Read More >>"> Pesantren My Adventure
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Pesantren My Adventure
MENU
About Us  

            Inilah ceritaku saat menjadi seorang santri. Tepat tahun 2012, aku lulus dari dari tingkat SMP disebuah SMP negeri. Dengan mengantongi nilai UN yang lumayan memuaskan, aku ingin mendaftar SMA favorit di Yogyakarta sesuai cita-citaku. Namun mimpiku kandas karena, orang tua ku tidak mengizinkanku sekolah di SMA tersebut. Awalnya aku memaparkan pendapatku agar aku tetap sekolah di SMA negeri di Yogyakarta karena aku berpikir mondok itu identik dengan ngaji-ngaji aja (maklum masih awam dengan agama). Kemudian bapak menasehatiku dengan lugas “Nak, jika kamu mempunyai landasan agama yang bagus, kamu mau jadi dokter, guru, atau insinyur insyAllah amanah dan dimudahkan jalan untuk menggapainya, kamu percaya kan kuasa Allah?”. “nggih pak saya percaya kuasa Allah”. “kalau kamu mau ngelanjutin sekolah ya di pesantren, kalau nggak mau ya sudah nggak usah sekolah aja. Besok Minggu bapak anterin ke pondok buat daftar kesana.”  “ nggih pak” dengan sedikit ragu-ragu ku jawab iya, karena aku berpikir nggak ada salahnya buat menuruti keinginan orang tua, toh itu pilihan yang baik untukku. 

            Hari Minggu pun tiba, setelah bersiap-siap , aku berangkat ke sebuah pesantren di Yogyakarta. Setelah 1 jam perjalanan akhirnya sampai  juga dipesantren itu. Aku kaget ketika tak kutemui satu orang santripun disana. Karena sudah memasuki waktu sholat dzuhur, aku dan bapak memutuskan untuk sholat dzuhur terlebih dahulu.  ketika sampai di Mushola ku dapati para santri sedang melaksanakan sholat dzuhur berjamaah. Waktu itu aku hanya membawa mukena tanpa membawa sajadah. saat aku sholat  pada rokaat ke dua, ada seorang santri putri memasang sajadah tepat ditempat sujudku. Dari kejadian tersebut aku mendapatkan sebuah wangsit,,hehe nggak ding. kejadian itu membuat ku berpikir bahwa mondok itu beda dari sekolah biasa, mondok memiliki nilai plus dalam hal kepribadian, buktinya sebelum mengenal ku dia peduli untuk meminjamkan sajadah untukku. Mungkin, ini hanya hal spele, tapi aku belum pernah mendapatkan pengalaman tersebut disekolahan atau dilingkungan sekitar ku. Hal ini yang membuat langkahku semakin mantap untuk menjadi seorang santri.

            Dengan semangat yang membara, kutemui bapak yang sedang duduk dilobi “Bapak, jadi daftarkan?” “Ia jadi, ayo ke sekertariat pendaftaran”. Aku dan bapak menuju ruang sekertariat pendaftaran. Disana aku mengisi biodata dan mendapatkan serangkaian tes, tak begitu lama, sekitar 15 menit kemudian diumumkan aku diterima di pesantren tersebut. Seketika aku bengong karena untuk menentukan diterima atau tidak hanya butuh beberapa menit saja, karena pengalaman SMP ku dulu membutuhkan waktu 1 minggu untuk mengetahui aku diterima di SMP tersebut.

            Bapak mengajakku sowan di ruang kepala sekolah yang tak lain pak kyai di pesantren tersebut. Diruangan tersebut, aku dan bapak diwawancarai oleh beliau, dan beliaupun mengetes apakah mentalku juga sudah siap untuk menjadi seorang santri. Beliau bilang “mbak, disini nyuci sendiri lo , bangun pagi, ngaji pagi” “nggih pak, saya siap” jawab ku lugas. Akhirnya aku fix diterima di pesantren tersebut.

***

            Pada tanggal yang telah ditentukan, aku berangkat ke pesantren untuk menimba ilmu. Pagi pertamaku di pesantren aku bangun jam tiga dan melaksanakan sholat tahajud kemudian menunggu jamaah sholat shubuh.  bangun jam tiga dan melaksanakan sholat tahajud. Setelah sholat subuh aku dan para santri lainnya ngaji di tempat bu nyai.

            Setelah mengaji, tiba-tiba para santri ribut-ribut dan bilang “kak, after mandi” aku bingung dengan maksud itu, ternyata kata itu bermakna kalau mau mandi setelah orang yang akan mandi menggunakan kata after. Setelah itu aku bersiap-siap dan berangkat sekolah.

            Ketika masuk kedalam kelas, tempat duduk antara cewek dan cowok tidak menyatu dan berjarak agak jauh. Kemudian, guru-guru satu per satu memperkenalkan diri dan memberikan pelajaran.

*****

            Hari demi hari dilaksanakan sesuai jadwal yang ditentukan sampai tibalah pada malam Jumat. Setiap malam jumat dilaksanakan acara dhibaan. Dhibaan adalah acara seperti sholawatan dan pembacaan maulid dhiba’. Subhanallah, saat dibacakan sholawat hati ku bergetar dan air mata ingin mengucur deras dipipi. Apalagi ketika pembacaan mahalul qiyam, semua santri berdoa dengan khusyuk karena kecintaan dan kerinduan terhadap Rosulullah SAW. Setelah selesai sholawatan, diadakan acara salam-salaman. Itulah momen yang menurutku paling mengharukan, karena disaat dua orang muslim berjabat tangan rontoklah dosa-dosa mereka.

            Jumat pagi setelah sholat shubuh tepatnya, ada kegiatan roan. Roan adalah sebuah kerja bakti untuk membersihkan lingkungan pesantren. Dalam kegiatan roan, para santri dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membersihkan per ruangan. Kalau aku lebih suka roan kamar mandi. Ehehehe. why? Karena kalau kamar mandinya sudah dibersihin, kamar mandi itu langsung bisa dipakai aku biar nggak antri lama wkwk. Sambil membersihkan area pesantren, para pembimbing bakal muterin lagu-lagu supaya tambah semangat. Hehe. Hmm.. ada yang kurang aku sukai saat roan, yaitu ketika mendapatkan bagian membersihkan piring kotor. Nggak hanya kotor sob, terkadang sampai berbau ga enak yang bikin mual-mual sampai yang paling parah usah terdapat hewan yang bikin bulu kuduk merinding.  Padahal sudah terdapat peraturan dilarang menumpuk piring kotor, masih aja ada yang melanggar (geleng-geleng kepala).

            Setelah roan dan mandi, aku mengikuti kegiatan jurnalistik. Jurnalistik di pesantren ku menjadi kegiatan tambahan untuk melatih soft skill. Pelajaran pertama dalam jurnalistik diajarkan untuk menjadi serorang reporter untuk meliput berita. Setelah lulus menjadi seorang reporter, aku dan santri lainnya diajarin mengambil gambar dan merekam suatu peristiwa, agar menggunakan teknik yang benar seperti cara zoom in zoom out yang soft. Tak hanya itu saja, aku juga diajari mengedit gambar dan mengedit vidio agar tampak menarik  dan mempunyai jalan cerita. Kegiatan jurnalistik disini menurutku worth it bangekegiatan tambahan untuk melatih soft skill. Pelajaran pertama dalam jurnalistik diajarkan untuk menjadi serorang reporter untuk meliput berita. Setelah lulus menjadi seorang reporter, aku dan santri lainnya diajarin mengambil gambar dan merekam suatu peristiwa, agar menggunakan teknik yang benar seperti cara zoom in zoom out yang soft. Tak hanya itu saja, aku juga diajari mengedit gambar dan mengedit vidio agar tampak menarik  dan mempunyai jalan cerita. Kegiatan jurnalistik disini menurutku worth it banget,  karena  manfaatnya jangka panjang seperti sekarang soft skill tersebut bisa membantu aku mengerjakan tugas kuliah. #SantriNggakCumaNgaji #BisaBerkreasi #SantriBisaIT

****

            Perjalanan ku dipesantren nggak mulus seperti jalan tol, banyak aral melintang yang menghampiriku. Aku yang berasal dari SMP negeri agak susah mengikuti ngaji diniyah dibanding temen-temenku yang sudah mondok sejak SMP. Ketika disuruh baca kitab kuning yang nggak ada harokat apapun aku hanya bengong . bedain isim dan fi’il aja nggak bisa apalagi baca kitab. Namun aku tak menyerah, dengan sabar ustadz dan ustadzahnya mengajari dari konsep dasarnya. Walaupun aku masih tertatih-tatih. Aku mempunyai mimpi bahwa suatu saat aku bisa membaca kitab kuning dengan lancar.Aamiin..

***

            Tak terasa sudah dua setegah tahun perjalananku dipesantren, semakin lama aku disini semakin banyak pengalaman yang aku peroleh. Di pesantren aku dan santri-santri lainnya diberi kepercayaan oleh pak kyai untu memanajemen suatu acara. Tepatnya ketika acara Maulid Nabi aku ditunjuk untuk menjadi sekretaris acara. Dikegiatan tersebut dibentuk panita-panitia sesuai tugas masing-masing. Tugasku membuat proposal bersama ketua untuk pengajuan dana acara dan perizinan. Tak hanya itu, aku juga membantu teman-teman untuk menyukseskan acara. Merasakan berat dan capek itu pasti tapi itu merupakan suatu bentuk tanggung jawab. Karena sama-sama capek tak jarang aku dan teman-teman mengalami slek dan salah paham. Namun karena melihat tujuan utama menyukseskan acara, bersama-sama menyampingkan ego masing-masing. Dan keKarena sama-sama capek tak jarang aku dan teman-teman mengalami slek dan salah paham. Namun karena melihat tujuan utama menyukseskan acara, bersama-sama menyampingkan ego masing-masing. ketika acara berjalan lancar dan pak kyai bangga, merupakan kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan.

            Sebenarnya aku mempunyai mimpi suatu bisa belajar di Negara Jepang. Pesantren pun telah memberikan fasilitas belajar bahasa Inggris setiap sore dan malam hari dengan mendatangkan tentor-tentor dari kampung inggris dan mendatangkan sosok-sosok inspiratif yang pernah mendapatkan beasiswa luar negeri. Namun aku tidak menggunakan fasilitas tersebut untuk belajar dengan sungguh-sungguh, alhasil aku gagal ketika mendaftar beasiswa ke luar negeri . walaupun aku gagal aku tetap bersemangat, aku berpikir kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

            Aku mulai sadar bahwa ini tahun terakhirku berada dipesantren ini.ku tata ulang niatku untuk mencari ilmu dengan sungguh-sungguh dan mengurangi kegiatan-kegiatan tambahan dipesantren dan mengubur sejenak impianku untuk kuliah di luar negeri. Aku memulai fokus untuk mempersiapkan ujian nasional dan ngaji.

            Hari-hariku sebulan sebelum ujian nasional hanya dipenuhi dengan Try out, les, dan belajar. Aku mulai bosan dan muak terhadap semua ini. namun aku tetap memaksakan diri untuk belajar. Sampai akhirnya H-14 ujian nasional aku sakit dan terdiagnosa typus. Dokter menyarankan aku untuk dirawat dirumah sakit biar cepat sembuh. Tetapi, karena aku nggak mau  merepotkan orang tua dan aku tetap ingin mengikuti ujian nasional aku memberanikan diri untuk mengikuti rawat jalan. Mugkin ini perbuatan yang nggak patut untuk dicontoh, aku berusaha sok kuat dan selalu tersenyum sama teman-teman ku. Hingga semua orang tidak menyadari bahwa aku sedang sakit. Pada hari ketiga orang tuaku menjemput aku untuk izin merawatku dirumah.dan akhirnya aku pulang ke rumah selama satu minggu.

****

            Pada hari H ujian nasional badan ku sudah membaik dan tak terasa aku telah melewati empat hari yang menegangkan. Mungkin aku tidak bisa memaksimalkan nilainya, namun aku bersyukur telah diizinkan Allah untuk mengikuti ujian nasional.  

Pengumuman ujian nasional pun diumumkan. Ketika kepala sekolah mengumumkan hasil UN, beliau juga mengatakan bahwa dua santri jurusan IPA dan IPS peraih nilai tertinggi mendapatkan ticket Edutrip goes to Singapura dan Malaysia. Alhamdulillah wa syukurillah aku mendapatkan rangking pertama di kelas IPA dan aku disuruh untuk kedpan panggung dengan tiga orang temanku. Setelah mendapatkan reward tersebut, kuhampiri Ibu dan bapak yang duduk diantara kursi orang tua. Bapak dan ibu memberikan selamat. Aku tidak menyangka bisa mendapatkan kesempatan untuk pergi ke Singapura dan Malaysia.

            Dalam sholat aku berdoa “Ya Allah, janjiMu memang pasti, walau engkau tidak mengabulkan aku untuk kuliah diluar negeri, engkau menggantinya dengan yang lebih baik dan memang sesuai dengan hasil kerja kerasku. Alhamdulillah” perasaan gembira yang benar-benar tidak bisa diungkapkan kata-kata dan semakin kusadari akan KuasaMu yang tidak ada batasnya dan mengerti terhadap apa yang dibutuhkan makhlukMu.

            Inilah pengalaman pertamaku naik pesawat dan keluar negeri. Mungkin jika aku sekolah di SMA negeri aku belum tentu mendapatkan kesempatan ini.

            Perjalanan dibutuhkan sekitar 2 jam menuju Singapura dari Bandara Adi Sudjipto. Sampai di Bandara Internasional Changi Airport aku dan rombongan disambut baik oleh kepala sebuah lembaga pendidikan Singapura. Kemudian aku dan rombongan menuju kantor lembaga tersebut. Disana aku dan rombongan disambut hangat juga oleh staf karyawan dan dijamu makanan. Karena waktu yang singkat, aku dan teman-teman lainnya memaparkan sistem pendidikan di pesantren. Mereka juga memaparkan sistem perkuliahan dan pendidikan di Singapura. Sampai akhirnya menghasilkan sebuah kerja sama antara pesantren ku dan lembaga bimbingan tersebut agar adik kelas ku kelak lebih mudah untuk kuliah diluar negeri.Alhamdulillah.  walaupun hujan, aku dan rombongan melanjutkan perjalanan  menuju Masjid terbesar di Singapura (lupa namanya ). disitu aku bersyukur bisa diberikan kesempatan untuk sholat dan merasakan sujud di masjid tersebut.

            Hari kedua di Singapura, diisi dengan bermain-main di Uni*ersal Studio yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Dengan sedikit ndeso tapi nggak ndeso-ndeso amat aku mencoba berbagai wahana yang tersedia. Ketika ada pentas seni didalamnya, para pemainnya menyebutkan beberapa negara untuk menyapa pengunjung. Waktu Indonesia disebutkan aku bersorak sorai. Sambil mengitari wahana, terceletuk dalam hatiku “Nikmat tuhanmu yangmanakah yang kamu dustakan?”

            Setelah dua hari di Singapura, aku dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Negara Malaysia. Disana aku dan rombongan mengunjungi sebuah pesantren wanita Assyarifah Roudhiyah daerah Melaka.  Cik gu dan cik gu besar sana menyambut kami dengan ramah. Seperti di Singapura, aku dan rombongan memaparkan tujuan kedatangan dan memaparkan sistem pendidikan. Dan pesanteren ku juga mendapatkan kerja sama dengan pesantren tersebut. Tidak hanya itu, aku dan rombongan diperbolehkan melihat lingkungan sekitar pesantren yang ada diatas bukit itu. Dan aku melihat beberapa santri yang memakai liburannya di pesantren. Aku berhasil mewawancarai seorang santri yang baru berumur tujuh tahun sudah menghafal 10 juz alqur’an. Subhanallah, menambah motivasiku untuk menghafalkan Al-qur’an.

                        Tak terasa sudah lima hari aku dan rombongan mengunjungi Singapura dan Malaysia, dan saatnya perjalan balik ke Indonesia. Dalam perjalanan pulang, aku kembali mengucapkan syukur, walaupun mimpiku untuk belajar ke Negeri Jepang belum tewalaupun mimpiku untuk belajar ke Negeri Jepang belum tercapai. Namun impianku terbesar adalah kembali menjadi seorang santri yang tawadhu’ dan lebih mendalami ilmu agama sebagai bekal di akhirat kelak, karena ku tau menjadi  santri itu takkan pernah usai...   

**The End**

Tags: experience

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Bersyukur Tanpamu
507      333     4     
Short Story
Without You, I\'m Fine
The Gold Digger
372      234     1     
Short Story
A story about money affects someone's personality