Read More >>"> IP 3.98 Minus
Loading...
Logo TinLit
Read Story - IP 3.98 Minus
MENU
About Us  

“Selamat, Sayang. Puji syukur yaa, kamu sangat tepat waktu lulusnya,” ujar seorang wanita dengan usia sekitar 40 tahun kepada seorang laki-laki yang mengenakan toga. “Mama bangga!”

Terlihat di depan auditorium itu, banyak orang dewasa berlalu-lalang menyelamati laki-laki tadi beserta keluarganya. Wajah wanita tadi sangat sumringah, laki-laki gagah di samping wanita yang tak lain dan tak bukan adalah suaminya itu juga terlihat bangga. Senyumnya lebar dan tawanya menggelegar sedikit bergema. Matanya juga berbinar-binar. Sangat jelas sekali bahwa mereka berbangga atas capaian anaknya yang cumlaude dengan IP 3.98. Nyaris sempurna.

Langit cerah seakan mendukung bahagia milik wisudawan wisudawati yang tengah bercengkerama satu sama lain. Namun, langit hanyalah langit. Ia tak bisa seenak hati merubah isi hati orang-orang yang ada dalam naungannya kala itu. Tampak dalam kerumunan tadi, seorang lelaki bertoga yang hanya menanggapi ucapan selamat tanpa sedikitpun mimik muka yang bersahabat. Dia lah sang pemilik IP nyaris sempurna tadi. Hati tetaplah hati. Sekeras apapun itu, butuh waktu untuk melunakkannya. Itu pun tak mudah. Begitulah mungkin gambaran hati dari seorang Alvaro Affandy, pemilik IP 3.98 di Universitas Negeri Indonesia.

Di tempat lain yang tak jauh dari lokasi wisuda, lima orang wisudawan wisudawati tampak tengah berkerumun membicarakan sesuatu.

“Nah, sekarang saatnya lu tepatin dare lu yang pas makrab itu, Ky!” kata Pretty.

Tampak jelas di muka Rifky bahwa ia enggan beranjak menepati apa yang diminta teman-temannya.

“Ah elah, Rif. Lima menit doang. Udah kita korting nih, tadinya kan sepuluh menit,” timpal Irsyad.

“Ebuset. Lima menit buat ngomong sama dia tuh lamanya kaya setahun. Lu semua nggak mau ganti dare-nya apa? Aduh, please!” pinta Rifky sambil memonyongkan bibirnya tanda ia sangat memohon.

“Tepatin janji lu kali, Ky! Dulu lu udah nge-iya-in. Sepuluh menit bahkan. Ini kita udah korting,” tandas Adra tegas. Tangannya pun sudah terlipat di depan dadanya.

Hanya Yola yang terdiam. Namun, tampak jelas juga dari pancaran matanya bahwa ia tegas untuk ini.

“Ayolah, Ky! Tinggal lu ke sana, terus say Hi, terus ajak ngomong robot itu lima menit. Tugas lu kelar, deh,” Adra berkata lagi tanpa sabar.

“Lu kata gampang kaya gitu!” Rifky pun memanas. Ini ujian baginya. Mengajak obrol seorang yang disebut robot tadi, yang tak lain dan tak bukan adalah Alvaro. Ya, pemilik IP nyaris sempurna itu.

Semuanya menghembuskan nafas berat. Rifky terlihat komat-kamit menghapalkan apa saja yang akan ia lakukan nanti. Gayanya seperti akan melakukan sidang akhir kelulusan sarjana. Tangannya pun ikut bergerak-gerak merapal. Sekali lagi Rifky mengambil napas panjang dan menghembuskannya cepat lewat mulut. Tangannya mengepal, kakinya mulai terangkat, dan melangkah.  Keempat pasang mata milik kawannya itu pun berbinar dan bergerak mengikuti Rifky yang beranjak pergi menuju cobaannya.

Langkah berat milik Rifky akhirnya sampai pada lokasi tujuannya. Ia pun berusaha memulai dare-nya.

“Hai, Al!” sapa Rifky di awal.

Hening. Tak ada balasan rupanya, walau sekedar ucapan ‘hai’. Bahkan selarik senyum pun tak ada di wajah lawan bicaranya ini.

“Selamat yaa, Al. Gilaa, gilaa. IP nyaris sempurna gitu, tiap harinya lu makan apa, deh?” kata Rifky dengan menambah sedikit tawa di akhir kalimatnya.

Hening. Lagi. Cukup lama, karena Rifky lupa hal apa lagi yang ingin dikatakannya.

“Ah ya, gimana kalau kita foto bareng? Nggak cuma kita berdua sih. Tadi, ada beberapa temen yang mau foto bareng lu gitu. Ada Adra, Irsyad, Pretty, sama Yola. Gimana? Yuk!” ujarnya keluar dari hal apa yang tadi dihapalkannya.

Keempat pemilik nama yang disebut ini kini merutuki Rifky di dalam hatinya masing-masing.

“Yuk, Al. Lu kenal mereka juga kan?” ajak Rifky pada manusia yang dimiripkan robot itu.

“Ohh, sini, sini! Tante yang ambilkan gambarnya,” kata Bu Esta, mama Alvaro.

Foto dengan latar belakang auditorium nan megah itu telah terabadikan.

“Terimakasih, Tante,” ucap Rifky dengan keempat lainnya yang mengiyakan.

“Iya, sama-sama. Anak Tante yang satu ini emang bikin Tante bangga. Selain akademiknya yang oke, ternyata temen-temen yang dipunyanya juga baik-baik,” ujar Bu Esta.

Adra menggaruk kepalanya sambil memaksakan senyum di bibirnya yang terbalut lipstick tipis itu, seraya berkata dalam hatinya, “Buseeet, siapa juga yang jadi temennya Alvaro. Kayaknya, otak tante ini perlu dicuci.”

***

“Alvaro Affandy, Pemilik IP 3.98 Universitas Negeri Indonesia Ditemukan Tewas di dalam Kamarnya”- Berita Kini : 18/04/2017 15.00

Berita ini muncul seminggu setelah wisuda dilaksanakan. Duka menyelimuti keluarga Alvaro setelah seminggu kemarin, keluarga ini merasakan bahagia yang teramat sangat. Penyebab kematiannya sedang diusut oleh pihak rumah sakit dan kepolisian. Dalam waktu dukanya ini, hanya beberapa kerabat yang datang melayat. Tak satu pun terlihat di sana teman-teman dari almarhum.

“Mah, temen-temen Alva nggak ada yang dateng? Ini Papa dari tadi ditanya rekan-rekan Papa,” bisik Pak Mul di sela-sela kesibukannya menemui tamu-tamu dari rekannya.

“Mama juga nggak tahu, Pa. Harusnya ada,” jawab Bu Esta di sela sesenggukannya setelah sesi pemakaman selesai dilaksanakan.

Di luar rumah, tampak Yola tengah menggenggam handphone seakan menunggu balasan dari lawan bicaranya. Tak berapa lama kemudian, datang dua orang lainnya yaitu Adra dan Irsyad.

“Rifky nggak bisa dateng, dia lagi di Bandung,” kata Irsyad menjelaskan tanpa diminta.

“Oke. Berarti kita bertiga aja. Si Pretty juga lagi nggak di Jakarta. Masuk sekarang?” tanya Yola yang langsung dijawab anggukan tanda iya dari teman-temannya.

Baru saja mereka menginjakkan kaki di teras rumah Alvaro, datang beberapa polisi yang masuk rumah begitu saja. Ketiga kawan itu terhentak kaget, masalahnya mereka seperti diserobot oleh polisi-polisi itu.

“Gue rasa, kita nggak usah masuk sekarang, deh” ucap Yola menghentikan langkah Adra dan Irsyad. Mereka pun duduk lesehan di teras rumah.

Tak berapa lama setelah pantat menyentuh lantai teras, polisi keluar bersama Pak Mul dan Bu Esta. Kiranya kedua orangtua ini hendak mengantar polisi ke depan rumah, namun nyatanya mereka dibawa pergi oleh polisi dengan mobil bersirene itu. Sebelum kaki Bu Esta keluar menginjak pavingan, ia menoleh dan menemukan Yola beserta kawan-kawannya, seraya berkata, “Wah, Tante sudah menduga teman Alvaro pasti akan datang ke sini untuk menghormati Alva. Terimakasih, Nak. Kalian tunggulah dulu di rumah ini. Doakan Tante, bapak-bapak polisi ini menuduh Tante sebagai tersangka. Padahal, tak mungkin bukan? Tante kan Mama yang sangat membanggakan Alvaro,”.

***

Di hari itu pula, berita-berita mengenai kekerasan Bu Esta terhadap anaknya, Alvaro mulai tersebar di berbagai media. Berita-berita itu mengatakan bahwa beberapa hari sebelum Alvaro wafat, Bu Esta kerap kali memarahi anak semata wayangnya tersebut. Dikatakan pula penyebab kematian Alvaro adalah konsumsi obat berbahaya. Jadi, dari berita ini disimpulkan bahwa Bu Esta yang menyikapi anaknya ini selalu dengan kekerasan memberi obat pada anaknya itu sehingga menyebabkan kematian.

***

“Aku mohon, Sayang. Akui saja sekarang. Daripada kau harus menerima beban berbohong bertahun-tahun lamanya. Kau terima hukumannya, jalani, dan selesai,” ucap seorang perempuan di sambungan telepon kepada lelakinya.

Yang di seberang telepon sana hanya terdiam, dan seketika itu juga sambungan telepon terhenti.

Sayang, orang bijak adalah orang yang menyadari kesalahannya, berani mengakuinya, mau memperbaikinya, dan belajar darinya. Dan aku sangat suka orang bijak :*

Sms itu muncul dalam layar handphone milik lelaki penerima telepon tadi.

Setelah membaca sms itu dan merenungi di atas ranjang kamarnya, lelaki ini beranjak dan kemudian duduk di atas kursi belajarnya. Ia menarik sebuah kertas dan mengambil bolpoin, lantas khusyuk berdua dengan tulisan yang tengah ia tuliskan.

***

Pagi hari di Hari Senin, Bu Esta hendak pergi ke pengadilan negeri untuk persidangan. Ketika ia melintasi gerbang rumahnya, secarik kertas dalam kotak pos cokelat menarik perhatiannya. Ia pun mengambilnya dan langsung membacanya.

Bulan bersinar di tempatnya tampak menawan

Purnamanya cerah indah seakan mata takkan lepas darinya

Kecacatan miliknya tertutup sudah oleh sinar indahnya

Tak tahukah engkau, Nyonya?

 

Banyak nian pengagumnya

Banyak nian pemujanya

Mereka semua menutup beberapa sosok yang tak suka padanya

Tak tahukah engkau, Nyonya?

 

Dan kan kuberitahu, Nyonya. Bahwa aku sesalah satu dari sosok yang tak suka pada Bulan itu. Ya, bulan yang selalu amat terlihat membanggakan, Alvaro Affandy. Seseorang yang sungguh kau banggakan. Seseorang dengan IQ yang tingginya selangit mungkin? Tapi EQ yang sungguh kurasa berada di inti bumi yang terdalam. Tak punya kepribadian sosial yang baik. Itu lah cacatnya ia. Kuberitahu kau, Nyonya.

Aku juga punya cacat. Lewat surat ini, akan kuakui kecacatanku yang sungguh aku tahu, takkan bisa kau maafkan. Aku telah menghilangkan nyawanya. Sekali lagi kuperjelas, aku yang membunuhnya. Kurasa saat itu, aku sangat tak bisa kendalikan emosiku. Puncak rasa marah, malu, dan tak bisa memaafkannya telah sampai pada batasnya. Kau tahu betapa malunya aku ketika aku berusaha bersosialisasi dengannya di depan umum dan ia sama sekali tak memandangku? Bahkan melirikku pun tidak! Itu hanya satu dari sekian banyak rasa geramku padanya.

Ah, sudahlah. Seberapa panjang tulisan ini, takkan membuatmu memaafkanku.

Bawa saja surat ini ketika Anda akan bersidang. Katakan bahwa aku adalah dalangnya.

Namun, satu hal yang saya ingin Anda tahu, putra Nyonya memang pemilik IP 3.98 tapi perlu diperjelas menjadi IP 3.98 minus. Dan seberapa minusnya? Kurasa tak berhingga. Karena dalam  hidup, bukan hanya otak yang penting. Namun, hati juga tak kalah pentingnya. Camkan itu, Nyonya! Semoga dalam mendidik anak di kemudian hari, Anda tak melakukan kesalahan ini lagi.

Teruntuk Nyonya yang Terhormat,

Bu Esta Arini

Dari yang Anda anggap sebagai teman Alva,

Rifky Samudra Pasifik

***

Seminggu setelahnya, Rifky bersiap menuju kehidupannya di dalam bui. Tampak Yola bergelayut di tangan Rifky, mengalirkan rasa semangat tanggungjawab kepada lelakinya itu. Setelah kedua orang ini melangsungkan pernikahannya tiga hari yang lalu, cobaan baru mulai dihadapi.

“Jalani ya, Bro. Gue speechless,” kata Irsyad.

Adra dan Pretty hanya terdiam. Mereka juga bingung harus bersikap apa.

“Terimakasih, Sayang, udah menjadi orang bijak. Aku mencintaimu, sungguh. Jangan lupa selalu berdoa, keajaiban Yang Kuasa itu nyata adanya,” ucap Yola dalam pelukannya pada Rifky.

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 1 0
Submit A Comment
Comments (9)
  • najwaania

    @drei ehehe, terimakasih banyak.. (baru on tinlit lagi nih setelah sekian tahun ga aktif, lebih aktif di ig (@najwaania) silakan mampir kalau sempat :))

  • najwaania

    @shafirazsya eh yaampun, aku baru buka tinlit lagi setelah sekian tahun.. Rencana ada mau aktifin wattpad (@najwaania) sabi lah difollow dulu wkwk, selama ini lagi aktif di ig aja (@najwaania) silakan mampir.. terimakasih yaaa!

  • dear.vira

    Beginningnya udh bikin penasaran nih, sukses selalu 😊 Jika berkenan mampir dan like story aku ya https://tinlit.com/read-story/1436/2575.. Terima kasih :)

  • dinda136

    Mampir yuk ke cerita ku, makasih
    https://tinlit.com/story_info/2957

  • drei

    wahh twistnya seru >.<

  • shafirazsya

    ini ga di up ke wattpad juga? duhh udah mulai ketagihan baca inii. tapi ntah kenapa lebih nyaman baca di wattpad

  • shafirazsya

    ini ga di up ke wattpad juga? duhh udah mulai ketagihan baca inii. tapi ntah kenapa lebih nyaman baca di wattpad

  • najwaania

    Hehe, iya. Lagi suka aja, semoga aja seterusnya suka

  • Smeraldo

    Am i the first?Naj?hehe...
    Rajin bgt bikin2 cerpen.It's quite fun.Good job.-Smeraldo-

Similar Tags
Teman Kecil
333      206     0     
Short Story
Sudah sepuluh tahun kita bersama, maafkan aku, aku harus melepasmu. Bukan karena aku membencimu, tapi mungkin ini yang terbaik untuk kita.
Bumi Yang Merindukan Bulan
596      380     0     
Short Story
Ingatanku memutar kembali ke kejadian tadi siang di cafe, mataku yang tidak sengaja bertubrukan dengan mata teduh yang sudah lama tidak kulihat lagi. Ya, aku tahu sekarang, aku tahu rindu ini untuknya.
Rasa Cinta dan Sakit
426      215     1     
Short Story
Shely Arian Xanzani adalah siswa SMA yang sering menjadi sasaran bully. Meski dia bisa melawan, Shely memilih untuk diam saja karena tak mau menciptakan masalah baru. Suatu hari ketika Shely di bully dan ditinggalkan begitu saja di halaman belakan sekolah, tanpa di duga ada seorang lelaki yang datang tiba-tiba menemani Shely yang sedang berisitirahat. Sang gadis sangat terkejut dan merasa aneh...
Nightmare
542      378     1     
Short Story
Ketika mimpi buruk datang mengusik, ia dihadapkan pada kenyataan tentang roh halus yang mengahantui. Sebuah 'dreamcatcher' sebagai penangkal hantu dan mimpi buruk diberikan. Tanpa ia tahu risiko sebenarnya. Pic Source : -kpop.asiachan.com/Ash3070 -pexels.com/pixabay Edited by : Picsart Cerita ini dibuat untuk mengikuti thwc18
Sending My Love To Heaven
727      376     6     
Short Story
Untukmu, lelaki yang pernah membuat hidupku berwarna. Walau hanya sementara.
Archery Lovers
3449      1712     0     
Romance
zahra Nur ramadhanwati, siswa baru yang tidak punya niat untuk ikut ekstrakulikuler apapun karena memiliki sisi trauma saat ia masih di SMP. Akan tetapi rasa trauma itu perlahan hilang ketika berkenalan dengan Mas Darna dan panahan. "Apakah kau bisa mendengarnya mereka" "Suara?" apakah Zahra dapat melewati traumanya dan menemukan tempat yang baik baginya?
the Overture Story of Peterpan and Tinkerbell
13056      8661     3     
Romance
Kalian tahu cerita peterpan kan? Kisah tentang seorang anak lelaki tampan yang tidak ingin tumbuh dewasa, lalu seorang peri bernama Tinkerbell membawanya kesebuah pulau,milik para peri, dimana mereka tidak tumbuh dewasa dan hanya hidup dengan kebahagiaan, juga berpetualang melawan seorang bajak laut bernama Hook, seperti yang kalian tahu sang peri Tinkerbell mencintai Peterpan, ia membagi setiap...
Penantian Tak Terjawab
586      325     1     
Short Story
Waktu mungkin terus berjalan, namun kenangan tak bisa hilang begitu saja.
Topan yang Sopan
417      262     1     
Short Story
Beruntung, ketika insiden itu hendak terjadi, aku berada cukup jauh dari Topan. Sialnya, ketika insiden itu barusan terjadi, mendadak aku malu sendiri, hanya dengan melihat Topan mempermalukan dirinya sendiri.
Tanda Tanya
375      261     3     
Humor
Keanehan pada diri Kak Azka menimbulkan tanda tanya pada benak Dira. Namun tanda tanya pada wajah Dira lah yang menimbulkan keanehan pada sikap Kak Azka. Sebuah kisah tentang kebingungan antara kakak beradik berwajah mirip.