“Menurutmu jika namaku Ruka, apakah akan memiliki cerita seperti yang di komik ini?” kataku dengan lirih.
“Aku tidak bisa mikir, tapi kalau kamu pakai kamu akan terlihat gendut!” kata Arya
Aku masih ingat kejadian itu, seperti terjadi kemarin. Namun kejadian itu ketika SMP, namaku Arwa dan sekarang berumur 25 tahun. Setelah kejadian dulu, hanya aku yang selamat. Arya orang yang paling aku cintai serta orang tua dan teman-teman ku telah pergi. Janji yang kami buat tidak akan pernah menjadi nyata namun cita-cita kami masing-masing terwujud.
Suatu ketika aku mengunjungi makam Arya dan orang tuaku aku bertemu dengan Kakak Arya. Namanya kak Tia, dia hanya satu-satu orang yang ku kenal.
“Ar, sudah lama tidak bertemu? Bagaimana kabarmu?” kata Tia.
“Iya kak sudah sepuluh tahun kita tidak pernah mendengar kabar dari kakak.” Balasku dengan senyum hanya dibibir.
“Ar, aku bentar lagi akan menikah. Kapan kamu akan mencari pasangan hidup?” tanya kak Tia.
“Hmmm, sepertinya aku masih ingin sendiri. Tapi secepatnya kok jadi jangan khawatir.” Balasku sambil menggenggam erat bunga untuk Arya dan keluargaku yang telah meninggal karena kecelakaan.
“Kalau Arya tahu pasti dia akan sedih?” kata kak Tia.”
“Hahaha mungkin jika dia masih hidup pasti dia akan berkomentar macam-macam atau bahkan dia akan melamarku. Hahaha..” kataku yang tidak terasa air mata mengalir.
“Hei jangan menangis, kamu sudah hebat bisa bertahan.” Kata Kak Tia yang memberikan sapu tangannya.
“Tidak perlu terima kasih, hanya kemasukan debu.” Balasku dengan senyum.
“Ar, aku ingin kamu datang ke pernikahan ku. Jangan di tolak, aku ingin membuat mu sedikit bersemangat.” Kata Kak Tia dan pergi meninggalkanku.
Ketika ia memberikan surat ini, terlintas untuk tidak mendatangi pernikahan lebih ingin menghabiskan waktu ku di makam. Aku-pun menyimpan surat kak Tia, agar aku tidak mengingat kejadian yang membuatku rindu akan masa lalu.
****
Tidak sampai sepuluh menit, aku sudah sampai ke makam ayah, ibu dan adik. Aku berdoa untuk mereka, Ayah, ibu aku hanya memberi tahu kalau aku sudah punya rumah. Namun maaf karena tidak memakai nama yang ayah dan ibu berikan. Aku sekarang memakai nama Ruka, walaupun nama itu memberikan keberuntungan untukku tapi ternyata terasa hambar. Adik kamu tahu tidak kalau cowok yang kamu idamin itu sudah punya cewek lho? Kamu yang sabar ya, oh ya tadi aku ketemu kak Tia dia mengundangku. Tapi apakah aku harus pergi atau tidak, ayah, ibu, aku bimbang tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Padahal sudah sepuluh tahun berlalu, aku tidak dapat menemukan jalan keluar. Ayah, ibu kenapa kalian meninggalkan ku secepat ini, padahal jika kalian masih hidup aku pasti bisa membalas kalian. Walaupun sepertinya kalian menyesal karena aku membuang nama yang kalian berikan padaku. Namun, aku tidak bermaksud melakukan hal itu. Jika kalian hidup aku akan menggunkan nama yang kalian berikan. Kumohon kembalilah!
***
Selanjutnya aku pergi ke makam Arya, dengan mata lebam dan merah aku menelusuri jalan sepi pemakaman. Ketika itu makam Arya begitu bersinar, namun aku merasa berat. Aku merasakan sakit di jantungku, air mataku tidak bisa terbendung lagi. Padahal bekas menangisi makam keluargaku masih terlihat jelas, dengan lirih aku berkata
“ Hei bagaimana kabar mu? Aku baik-baik saja lihatlah, sehat dan bugar walaupun agak lebam. Maaf karena aku baru biasa menemui mu setelah sepuluh tahun berlalu. Aku ini sahabat yang buruk, kalau kamu masih hidup kamu pasti menceramahiku panjang lebar seperti dulu, maafkan aku. Hei Arya, aku sekarang memakai nama Ruka lho? Tapi aku tidak gendut, lihat-lihat aku kurus dan tidak berubah sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Aku ingin tahu apa pendapat mu, kamu tidak perlu khawatir tentang diriku. Soal kekasih kau belum bisa tergantikan dilubuk hatiku yang terdalam, mungkin aku tidak akan menikah hingga akhir. Malahan aku berpikir untuk cepat menemui mu dan ayah ibu. Hei jawab aku, apakah itu pilihan benar, kumohon jawab aku.
Aku sungguh bodoh menanyai pada orrang yang telah meninggal. Apakah aku sebegitu menyedihkan sampai-sampai ingin meninggalkan dunia ini.
****
Gelapnya malam dan di dalam kehampaan , aku duduk diteras rumah ku sambil menatap langit malam. Malam itu bintang memancarkan cahaya harapannya di dlam gelapnya dunia. Seketika aku melihat bintang jatuh dan memohon “Jika ada kesempatan aku ingin mengubah penyesalanku selama sepuluh tahun yang lalu, dan jika di beri kesempatan aku ingin bertemu dengan mereka untuk membahagiakan mereka walaupun hanya beberapa detik. tolong kabulkan”.
Aku tertawa pada diriku yang berharap pada bintang jatuh, sungguh bodoh aku yang berusia 25 tahun masih saja percaya akan tahayul. Setelah puas aku kembali ke kamarku, dan berharap aku bisa menyelesaikan hari esok di kesendirian ku.
****
“Kak Ar, sudah ditunggui Arya di luar ayo bangun!”
Suara manis membangunkan ku, suara yang begitu familiar. Perlahan aku membuka mataku, dan menutupnya lagi karena ingin memastikan bahwa itu buakan mimpi.
“Kakak sudah bangun kok malah tidur lagi! Cepat bangun!” kata adikku, ilya yang terus mengusik ku.
Aku merasakan kehangatan, aku langsung memeluk adikku. Adikku yang dulu ku sia-siakan kembali hidup kembali.
“Ada apa kak? Ayo cepat ibu dan ayah sudah menunggu sarapan?”. Kata Ilya menarikku.
Ketika sampai ke ruang makan pemandangan yang ku rindukan diperlihatkan. Pertama kalinya aku sangat bersyukur seperti ini. Ditambah dengan sambutan hangat di ruang makan yang deberikan ayah yang mengelus kepala ku.. Ibu yang memberikan makanan di atas piring ku. Tanpa ku sadari air mata ku sudah tidak bisa terbendung lagi, seandainya kehidupan seperti ini berlangsung selamanya Tuhan tolong lambatkan waktu. Apalagi, orang yang ku sukai juga ikut makan bersama kebahagiaan yang tidak ternilai. Bahkan aku tidak tahu seperti apa wajah ku saat ini.
“Ar, kenapa kamu menangis? Makanan ibu ada yang aneh?” tanya ibu.
“Enggak kok buk, makanan ibu enak sekali!” balasku.
“Sudah jangan menangis jelek banget kalau kau nangis.” Kata Arya, suara yang sepuluh tahun ku rindukan.
“Aku tidak menangis kok! Mataku kemasukan debu!” balasku, kau sama sekali tidak berubah Ar.
Selesai makan kami langsung berangkat sekolah, padahal dulu perasaan seperti ini selalu ku sepelekan namun kali ini aku syukuri karena aku di beri kesempatan. Oleh karena itu, aku memberanikan diri menggenggam tangan Arya yang dulu ku inginkan.
“Ada apa Arwa? Kenapa kamu....”
“Tidak apa-apa kok, cuma ingin bergandengan dengan mu.” Kataku, ketika itu wajah Arya merona, bar pertama kali aku melihat wajahnya seperti itu.
Tuhan terimakasih kali ini aku pasti akan mengatakannya. Karena engkau telah memberikan kesempatan akan saya gunakan sebaik mungkin.
“Hei jangan menangis di jalan!” kata Arya.
Aku tidak bisa menghentikan tangis ku,malah tambah bercucuran.
“Ar hari ini kita bolos yuk?” kata Arya sambil menarikku.
“Eh? Kitakan harus.”
“Tenang aku sudah sms teman-teman mu guru dan yang lainnya. Hari ini aku ingin menghabiskan waktu bersamamu.” Balas Arya.
Pertama kami pergi ke taman bermain, kami menaiki setiap wahana tanpa melepaskan genggaman ini. Genggaman kehangatan yang tidak ternilai, kami berbelanja barang-barang untuk pasangan. Sebuah hari seperti sepasang ke kasih.
Ketika makan siang, aku merasakan kegalaun di dalam diriku. Aku tidak ingin berakhir disini, aku ingin terus seperti ini.
“Hei jangan memainkan makanan mu!” kata Arya sambil menyentil kepalaku.
Aku hanya terdiam tanpa menjawab sepatah kata apapun. Tanganku mulai gemetar, aku bingung apa yang terjadi padaku.
“Arwa, kalau ada masalah kamu bisa ceritakan padaku. Aku akan menemukan solusi sebisaku.” Kata Arya sambil memegang tangan ku yang gemetar.
Perlahan aku membuka mulut, “Arya, aku mungkin bermimp buruk semalam. Ayah, ibu, Ilya, teman-teman tewas dalam sebuah tragedi dan hanya aku yang selamat. Selama sepuluh tahun aku terhuyung huyung dalam kehampaan dan kesendirian. Aku takut itu menjadi kenyataan.” Kataku.
“Tidak perlu di khawatirkan, mimpi hanyalah kembang tidur. Tapi jika memang kenyataan aku ingin kamu terus hidup demi kami yang telah meniggal.” Balas Arya.
“Aku tidak bisa, aku tidak sanggup hidup di dalam kesendirian.” Kataku dengan nada tinggi.
“Hei kamu tahu apa cita-citaku di masa depan?” kata Arya.
“Kenapa tiba-tiba membahas itu? Kalau tidak salah jadi dokter.” Balasku.
“Satu lagi, cita-cita ku yang lain adalah bisa terus bersamamu hingga akhir khayat mu. Walaupun aku terlahir tidak sama seperti ini mungkin cewek atau cowok aku akan selalu berda di dekat mu dan mendukung mu. Saat itu aku akan terus bertemu dengan mu dan jatuh cinta padamu apapun rintangan yang di lalui.” kata Arya.
“Janji kamu tidak akan mati untukku dan tidak akan pernah pergi dariku.” Kataku, Arya hanya memberikan senyumnya.
Aku berharap itu bertanda baik, dan ternyata sudah mulai petang. Arya mengantarkanku pulang, kami saling bercerita tentang kejadian-kejadian masa lalu. Namun ketika sampai rumahku sangat gelap terasa senyap, aku ketakutan mimpiku jadi kenyataan. Namun Arya menggenggam tanganku dan memberiku keberanian untuk melangkah. Selangkah demi selangkah aku memasuki rumah.
Tiba-tiba keluar cahaya kecil dari lilin yang mampu menerangi rumah yang begitu kelam. Kue ulang tahun beserta tulisan 17 diberikan tepat di depanku. Hari yang membahagiakan dalam hidupku, pesta yang dihadiri saudara, keluarga dan teman-teman. Ulang tahunku yang ke tujuh belas yang super berharga.
Tanpa terasa sudah pukul 12 malam, orang-orang yang datang menemuiku dan saat itu aku bingung kenapa mereka mengelilingiku.
“Arwa, kau itu sahabat kami yang paling berharga. Maaf selama ini kami punya salah sperti mencuekan dirimu atau sebagainya. Terimakasih sudah menjadi kawa kami.” Kata sahabatku.
“Arwa, apapun keputusan mu kami selalu bangga padamu. Kami juga tidak keberatan jika kamu mengganti nama mu. Asalkan kamu masih ingat kami itu sudah cukup.” Kata Ayah.
“Ibu juga bangga padamu, karena selama ini kamu sudah berusaha keras seorang diri. Kami akan selalu melihatmu dan berada di sampingmu walaupun kita tidak bisa melihat maupun memegang.” Kata Ibu.
“Kakak terima kasih karena telah memberiatahu kalau cowok yang ku sukai tidak bersedih karena kepergian ku.” Kata Ilya.
“Apa yang kalian katakan itu? Bohong kalian ingin pergi meninggalkanku lagi?” kataku sambil menangis.
Rumah, pesta serta lainnya mulai menghilang, mereka meninggalkanku lagi.
“Kumohon jangan pergi, bawalah aku aku ingin ikut.” Kataku sambil menangis.
“Arwa kami tidak bisa melakukan hal itu karena kamu masih hidup.” Kata Ayah
“Arwa! Bertemu dan memiliki seseorang seperti mu adalah kebahagian untuk kami. Teruslah hidup apapun yang terjadi.” kata semua orang yang datang ke pesta, dan sosok mereka menghilang.
Tuhan kenapa engkau memberikan harapan dan tiba-tiba engkau ambil begitu saja. Jika seperti ini lebih baik engkau tidak usah memberikan harapan untukku.
“Dasar! Padahal aku ingin melihat mu tersenyum dan semangat menjalani hidup ketika kita pergi. Tapi ternyata...” kata Arya.
“Arya.. kenapa?” kataku.
“Sebenarnya aku ingin ikut mereka ketika kamu memberikan snyum indah kepada kami ternyata” kata Arya.
“Hei kamu masih ingat yang ku katakan bukan! Untu itu percayalah hingga akhir!” lanjut Arya.
“Arya kamu mau kemana? Apa maksudmu tadi?” kataku sambil mengejarnya.
“Kamu pasti tahu, nanti jadi sedikit saja percayalah padaku. Jadi.....” Teriak Arya.
Tunggu aku tidak bisa mendengar kalimat terakhir jangan pergi.
Air mataku tidak bisa berhenti keluar dan suara HP membuatku tersadar kalau sudah menjelang siang. Ketika aku cek, Kak Tia mengebelku hingga 20 kali, sungguh bodoh aku melupakan upacara tunangan kak Tia. Ketika ku baca salah satu pesan, Kak Tia mengirimkan paket yang berisikan sebuah gaun pesta yang indah. Untunglah ia sudah membelikan gaun jadi aku tidak perlu repot harus membeli gaun. Setelah aku sampai ke sana aku diperkenalkan oleh seseorang ternyata orang itu persis dengan Arya. Ternyata pesan terakhir dari Arya “Tunggu aku di sana! Kita pasti akan bertemu pada reinkarnasiku.”
Ternyata cita-citanya terwujud, yaitu terus bersamaku hingga akhir khayat ku.
TAMAT