Sebuah mobil limusin berhenti di halaman mansion keluarga ternama di Jepang. Seorang pria paruh baya keluar dari mobil, kemudian membukakan pintu mobil. Tuan dan Nyonya besar Onzai keluar dari mobil bersama seorang gadis dengan mata hitam bulat, hidung mancung dan berambut hitam panjang dikucir bagian atas ke belakang dan bagian bawahnya dibiarkan tergerai hingga punggung. Terlihat dua orang pelayan membuka pintu mansion. Mereka masuk dengan disambut oleh para pelayan yang berdiri berderet dari pintu masuk. Di tengah ruangan berdirilah empat orang pria, mereka adalah putra dari keluarga Onzai. Mulai dari si sulung di ujung kanan sampai si bungsu di ujung kiri, mereka menyambut kedatangan kedua orang tua mereka dengan senang, terlebih si bungsu.
“Okaernasai, Okaa-sama to Outou-sama, Selamat datang Ayah dan Bunda.” sambut mereka serempak. Senyum tak hilang dari Azura dan Haruka ketika melihat putra mereka setelah lama tidak berjumpa.
“Bunda aku kangen sekali.” Tiba-tiba si bungsu memeluk Azura dengan erat.
“Bunda juga kangen dengan kamu sayang.” Azura membalas pelukan itu tak kalah erat.
“Kamu tidak kangen sama Ayah.” Kata Haruka pura-pura memasang wajah sedih.
“Tentu saja kangen.” Si bungsu berganti memeluk Ayahnya, semua orang yang melihat kejadian itu tertawa.
“Semuanya aku punya pengumuman penting, hari ini kita kedatangan teman baru dari Indonesia, dia akan berada di Jepang untuk meneruskan studinya, jadi tolong layani dia dengan baik, dan buatlah dia nyaman.” Kata Haruka kepada para pelayan.
“Baik Tuan.” Jawab para pelayan sembari membungkuk.
“Dan kalian juga harus berteman baik denganya.” Pesan Haruka kepada keempat putranya.
“Siap Ayah.” Jawab mereka serempak.
“Sekarang perkenalkan dirimu.” Kata Haruka kepada gadis itu.
“Perkenalkan namaku Reina Arfiani dari Indonesia, disini aku akan melanjutkan studiku di Universitas Tokyo. Yoroshiku onegaishimase. Mohon bantuanya.” Reina membungkukkan badannya.
"Namaku Onzai Izana putra pertama, saat ini aku menempuh S2 Jurusan Management di Universitas Tokyo.” Izana memperkenalkan dirinya. Izana memiliki rambut berwarna merah dan mata biru seperti Ibunya, dia dikenal sebagai anak jenius, terbukti dia dapat lulus S1 dalam waktu kurang dari dua tahun.
“Aku Onzai Shunsuke putra kedua, sekarang menempuh S1 Jurusan kedokteran.” Shunsuke memilki warna rambut hitam dan mata biru. Dia selalu membawa buku kemana-mana, saat berumur 5 tahun dia sudah membaca buku-buku berat bahkan orang dewasa sulit memahaminya.
“Aku putra ketiga Onzai Ichijo, kelas 10 SMA aku sangat menyukai basket.” Berbeda dengan ketiga saudaranya yang lain, Ichijo lebih hebat dalam bidang non akademik. Sejak kecil dia sudah banyak menjuarai berbagai perlombaan di bidang non akademik. Ichijo memiliki warna rambut hitam dan mata hitam seperti Ayahnya.
“Namaku Onzai Akihiko kelas 7 SMP. Kakak bisa memanggilku Akihiko, kebetulan sekali aku sangat ingin mempunyai kakak perempuan.” Kata Akihiko riang. Akihiko adalah anak yang paling riang dan ceria di dalam keluarga Onzai. Seperti namanya dia selalu membuat orang tersenyum dengan tingkah lakunya. Tidak heran jika dia mempunyai banyak teman. Akihiko memiliki rambut pirang seperti neneknya dan mata biru seperti Ibunya.
“Jika perlu bantuan jangan sungkan untuk meminta tolong pada kami.” Kata Izana tersenyum.
“Kamu juga bisa menanyakan padaku jika ada kesulitan.” Ujar Shunsuke lalu memalingkan wajahnya.
“Untuk urusan olahraga katakan saja padaku.” Kata Ichijo seraya membusungkan dadanya
“Aku juga, Kakak bisa minta tolong padaku.” Seru Akihiko tidak mau kalah.
“Arigatogozaimasu. Terima kasih banyak.” Ucap Reina sambil membungkukan badan. Diluar dugaan Reina ternyata semua putra Azura memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Dan mulai sekarang dia harus beradaptasi dengan kehidupan barunya.
***
Reina tidak menyangka impianya untuk kuliah di Universita Tokyo menjadi kenyataan. Reina mengenal Tante Azura dan Paman Haruka tiga bulan yang lalu. Saat itu dia sedang menunggu angkot untuk pulang. Tiba-tiba seorang wanita berjalan tergesa-gesa di depanya, lalu tanpa sengaja menjatuhkan dompetnya. Saat Reina mengambil dompet wanita itu, angkot terakhir Reina datang. Awalnya Reina ragu mau mengejar wanita itu lalu mengembalikan dompetnya tapi tidak mendapatkan angkot atau membiarkan dompet itu tergeletak di jalan tapi Reina bisa pulang. Setelah terjadi perang batin, akhirnya Reina memilih mengejar wanita tadi. Setelah berhasil terkejar. Reina memberikan dompet itu, lalu mereka pun berkenalan. Wanita itu bernama Onzai Azura. Azura warga kebangsaan Inggris yang menikah dengan seorang pengusaha kaya dari Jepang. Sebagai ucapan terima kasih Azura mengantar Reina pulang.
Setelah hari itu Reina sering bertemu dengan Azura. Sampai suatu hari Azura menawarkanya sekolah di Jepang, dengan biaya yang ditanggung Haruka selama Reina berada di Jepang. Penawaran itu adalah kesempatan besar bagi Reina. Karena, Ayah Reina hanya seorang guru di sekolah swasta sedangkan Ibunya membuka warung makan kecil di depan rumahnya. Dengan kesempatan itu Reina bisa meringankan beban kedua orang tuanya.
Semua orang yang ada di keluarga Onzai sangat baik padanya. Saat pergi kuliah jika ada jam yang sama dengan Izana, mereka akan berangkat bersama dan saat membutuhkan saran Reina akan bertanya pada Izana. Reina sering meminjamkan buku bahasa Indonesianya kepada Shunsuke. Setiap pagi dia akan lari pagi bersama Ichijo, dan saat hari libur dia akan pergi berjalan-jalan dengan Akihiko. Bahkan saat hari ulang tahunnya Reina diberikan kejutan oleh keluarga Onzai. Kehidupan Reina selama satu tahun dia di Jepang memang sangat menyenangkan, sampai hari dimana hubungan Reina dengan keluarga Onzai merenggang, termasuk dengan Izana.
Waktu itu seperti biasa setelah makan keluarga Onzai selalu berkumpul sebelum melakukan kegiatan masing-masing. Mereka bekumpul untuk berdiskusi atau hanya sekedar berkumpul untuk melepas penat setelah lelah bekerja atau kegiatan sekolah yang padat.
“Dimana Reina?” Haruka memulai pembicaraan.
“Dia pulang telat karena ada persiapan untuk acara kampus.” Jawab Izana.
“Baiklah, ini adalah waktu yang tepat untuk membicarakan hal penting.” Haruka melirik Azura, setelah Azura mengangguk Haruka meneruskan pembicaraan.
“Ayah sudah membicarakanya dengan Bunda, kami sepakat bahwa Ayah dan Bunda akan mengadopsi Reina sebagai anak, bagaimana menurut kalian?” Kata Haruka to the point. Mereka semua terkejut, Ichijo dan Akihiko terlihat senang, Shunsuke kembali memasang wajah normal seolah dia tidak peduli, tetapi dia tersenyum tipis. Izana terlihat tidak senang dengan keputusan Haruka dan Azura.
“Aku menolak.” Kata Izana dingin. Semua yang ada disitu melebarkan matanya, mereka tidak percaya dengan apa yang mereka dengar. Izana adalah sosok yang tenang jika dihadapkan oleh sebuah masalah, biasanya dia tidak akan berkata sedingin itu walaupun dia tidak menyukai pendapat orang lain.
“Tapi, kenapa Izana?” tanya Azura terkejut.
“Bukankah Reina orang yang baik dan menyenangkan? Kau terlihat senang jika bersamanya.” Jelas Haruka kemudian.
“Karena aku tidak ingin menerimanya sebagai adikku.” Tegas Izana, lalu berdiri dan meniggalkan ruang makan tanpa mengatakan apapun lagi.
Tanpa mereka ketahui sedari tadi Reina berdiri di dekat lemari ruang makan. Hati Reina tersayat mendengar perkataan Izana. Ternyata orang yang selama ini Reina kagumi, tidak mau menerimanya. Reina tidak bisa menggambarkan perasaanya saat ini, semua perasaan sedih, marah, dan kecewa bercampur menjadi satu. Dengan segera Reina berlari ke kamarnya, kemudian dia menguncinya. Selama ini Reina mengira senyuman yang diberikan Izana kepadanya adalah senyuman tulus. Semua kenangan indah bersama Izana terbayang di memori otaknya. Tanpa Reina sadari air matanya mengalir. Malam itu dia akhirnya menyadari bahwa perasaanya terhadap Izana bukan hanya perasaan kagum semata. Tetapi ada perasaan lain yang tidak Ia mengerti, terhadap sosok yang selama ini dia anggap sebagai sahabat terbaiknya di Jepang. Ruang kamarnya menjadi saksi bisu kesedihan gadis itu, padahal baru kali ini Reina mencintai seseorang.
Sejak kejadian hari itu hubungan Reina dengan keluarga Onzai merenggang. Reina tidak pernah bicara lagi dengan Izana, kecuali jika itu sangat penting. Sikap Izana juga mendingin dan terlihat menjaga jarak denganya. Dengan keluarga Onzai yang lain Reina masih sering berbicara, tetapi tidak sesering dulu. Reina masih meminjamkan bukunya kepada Shunsuke tetapi itu terkadang karena kesibukan mereka dengan urusan kuliah. Rutinitas lari pagi dengan Ichijo hanya dilakukan Reina saat hari libur, itu pun jika ada waktu luang. Hubungan Reina dengan Akihiko tidak banyak perubahan, mereka sudah jarang pergi berlibur bersama karena kesibukan masing-masing. Azura dan Haruka berada di Inggris, jadi Reina jarang bertemu dengan mereka.
***
Waktu berlalu dengan cepat, sekarang Reina sedang berfoto dengan teman-temanya, karena hari ini Reina wisuda. Kedua orang tua Reina juga datang. Mereka datang dijemput pesawat pribadi Haruka. Setelah selesai, seorang pria mendekati Reina. Melihat pria itu Reina melebarkan matanya, hampir saja dia menjatuhkan hadiah yang diberikan teman-temanya.
“Reina-chan. Aku ingin bicara denganmu.” Kata pria itu.
“Kak Izana, Kakak datang.” Ujar Reina gugup ia tidak menyangka jika Izana akan datang pada hari kelulusanya, orang yang sudah membuat hati Reina berdebar-debar, tetapi juga membuat hatinya terluka, berdiri di depanya sekarang.
“Tentu saja, karena ada hal penting yang ingin aku bicarakan padamu.” Izana kemudian memberikan isyarat agar Reina mengikutinya. Setelah menitipkan barang yang dia bawa kepada temannya, setelah itu di mengikuti Izana.
Izana membawanya ke sebuah taman dekat dengan tempat Reina berfoto tadi. Taman itu tidak ramai orang karena semua orang sedang berkumpul disekitar gedung tempat Reina wisuda.
“Ada apa Kak? Kenapa Kakak membawaku ke tempat ini?“ Tanya Reina penasaran.
“Reina-chan, mungkin ini bukan tempat yang cocok untuk apa yang mau aku katakan, tetapi aku ingin mengatakanya sekarang.” Ujar Izana dengan tatapan serius, sambil berlutut kemudian membuka sebuah kotak beludru, di dalamnya tampaklah sebuah cincin berlian yang sangat indah.
“Maukah kau menikah denganku?” Kata Izana serius. Reina melebarkan matanya, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.
“Tapi, bukankah Kak Izana tidak mau menerimaku?” Tanya Reina terkejut.
“Kenapa Reina-chan mengatakan hal itu?” Izana melebarkan matanya.
“Saat Paman Haruka mengatakan akan mengadopsiku.” Kata Reina
“Jadi kamu tau hal itu ya.” Tatapan Izana melembut. “Tentu saja aku menolak, bagaimana mungkin orang yang aku cintai menjadi adikku.” Lanjut Izana kemudian.
“Kak Izana.” Mata Reina berkaca-kaca, ternyata cintanya tidaklah bertepuk sebelah tangan.
“Jadi apa jawabanmu?” Izana menunggu jawaban Reina.
“Baiklah, aku mau.” Reina mengulum senyum. Izana berdiri dan memakaikan cincin itu di jari manis Reina. Di dalam hatinya Izana berjanji bahwa dia akan membahagiakan Reina dan tidak akan membuat orang yang dicintainya ini menangis.
Terkadang kita tidak mengetahui dengan siapa kita akan jatuh cinta. Bisa saja kita jatuh cinta pada teman masa kecil, teman sekelas, teman sekolah, teman dekat, orang yang kita kagumi atau bahkan pada orang yang kita benci. Karena cinta datang tanpa menyapa.
.