adikku ini yang berandalan”
Melihat itu, Pak Gusti menjawab “Oh, tidak apa apa. tapi, sepertinya iya memang mempunyai tekad untuk berubah, kenapa kau tidak masuk Klub Drama aja, anggap saja Eskul itu membuatmu bisa menemukan apa yang kau cari”
“Bukannya aku tidak menolak, tapi aku ti.....” jawab Andika yang terpotong “Sudah, masuk saja. Pak Gusti itu pemimpin dari Klub itu! dia tau apa yang harus kau lakukan percayalah” jawab Rana yang menjambak kepala Andika.
Dengan terpaksa Andika mengiyakan ajakan dari Pak Gusti, Pak Gusti memberitahu kapan dan dimana Eskul tersebut dilaksanakan, sepulang sekolah Rana membelikan Eskrim kepada Andika
“Heh, aku bukan anak kecil *nyam* hmm enak”
“Dasar anak kecil” kata Rana tertawa
“HEH! Aku bukan anak kecil!” Bentak Andika yang sedang menikmati eskrim.
Sesampainya dirumah, Andika heran apa hubungan drama dengan Perubahan Kepribadian, ia hanya berandai bahwa drama hanya suatu ekstrakulikuler murahan, seharusnya ia tidak mengiyakannya. tapi, Nasi telah berubah menjadi Bubur... ya mau diapakan lagi begitu gumam Andika yang kesal dengan pertemuannya dengan Pak Gusti.