Loading...
Logo TinLit
Read Story - Galang dan Refana
MENU
About Us  

“Untuk apa kita diciptakan di dunia? “ seorang gadis yang sudah cukup lama ku kenal mengajukan sebuah pertanyaan. Ia melemparkan pandangan kosongnya ke sebuah dimensi ruang. Tangannya yang dipenuhi perban memeluk lutut seolah tangah melindungi tubuh dan jiwa rapuhnya. Aku berdiri tepat di sampingnya, namun tidak mampu menyuarakan sebuah jawaban. Aku bahkan tidak tahu tujuan gadis itu menanyakan pertanyaan itu padaku.

            “Hei Gal kamu dengar pertanyaanku ngga? “ protesnya.

            “Aku mendengarnya Fan. “ sahutku. Refan diam dan mulai tenggelam dalam lamunannya, begitu juga denganku. Aku tidak mengerti apa yang dipikirkan Refan ataupun mengetahui apa yang terjadi dengannya. Setahun sudah sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Refan dengan senyum tipis dan mata sendunya kerap kali menatap kosong awang-awang. Terkadang ia menyendiri memisahkan diri dari keramaian seolah-olah dirinya berada di dimensi lain. Dan perban yang seringkali membalut kedua tangannya kemudian membuatku tertarik padanya. Gadis itu jarang sekali mengeluarkan suara. Ia lebih senang berteman dengan sunyi dan tenggelam dalam pikirannya.

            “Untuk apa aku dilahirkan? “ samar-samar Refan kembali menggumam. Aku menoleh masih membungkam. Ingin mengetahui kelanjutan ucapannya. “Kenapa? Demi tujuan apa keberadaanku di dunia ini? “ kembali ia menggumam. Terdengar begitu sedih. Tanpa kusadari tanganku bergerak menepuk pelan pundak Refan. Terkejut, Refan menoleh padaku. Bola mata hitam legamnya menatap lurus ke dalam mataku membuat jantungku berdebar cepat. Menutupi sebuah kegugupan aku tersenyum tipis.

            “Ayo masuk kelas, bel udah bunyi dari tadi! “ ajakku mengalihkan pertanyaan Refan dan juga debaran keras di jantungku. Refan terlihat kecewa namun ia tak mengucapkan sepatah kata. Kami berdua kembali ke kelas dalam balutan kebisuan.

Refana Alfiana. Selama satu tahun sejak bertemu dengannya, tidak pernah sekalipun aku tidak memperhatikannya. Pandangannya, bahasa tubuhnya dan kata-katanya. Gadis itu memang tidak pernah memperlihatkannya, tetapi aku lebih dari siapapun mengetahuinya. Refana selalu berusaha dengan keras. Ia tidak atletis, karena itu setiap sore gadis itu selalu berlari-lari kecil mengelilingi lapangan, berlatih basket ataupun voli. Refana juga tidak pintar karena itu sering kali aku memergokinya mengulang-ulang materi. Terkadang meskipun tidak ingin, ia tetap memaksakan sebuah senyuman. Mungkin karena itulah aku menyukainya. Tetapi meski selalu memperhatikannya aku tidak pernah bisa memahami jalan pikiran dan arti tatapan sendunya dan juga balutan perban di kedua lengannya.

****

Aku selalu berpikir akulah yang paling memahami dan mengerti Refan. Aku yang selama ini selalu memperhatikannya, tentunya aku yang paling memahaminya. Tetapi semua itu hanyalah khayalanku. Sebuah arogansi yang terlahir tanpa alasan yang logis. Benar sekali. Aku terlalu arogan menganggap diriku yang paling memahami Refan. Itulah yang kupikirkan sampai sore itu datang.

Kegiatan ekskul voliku sudah usai sejak tadi, namun aku masih tinggal di sekolah membereskan peralatan. Matahari sudah mulai tenggelam menyisakan jingga yang mewarnai langit. Di balik bayang-bayang jingga itu, mataku menemukan sosok yang sangat kukenal. Refana Alfiana tengah berdiri pinggir lantai tiga. Melompati pagar tembok yang dibuat sebagai pengaman, gadis itu berdiri seolah siap untuk menjatuhkan diri.

Aku terbelalak. Jantungku berdebar cepat memompa darahku ke seluruh tubuh. Badanku panas dingin. Otakku tidak dapat memproses informasi dengan benar. Aku benar-benar kacau. Saat itu aku tidak lagi diperintah oleh otakku. Aku tidak tahu lagi, namun yang pasti tubuhku bergerak. Aku berlari secepat mungkin. Meskipun kakiku harus patah, aku tidak peduli. Aku harus berlari ke tempat dimana gadis itu berada. Sebelum semuanya terlambat. Sebelum aku tidak bisa lagi memandang mata sendunya.

            “Refana Alfiana! “ seruku di tengah napas yang tersengal-sengal. Refan menoleh tercengang oleh kehadiranku. Ekspresi di wajahnya seolah menanyakan untuk apa aku datang ke sini. “Apa yang kamu lakukan? “ tanyaku. Refan hanya diam. Matanya menatapku, namun tidak ada sesuatupun di bola matanya. Hanya kekosongan.

            “Aku hanya lelah Gal. “ jawabnya. Refan menghela napas panjang. “Sebaiknya kamu tidak menghentikan aku Galang. Aku sudah membulatkan keputusanku. “ lanjutnya.

            “Mana mungkin aku nggak menghentikanmu!” aku berteriak setengah marah. “Apapun yang terjadi aku pasti akan mengentikanmu.”

            “Kalau begitu coba hentikan aku. ” Refan tersenyum tipis sebelum menutup matanya dan mendorong tubuhnya ke depan. Aku berlari sekuat tenaga berusaha menghentikannya. Kakiku kupacu berlari sekencang mungkin. Jantungku memompa darah lebih kuat agar aku tidak kehilangan kesadaran. Otakku hanya memikirkan satu hal. Jangan membiarkannya jatuh. Tepat ketika Refan terjatuh, aku berhasil menangkap tangannya. Aku mengerahkan tenaga terakhirku untuk menariknya. Aku dan Refan terjatuh ke teras gedung.

Penampilan Refan terlihat begitu berantakan. Rambut hitamnya terurai tidak beraturan. Perban yang selama ini selalu membalut tangannya sebagian terlepas memperlihatkan bekas sayatan di sepanjang kulit putihnya. Gadis itu memandangku tajam. Ia seperti tidak terima aku menghentikannya.

            “Kenapa? Kenapa kamu harus menghentikanku! “ serunya. Refan mencengkram erat kerah bajuku. Tatapannya menyala penuh kemarahan. “Aku sudah muak! Aku sudah lelah! “ ceracaunya. Kini pandangannya berubah begitu pedih. “Aku tidak tau lagi.” Cengkraman Refan mulai melemah dan kini ia terisak.

            “Hei Galang, jawab pertanyaanku. Untuk apa sebenarnya aku dilahirkan ke dunia ini? Untuk apa Tuhan menciptakanku? “tanyanya. Pertanyaan sama yang selalu ia ajukan kepadaku. Pertanyaan yang tidak pernah bisa kujawab.

            “Aku tidak bisa melakukan semua hal. Aku tidak pintar, tidak atletis, buta nada, pendiam. Tidak ada yang bisa dibanggakan!” suaranya mulai serak. Mata nanarnya memandangku meminta jawaban. “Seberapapun aku berusaha aku tidak bisa. Meskipun berusaha aku tetap saja gagal. Dan aku juga tidak bisa membanggakan orang tuaku seperti yang kakakku lakukan. “ lanjut Refan terisak.

            “Hei Galang, bukankah hidupku benar-benar tidak berguna? “ Aku membulatkan mata tidak percaya dengan perkataan Refan.

            “Apa yang kamu katakan! “ seruku “Ngga ada manusia yang hidupnya ngga berguna.” Refan tersenyum samar.

            “Aku buktinya. Aku sudah lelah. Aku ngga ngerti sama sekali tujuanku dilahirkan di dunia. Kalau begitu bukankah lebih baik aku menghilang saja? Bersatu dengan kegelapan. Dan semua orang pasti akan bahagia.”

            “Aku ngga akan bahagia! “ tukasku marah. “ Kalau kamu memang ngga tau tujuan hidupmu, buat saja. Tetaplah disisiku, bagiku itulah kenapa kamu dilahirkan. “ Aku mencengkram bahunya. “Bagiku kamu bekerja lebih keras dari siapapun. Kamu berusaha, bukankah itu sudah cukup? Kalau kamu gagal sekarang bukan berarti kamu akan terus gagal kan? Aku lebih tau dari siapapun usaha mu, karena itu jangan menyerah.” Refan melepas cengkramanku. Napasnya terengah-engah.

“Jangan bicara seolah kamu tau segalanya. Kamu ngga tau rasa sakit yang kurasakan di sini. “ ia menunjuk dada sebelah kirinya. “Kamu ngga tau apa-apa. Jangan bicara seperti kamu yang paling memahamiku!” teriaknya. Aku menarik tangan Refan, kembali mendekatkannya padaku. Aku memandang wajahnya lekat-lekat menempelkan tanganku di pipinya.

“Memang benar aku ngga tau segala hal tentang dirimu. Aku ngga memahamimu sepenuhnya. Aku bahkan ngga tau selama ini kamu begitu kesakitan. “ Aku melembutkan suaraku. “Tapi percayalah bahkan tanpa kusadari pandangan mataku tidak bisa lepas dari dirimu. Aku menyukaimu. Jadi setidaknya bertahanlah lebih lama demi diriku. “ kataku. Refan terlihat begitu terkejut.

“Aaa aku.” Aku meletakkan telunjukku di bibirnya. “Kamu ngga perlu menjawab. Kamu cukup tau isi hatiku dan hidup lebih lama.  Teruslah jadi Refana yang selalu bekerja keras dan Refana yang kusukai. “

Refana kembali menangis. Kali ini ia benar-benar menangis histeris. Entah karena kesedihannya, rasa sakitnya atau rasa putus asanya. Yang jelas gadis itu menangis tersedu. Aku hanya bisa meminjamkan bahuku sebagai tempatnya menangis. Membiarkannya mengekspresikan semua hal yang ia pendam dalam hati. Segala yang ia rasakan namun tidak berhasil terucap.

“Makasih Galang kamu udah menghentikan kebodohanku. “ucapnya. Aku hanya tersenyum.

“Mungkin benar katamu, sepertinya aku harus berusaha lebih keras lagi. “ Refan terdiam sejenak. Wajahnya sedikit memerah. “Untuk jawaban pernyataanmu bisa aku pikirkan dulu? “ tanyanya. Wajahku ikut memerah mengingat pernyataan cintaku yang sangat tidak keren tadi. Aku mengangguk cepat menyembunyikan rasa maluku. Refan beranjak. Punggungnya yang semakin menghilang dari tatapanku terlihat tangguh. Jauh lebih tangguh dari sebelumnya. Tak lama kemudia gadis itu berlari-lari kecil kembali ke arahku. Ia berjinjit berbisik di telingaku.

            “Tapi sepertinya aku juga menyukaimu. “

           

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
PENYESALAN YANG DATANG TERLAMBAT
763      471     7     
Short Story
Penyesalan selalu datang di akhir, kalau diawal namanya pendaftaran.
Too Late
8124      2099     42     
Romance
"Jika aku datang terlebih dahulu, apakah kau akan menyukaiku sama seperti ketika kau menyukainya?" -James Yang Emily Zhang Xiao adalah seorang gadis berusia 22 tahun yang bekerja sebagai fashionist di Tencent Group. Pertemuannya dengan James Yang Fei bermula ketika pria tersebut membeli saham kecil di bidang entertainment milik Tencent. Dan seketika itu juga, kehidupan Emily yang aw...
Premium
Adopted
2769      1187     1     
Romance
Yogi Ananda dan Damar Raditya dua pemuda yang terlihat sempurna dan mempunyai keluarga yang utuh dan bahagia. Mereka bertemu pertama kali di SMA dengan status sebagai kakak dan adik kelas. Terlahir dengan wajah tampan, dikaruniai otak cerdas, memiliki perangai baik sehingga banyak orang menyukai mereka. Walau berasal dari orang tua kalangan kelas menengah tidak menghentikan langkah mereka untuk m...
Jane and His Zombie
426      297     0     
Short Story
This story is about a girl who meet a zombie and she fell in love with the zombie
Delapan Belas Derajat
11331      2334     18     
Romance
Dua remaja yang memiliki kepintaran di atas rata-rata. Salah satu dari mereka memiliki kelainan hitungan detak jantung. Dia memiliki iris mata berwarna biru dan suhu yang sama dengan ruangan kelas mereka. Tidak ada yang sadar dengan kejanggalan itu. Namun, ada yang menguak masalah itu. Kedekatan mereka membuat saling bergantung dan mulai jatuh cinta. Sayangnya, takdir berkata lain. Siap dit...
When I\'m With You (I Have Fun)
677      392     0     
Short Story
They said first impression is the key of a success relationship, but maybe sometimes it\'s not. That\'s what Miles felt upon discovering a hidden cafe far from her city, along with a grumpy man she met there.
That Snow Angel
14199      2803     4     
Romance
Ashelyn Kay Reshton gadis yang memiliki kehidupan yang hebat. Dia memiliki segalanya, sampai semua itu diambil darinya, tepat di depan matanya. Itulah yang dia pikirkan. Banyak yang mencoba membantunya, tetapi apa gunanya jika dia sendiri tidak ingin dibantu. Sampai akhirnya dia bertemu dengannya lagi... Tapi bagaimana jika alasan dia kehilangan semuanya itu karena dia?
KASTARA
486      381     0     
Fantasy
Dunia ini tidak hanya diisi oleh makhluk hidup normal seperti yang kita ketahui pada umumnya Ada banyak kehidupan lain yang di luar logika manusia Salah satunya adalah para Orbs, sebutan bagi mereka yang memiliki energi lebih dan luar biasa Tara hanya ingin bisa hidup bebas menggunkan Elemental Energy yang dia miliki dan mengasahnya menjadi lebih kuat dengan masuk ke dunia Neverbefore dan...
Bee And Friends
3270      1238     1     
Fantasy
Bee, seorang cewek pendiam, cupu, dan kuper. Di kehidupannya, ia kerap diejek oleh saudara-saudaranya. Walau kerap diejek, tetapi ia memiliki dunianya sendiri. Di dunianya, ia suka sekali menulis. Nyatanya, dikala ia sendiri, ia mempunyai seseorang yang dianggap sebagai "Teman Khayalan". Sesosok karakter ciptaannya yang ditulisnya. Teman Khayalannya itulah ia kerap curhat dan mereka kerap meneman...
Mendadak Pacar
9496      1936     1     
Romance
Rio adalah seorang pelajar yang jatuh cinta pada teman sekelasnya, Rena. Suatu hari, suatu peristiwa mengubah jalannya hari-hari Rio di tahun terakhirnya sebagai siswa SMA