Di Kerajaan Ataram, Raja Darashtra menerima kabar dari hutan bahwa Pandirata telah dianugerahi 5 anak. Raja Darashtra iri dan sedih karena selama 1 tahun ini, kandungan Ratu Gauri masih belum keluar. Ratu Gauri yang memiliki watak yang sangat lemah lembut pun marah kepada Dewa Shanwa, dan dia memukul-mukul perutnya dengan keras di hadapan patung Dewa Shanwa. Saking marahnya, dia pun pingsan dan para pelayan membawanya ke kamar Ratu Gauri.
Tabib kerajaan masih memeriksa keadaan Ratu Gauri. Raja Darashtra, Ibu Ratu, Kakek dari Darashtra, dan Perdana Mentri pun menunggu kabar dari keadaan Ratu Gauri. Beberapa jam kemudian, Tabib kerajaan keluar dari kamar Ratu Gauri dan memberitahukan keadaan Ratu Gauri bahwa kandungannya sudah lahirkan tetapi kandungnya bukan seorang bayi melainkan segumpal daging. Mereka pun kaget tapi Raja Darashtra tidak menpercayainya dan dia menghampiri segumpal daging tersebut. Raja Darashtra yang tidak memiliki penglihatan itu pun menyentuh segumpal daging tersebut. Seketika Raja Darashtra pun bersedih karena anak yang dinanti itu pun bukan seorang bayi.
Ibu Ratu, Rani, pergi ke kediaman Pendeta Abaysa untuk memberitahukan bahwa ramalan Ratu Gauri yang memiliki 100 anak itu pun tidak terjadi. Pendeta Abaysa memberitahukan kalau segumpal daging adalah sebuah inti dari 100 anak.
" Besok, temui aku di Goa Landani dan bawalah segumpal daging itu." Kata Pendeta Abaysa. Ibu Ratu pun menyetujuinya dan kembali ke kerajaan.
Sesampainya, Ibu Ratu memberitahu kepada Raja Darashtra dan Ratu Gauri tentang apa yang diberitahukan kepada Pendeta Abaysa. Raja Darashtra dan Ratu Gauri pun senang dan memberitahukan kepada Perdana mentri dan kakek dari Darashtra, Bisma.
Keesokan harinya, mereka pergi ke Goa Landani untuk bertemu Pendeta Abaysa. Dia menyuruh untuk memberikan segumpal daging itu kepadanya dan salah satu pelayan yang membawa segumpal daging itu pun memberikannya.
Pendeta Abaysa mulai melakukan ritual upacara. Pengikutnya membantu ritual tersebut. Mereka memotong daging itu menjadi 101 pecahan daging yang dapat membentuk sebuah anak yaitu 100 anak laki-laki dan 1 anak perempuan. Daging-daging itu dimasukkan ke sebuah guci besar yang berisi 5 elemen yaitu air, udara, tanah, api dan tumbuhan. Guci-guci itu digantung layaknya kepompong. Semua keluarga kerajaan boleh melihat dan menyentuh guci-guci itu. Pendeta Abaysa memberitahukan bahwa guci-guci itu akan pecah dengan sendirinya dan munculah sebuah anak didalamnya.
" Pendeta, kapankah guci-guci itu akan pecah?" Tanya Ratu Gauri dengan tidak sabarnya.
" Mungkin sekitar 1-2 bulan." Jawab Pendeta Abyasa.
Di hutan kediaman Pandirata, Kisandra dan Mindra menerima sebuah surat dari kerajaan tentang kelahiran Ratu Gauri. Mereka senang mendengar kabar itu.
2 bulan kemudian, Pendeta Abaysa mengirim kabar ke kerajaan bahwa guci-guci itu sudah saatnya untuk pecah. Mereka pun langsung pergi ke Gua Landani. Ratu Gauri dan Raja Darashtra langsung menghampiri guci-guci itu. Beberapa jam kemudian, Ratu Gauri mendengar seperti getaran di gua itu dan menghampirinya. Ternyata getaran itu berasal dari salah satu guci tersebut.
Guci itu pecah dan disusul dengan guci-guci lainnya dan akhirnya keluarlah seorang bayi tetapi bayi itu keluar bersamaan dengan awan mendung dan badai yang menandakan bahwa bayi itu membawa kesialan.
" Tuanku, aku yakin kalau bayi itu membawa malapetaka." Kata Perdana Mentri yang bernama Wasuna.
" Itu benar, Darashtra. Demi keselamatan kerajaan kita, sebaiknya kita korbankan bayi-bayi itu." Kata Kakek dari Darashtra, Bisma.
Darashtra marah setelah mendengarkan perkataan Kakek dan Perdana Mentri tapi dia juga takut karena kerajaannya menjadi korban dari anaknya. Darashtra memutuskan untuk mengorbankan anaknya tapi setelah mendengar tangisan anaknya, hatinya luluh dan akhirnya mereka memutuskan untuk tidak mengorbankan anaknya. Bisma dan Wasuna hatinya ikut luluh juga dan menerima keputusan Darashtra.
Rakyat Kerajaan Ataram ikut bergembira walaupun itu pertanda sial. Anak-anak Darashtra dibawa ke Kerajaan yang disambut oleh rakyat Kerajaan Ataram. Raja Darashtra membuat perayaan selama 1 bulan yang mengundang semua kerajaan. Raja Darashtra juga mengundang Pandirata tapi dia menolak.
Esok harinya Darashtra melakukan ritual pemberian nama kepada anak-anaknya. Anak tunggalnya dia beri nama Danadyaksa sedangkan anak perempuannya dia beri nama Kamala. Banyak sekali anak-anak Darashtra bahkan dia pun bingung harus dinamai apa.