"Kok baru pulang yah?"
Kulihat jam di dinding sudah menunjukan pukul 10 malam. Dia hanya diam dan duduk di dekat rak sepatu. Hujan semakin deras di luar sana. Terdengar suara hembusan nafas nya yang begitu berat saat melepaskan sepatu nya.
"Tadi banyak kerjaan.."
"Kok gak ngabarin?"
Dia langsung melempar tas kerja nya ke sofa dan mengacak rambut nya. Melihat nya seperti ini ku rasa badai akan segera datang.
"Emang harus ya setiap saat laporan sama kamu?"
"Ya gak juga, tapi kan aku khawatir.."
"Udah ah.. aku tuh capek, kamu tuh suami pulang kerja bukannya di sambut malah banyak tanya.. pengertian dikit dong, aku capek.. kamu enak gak kerja cuma di rumah aja"
Aku agak sedikit kaget saat mendengar nya. Aku tidak pernah menyangka kalau dia bisa bersikap seperti ini. Entah kenapa aku mulai tersulut emosi.
" capek? Haha Kamu pikir aku gak capek? Kamu pikir aku di rumah cuma santai-santai gitu? Makan tidur nonton? Kamu cuma kerja bentar doang di kantor udah bilang capek..?"
Ini adalah pertengkaran pertama kami yang paling serius.
"Cuma? Haha coba kamu jadi aku seharii ajaa.."
Nada bicara nya kini mulai meninggi. Sudah tidak bisa. Aku tidak bisa menahan emosi ku lagi.
"Aku juga.. coba kamu juga ngerasain jadi akuu sehari aja!!"
JEDARRRR!!!!!
Tiba-tiba terdengar suara petir yang sangat keras dan membuat lampu mati seketika. Aku terdiam mematung di tempat ku berada. Kurasa dia pun begitu.
"Mamaaa!!"
Terdengar suara Zoey anak pertama kami terbangun. Mungkin karena mendengar suara petir tadi.
"Iyaa sayang!!"
eh?? Suara ku?? Kenapa suara ku berubah berat? Ku sentuh tenggorokan ku sambil mulai berdehem. Ini apa?. Kurasakan ada tonjolan di leherku.
Klekk!!
Akhirnya lampu hidup kembali. Aku terkejut melihat seseorang di depan ku. Ku rasa dia pun juga begitu. Tidak mungkin.
"Aaaaaaaaaaaaaaa!!!!!"
Kami bertukar raga.
*****
" ini mimpi kan?"
Kami kini duduk di kasur, diam membisu. Sibuk dengan pikiran masing- masing. Aku masih tetap tidak percaya. Aku tidak pernah menyangka kalau ucapan kami akan terkabulkan.
"Coba cubit pipiku.." Ucap Rio.
Kesempatan. Ku cubit pipinya keras-keras.
"Awwww.. sakit, kamu dendam ya?" Ucap nya sambil mengelus-ngelus pipinya, lebih tepat nya pipi raga ku.
"Ini nyataaa.. gimana ini yo?"
"Ku rasa kita harus jalankan peran kita sesuai dengan apa yang tertulis di kertas sialan ini.." ucap nya sambil terus menatap kertas itu.
Menurut surat yang kami temukan di lantai saat kejadian itu, kami harus melaksanakan kewajiban masing-masing agar dapat kembali normal.
"Kurasa ucapan mu ada benar nya.."
"Kamu harus ke Hotel menggantikan aku kerja.. aku tidak boleh sampai di pecat "
"Iyaa..Oke baiklah, aku kerja dan kamu urus rumah dan anak-anak " ucap ku sambil menatap nya.
"Iyaa.. "
Kami pun mulai membicarakan semua yang harus ku ketahui di tempat dia kerja dan kewajiban dia di rumah.
"Kuharap ini semua hanyalah mimpi buruk dan aku akan terbangun besok pagi dengan raga ku" ucap ku pelan sambil memunggungi Rio.
"Aku harap juga begitu.." balas nya dan kemudian akhir nya kami tertidur.
"Mamaa huhuuhuu mamaa huhu..!!" Terdengar suara tangis Lyla di kamar nya.
Lyla adalah anak ke-2 kami yang berumur 1 tahun 4 bulan. Dia kini pasti haus. Aku sangat lelah hari ini. Oh iya, bukan kah aku disini sebagai suami?.
"Mmaa huhuu mama.." tangis nya tak berhenti.
"Mah.. Lyla nangis tuh haus paling" ucap Rio serak, terbangun dari tidurnya.
"Sekarang kan kamu yang punya ASI ..sana kasian Lyla" ucap ku bahagia saat mengingat raga kami tertukar.
Ku dengar tarikan nafas Rio yang begitu dalam. Rio pun beranjak dari kasur dan pergi ke kamar Lyla.
"Rasain tuh, masih untung kamu gak ngalami yang nama nya mengandung dan melahirkan " ucapku mengejek nya dan kembali tidur.
*****
"Mmhh ahhh.. rasa nya tidur ku nyanyaakk sekalii" ucap ku sambil merenggang kan tangan.
Aku pun langsung pergi ke WC, mandi dan siap-siap ke Hotel Harper untuk menggantikan Rio. Hari ini pertama kalinya aku menjalankan tugas dan kewajiban sebagai seorang suami. Begitu juga sebaliknya dengan Rio.
Tadi malam ku dengar dia bolak balik kamar Lyla untuk menyusui dan mengganti popok. Aku merasa sedikit kasihan tapi bukankah dia harus tau rasa nya menjadi aku?.
"Pagi sayang.."
Kulihat kini dia sibuk di dapur mencoba memasak telur dadar, sedangkan Zoey duduk di depan nya menantikan makanan nya siap. Itu adalah kebiasaan Zoey setiap pagi membangunkan ku untuk minta makan.
"Pagi juga mah.. eh yah"
Aku langsung melotot kearah nya.
"Mah.. kok lama sih masak nya? Udah laper ni Zoey.."
Zoey mengerucutkan bibir nya. Aku hampir saja tertawa saat melihat Rio gemeteran membalik telur nya.
"Ayah berangkat kerja dulu ya sayang..."
Kucium pipi Zoey dan Rio. Rasa nya aneh saat mencium pipi wajah sendiri.
"Ayah gak sarapan dulu? Tumben.." ucap Zoey.
Aku langsung memandang Rio begitu juga sebaliknya. Biasa nya setiap pagi aku langsung menyiapkan sarapan untuk Rio sebelum kerja. Tidak pernah absen sehari pun, walaupun aku sakit.
"Ayah masih kenyang.. "
Aku tersenyum lembut dan langsung berlalu pergi memasang sepatu. Memasak buat Zoey aja susah, apalagi bikinin aku sarapan. Biarlah aku sarapan di luar.
Sesampai nya di Hotel tempat Rio kerja, aku langsung mencari meja kerja nya sesuai dengan peta yang di berikan Rio.Rio bekerja sebagai salah satu Service di restorant hotel bintang 4 ini.
Kubuka perlahan loker cowok yang terletak di lantai 1 ini, memastikan tidak ada cowok yang berganti baju disana. Setelah merasa aman, dengan cepat aku memakai baju seragam kerja.
"Woii..!!"
"Aa.."
Aku kaget saat seseorang dengan tiba-tiba menepuk bahu ku dengan cukup keras. Kulihat seorang lelaki seumuran Rio memakai kacamata kini menatap ku.
"Kenapa lo hahah"
"E-enggak.."
"Oh iya hari ini kita akan sangat sibuk. Breakfast kali ini 230 pack, belom lagi ntar siang ada wedding 2000 pack.. wah bisa overtime nih.." keluh nya yang kini sedang memakai rompi seragam nya.
Arles. Kulihat nama nya di seragam kerja nya. Dari penjelasan Rio tadi malam, Arles adalah salah satu teman baik nya.
"Ooh ya.."
Aku hanya mangut-mangut saja. Tidak mengerti apa yang dia bicarakan.
"Pagi mas Rio.." ucap seorang cewek yang berseragam sama sepertiku. Dari name tag nya aku tahu nama nya Karin.
"P-pagi juga.."
Siapa nih cewek? Jangan-jangan selingkuhan Rio lagi?.
"Mas nanti makan bareng ya di kantin.." ucap nya dengan nada centil.
Wah bener nih. Awas aja lo Rio kalau nanti aku dapet bukti kamu selingkuh, gue jambak rambut lo.
"Eh iya.."
"Waktu nya kerja.." ucap nya sambil melihat jam di tangan nya.
Kami pun langsung menuju coffee shop tempat breakfast berlangsung. Saat masuk, kulihat banyak tamu yang sudah mengantri untuk mengambil sarapan. Tidak hanya tamu lokal, turis dari berbagai negara pun ada disini. Kurasa ini akan menjadi pengalaman yang menyenangkan.
"Heh Rio jangan diem aja.. angkat itu piring-piring kotor!" Ucap seseorang yang ku yakini sebagai manager disini.
"B-baik pak.."
Aku langsung mengambil piring-piring kotor yang ada di meja dan membawa nya kebelakang untuk di cuci steward.
"Huh si Karin.. pacaran mulu.." keluh seorang cewek yang kini sedang mengangkat piring kotor juga. Kulihat Karin kini menyambut tamu sambil ngobrol dengan seorang cowok berseragam yang sama.
"Mereka pacaran?"
"Iya mas Rio.."
"Kerja kerja!!" Ucap manager mengagetkan kami.
Aku langsung merasa bersalah. Jangan kan selingkuh, berhenti untuk istirahat sebentar aja gak bisa. Aku merasa bodoh sudah curiga yang enggak-enggak ke Rio.
"Mas minta kopi.." ucap seorang tamu.
"Iya.."
Aku langsung menghampiri nya dengan sebuah teko yang berisi kopi panas.
"Mas boleh minta telur rebus?" Ucap seorang tamu yang lain.
Aku pun langsung bergegas meminta telur rebus di bagian hot kitchen.
"Mas tolong susu ya.."
"Mas tolong bawain makanan saya ke kamar ya.."
"Mas ini kok makanan nya habis!"
Mas
Mas.
Mas..
Kata itu terus berputar di kepalaku. Rasa nya capek harus berlari kesana kemari. Penat sudah mulai terasa di tumit ku.
Tidak terasa sudah 5 jam sudah aku melayani tamu dan akhir nya jam untuk Breakfast sudah selesai.
Aku langsung duduk di salah satu kursi tamu dan memijit tangan serta kaki ku.
"Woii..Bro lo ngapain disitu? Ayo kita masih ada tugas.."
"Kita gak ada jam istirahat..?"
"Hah..kayak gak tau aja mas, kan biasa nya kalau rame ya istirahat nya di tunda.."
Aku terdiam. Aku sudah sangat lelah sekarang dan tidak ada istirahat. Aku pun langsung bergegas mengikuti Arles. Kami kini menuju lantai 3.
Saat masuk keruagan Ballroom nya, aku langsung menarik nafas dalam-dalam. Oh tuhan kapan ini selesai?
Acara pernikahan ini mungkin akan sangat menjadi moment paling bahagia bagi pengantin, keluarga dan tamu undangan. Tapi tidak bagi kami para pelayan.
Aku langsung bergegas menghampiri tamu saat kudengar ada yang memanggil minta di bersihkan meja nya.
10 jam sudah aku kerja. Kini aku duduk di kursi depan mushola yang di sediakan untuk karyawan hotel ini. Baju ku sudah basah dengan keringat. Mungkin inilah alasan kenapa Rio sering pulang telat. Rasa nya aku ingin menangis saat ini. Inikah yang Rio jalani setiap hari untuk menafkahi aku dan anak-anak? Ya Allah maafkan aku yang kurang bersyukur dengan pemberian mu.
Aku langsung bergegas mengganti baju dan pulang kerumah. Aku ingin istirahat sekarang.
"Assalamualaikum.."
Aku duduk dengan lelah. Untuk membuka sepatu aja rasa nya tangan ku tidak sanggup.
"Walaikum salam.. "
Kulihat kini Rio sedang memasak makan siang.
"Masak apa?"
"Mie rebus pake sosis aja hehe.. aku gak bisa masak.."
"Itu tangan nya kenapa yah?"
Kulihat banyak plester di jari nya.
"Kena pisau.."
Ucap nya terdengar lelah. Kulihat keringat banyak di kening nya. Aku merasa kasihan melihat nya seperti ini. Tapi aku juga terlalu lelah untuk membantu nya.
"Aku mandi dulu ya.."
Aku pun bergegas ke kamar untuk mandi dan istirahat.
*****
"Ayah.."
Kubuka obrolan saat kami berdua kini duduk di kasur.
Dia baru saja selesai mandi.
"Iya?"
"Maafkan bunda ya.. rasa nya capek, selama ini ayah kerja keras untuk menafkahi bunda dan anak-anak.. maaf ya ayah. Sekarang bunda tau rasa nya sangat lelah. Belum lagi kalau ada overtime.."
Aku kini terisak. Tidak dapat kutahan lagi.
"Iya sama-sama bunda.. ayah minta maaf ya sudah melukai perasaan bunda.. ternyata jadi ibu itu tidak lah gampang. Ayah selalu ngeluh saat bunda gendutan, gak make up an, mulai berkerut, ayah lupa kalo selama ini bunda selalu merawat kami sampai tidak sempat merawat tubuh sendiri. Rasa nya capek ya harus ngurus anak, ngurus rumah, masak, nyuci.. ngurus suami juga. Belom lagi malam harus bangun buat nyusui dan ganti popok Zoey.. maaf ya bunda.. ayah kurang bersyukur.."
Aku menangis saat mendengar ucapan nya. Rio kini memeluku erat dan mengelus punggung ku. Aku sungguh berharap jiwa kami akan kembali seperti semula. Kami tidak bisa seperti ini terus.
"Itu ayah belom lagi ngerasain yang nama nya hamil dan melahirkan.." ejekku di tengah isak.
"Hahah iya ya.. alhamdulillah deh, cukup kamu aja yang ahli nya untuk hal gituan.."
"Makanya jangan nyepelein.."
"Iya sayan.. kamu juga. Udah yuk tidur capek banget rasa nya hari ini jadi kamu.."
"Iya.. semoga besok pagi kita udah kembali seperti semula ya yah.."
"Amiin.."
Kami pun akhirnya terlelap. Banyak hal baik yang dapat kami ambil dari kejadian ini. Aku bersyukur dari kejadian ini kami jadi dapat saling memahami satu sama lain. Dan juga hubungan kami semakin bertambah harmonis.
*****
Rasa nya pagi ini sangat cerah. Aku bangun lebih awal kali ini. Kubuka jendela kamar ku membiarkan udara pagi yang sejuk masuk berbondong-bondong memenuhi kamar ku.
Kulihat Rio masih terlelap dibalik selimut. Wajah nya begitu damai dan tenang. Tunggu dulu!!! Wajah nya?
Aku langsung berlari menuju kamar mandi.
"Aaaaaaaaaaa!!!!!!!!"
Akhirnya kami kembali normal seperti semulaaa!!