Ada berkah di balik blunder, katanya. Tapi, apakah berkah itu bentuknya follower yang minta diajari cara-cara yang absurd dan berakhir gagal?
Kotak masuk pesan Lala seperti meledak. Bukan karena tawaran kerja sama dari brand mewah, melainkan rentetan permintaan tutorial "Cara Melakukan Blunder yang alami tanpa terkesan dibuat-buat." Sejak video eyeliner berinsiden drone itu viral dan email dari Sharpliner Cosmetics mendarat manis di kotak masuknya, hidup Lala mendadak jungkir balik. Ponselnya tak pernah berhenti bergetar, seperti sedang kejang-kejang akibat terlalu banyak notifikasi.
Lala menghela napas, menyandarkan punggung ke bantal empuknya. Di sampingnya, Bima sedang sibuk dengan laptopnya, sesekali tertawa pelan. Keisha, di seberang ranjang, sedang mencoba pose selfie baru dengan ekspresi duck face yang terlalu konyol.
"Bim, Sha, kalian sadar nggak sih, hidupku jadi aneh banget?" tanya Lala, tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel yang menyala terang.
"Aneh apanya?" Keisha memiringkan kepalanya, masih dengan bibir manyun. "Kamu kan sekarang influencer."
"Iya, influencer blunder," Lala mendengus. "Lihat ini!"
Lala menggeser layar ponsel ke dekat Bima dan Keisha. Terpampang jelas rentetan pesan masuk yang semakin tak masuk akal juga aneh.
@MakeupNewbie: "Kak Ratu Blunder, tolong bikinin tutorial makeup natural tapi hasilnya jadi kayak habis bangun tidur kesiangan. Aku butuh banget!"
@ConfusedUser: "Ratu Blunder, ajarin cara bikin alis yang melengkung sampai ke jidat dong. Aku sering kejadian gitu tapi nggak sengaja, pengen bisa sengaja!"
@CreativeFail: "Kak, kalau lagi makeup terus tiba-tiba listrik padam, apa yang harus dilakukan? Bikin tutorialnya dong, please! Aku di desa, sering mati lampu."
Tawa Bima meledak membaca permintaan-permintaan netizen yang semakin hari semakin aneh itu. Keisha juga tak bisa menahan tawanya. "Ini kan bagus, La! Berarti follower-mu merasa ada chemistry sama kamu! Relate gitu."
"Relate sama kegagalan? Bilang aja gitu," Lala memutar bola mata. "Aku bingung, Bim. Aku harus bangga karena viral, atau malu karena alasannya?"
"Kenapa harus malu?" Bima menutup laptopnya. "Dulu kamu stres setiap blunder, sekarang orang-orang malah kangen dengan konten-konten blunder kamu. Itu artinya kamu sudah menciptakan niche sendiri. Nggak ada yang kayak kamu."
"Nggak ada yang seapes aku, sih, tepatnya," keluh Lala seraya menundukkan wajah.
"Tapi kan brand Sharpliner itu beneran mau ngasih kamu endorsement, La! Lumayan banget, kan, bisa buat beli makeup baru atau beli kuota buat modal ngonten!" seru Keisha, meletakkan ponselnya. Matanya berbinar-binar membayangkan bakal dapat prospek makeup gratis.
"Iya sih. Tapi mereka pengen aku tetap jadi 'Ratu Blunder'," Lala menghela napas. "Mereka bahkan bilang, eyeliner mereka itu waterproof dan anti-smudge, tapi kalau di tanganku jadi 'teruji'."
"Ya itu tandanya kamu dikenal dengan branding demikian!" Bima menepuk bahu Lala. "Udah, terima aja. Anggap aja ini jalan ninja kamu."
Malam itu, Lala mencoba mencerna semua perkataan Bima dan Keisha. Ia melamun sambil menatap langit-langit kamar. Benarkah ini berkah? Seharusnya ia senang, kan? Mimpinya jadi influencer sedikit banyak sudah tercapai, meski dengan cara yang tidak ia duga.
Keesokan harinya, Lala memutuskan untuk mencoba ide "blunder sehat" dari salah satu follower-nya. Ia menyalakan kamera. Kali ini, ia tidak mencoba makeup sempurna. Ia mencoba makeup untuk kondisi tidak ideal.
"Halo, guys! Ratu Blunder kembali!" sapa Lala dengan senyum lebar. "Kali ini, aku mau coba challenge dari kalian: Tutorial Makeup Saat Listrik Padam ketika siap-siap mau ke kondangan!"
Adegan itu dimulai dengan Lala yang bersemangat, menyiapkan makeup-nya di depan ring light yang menyala terang. Lalu, dengan dramatis, ia mematikan sakelar lampu kamar. Kamar langsung gelap gulita, hanya ada cahaya redup dari ponselnya yang menempel di stand kamera.
"Oke, guys, anggap aja ini simulasi mati lampu sungguhan ya," Lala terkikik dalam gelap. "Tantangannya: makeup pakai senter ponsel! Siapa yang berani coba?"
Lala menyalakan senter ponselnya, mengarahkannya ke wajah. Cahaya senter membuat wajahnya tampak mengerikan dengan bayangan-bayangan aneh. Ia mencoba memulaskan foundation. Karena cahaya yang minim, foundation-nya jadi tidak rata, ada bagian yang tebal dan bagian yang kosong. Lipstiknya juga keluar garis. Saat mencoba eyeliner, senter ponselnya mendadak berkedip-kedip karena low battery, membuat garis eyeliner-nya jadi berliku-liku seperti sungai di peta.
Di tengah-tengah aksi makeup dalam gelap itu, Kak Dimas mendadak membuka pintu kamar Lala tanpa mengetuk, membuat cahaya terang dari luar langsung menerobos masuk.
"Lala! Pinjam senter! Gelap banget ini!" seru Kak Dimas, tak sadar adiknya sedang syuting.
"KAK DIMAS! KAN LAGI SIMULASI MATI LAMPU INI!" teriak Lala, kesal.
Tangan gadis berambut sebahu itu tersentak, dan sikat maskaranya malah mengenai dahi, meninggalkan noda hitam seperti daki di keningnya.
Kak Dimas yang menyadari kesalahannya langsung kabur sambil tertawa jail. Lala hanya bisa menepuk dahi, lalu tertawa sendiri.
"Oke, guys, seperti yang kalian lihat, challenge ini memang menantang! Hasilnya... ya begitulah, berantakan. Tapi intinya, uji coba makeup itu untuk bersenang-senang, kan? Biar terasa riasannya cocok di wajah kita atau nggak."
Video itu diunggah dengan judul "Ratu Blunder: Tutorial Makeup Kondangan Saat Listrik Padam (Edisi Diganggu Kakak)."
Seperti sejumlah konten video tutorial blunder yang telah lebih dulu diunggah, responnya terhadap video yang baru beberapa menit diunggah ke channel youtube-nya, pun luar biasa. Ribuan komentar membanjiri video tersebut. Banyak yang tertawa, banyak yang terhibur, dan lebih banyak lagi yang merasa relate dengan momen mati lampu dan gangguan Kak Dimas.
@MatiLampuSquad: "KAK LALA! INI AKU BANGET! Bener-bener gak bisa ngalis kalau mati lampu!"
@RealLifeDrama: "Kak Dimas adalah plot twist yang nyata! Ngakak!"
@EmpatiBeauty: "Terima kasih Kak Lala udah nunjukkin kalau makeup nggak harus sempurna. Kadang aku stres banget kalau hasilnya nggak bagus. Kamu bikin aku ngerasa normal!"
Lala membaca komentar-komentar itu, satu per satu. Ada rasa hangat yang menjalar di dadanya. Kali ini, bukan cuma tawa yang ia dapatkan. Ada juga empati, dan perasaan relate yang kuat dari para followers-nya.
"Tuh kan, La," Bima yang tiba-tiba sudah berada di belakangnya, ikut membaca komentar. "Mereka suka kamu apa adanya."
Lala tersenyum tipis. "Mungkin... ya. Mungkin ada benarnya juga ucapan kamu kemarin, Bim."
Ia terus menggulir layar ke bawah. Komentar-komentar positif semakin banyak bermunculan. Ia merasa sedikit lebih baik.
"Oke, mungkin menjadi ratu blunder itu nggak seburuk yang kubayangkan."
Kemudian, matanya menangkap sebuah komentar yang kalimatnya tidak terlalu panjang, tapi entah mengapa, cukup menarik perhatiannya. Komentar itu ditulis oleh akun bernama "@TrueSelfJourney".
@TrueSelfJourney: "Ratu Blunder, kamu mengingatkanku bahwa tidak apa-apa untuk tidak sempurna. Di tengah tuntutan sosial untuk selalu sempurna, kamu berani menunjukkan sisi manusiawi. Terima kasih."
Itu satu-satunya komentar yang berhasil membuat kedua mata Lala berkaca-kaca dan membuat hatinya merasa sangat terharu. Bukan lagi komentar bernada mentertawakan kekonyolannya, bukan juga tentang pujian akan kelucuannya, tapi sebuah ucapan terima kasih yang tulus.
Kata-kata itu sederhana, tetapi terasa begitu dalam. Seakan-akan follower itu melihat kontennya lebih dari sekadar makeup berantakan atau komedi yang tak disengaja. Kalimat dalam komentar ktu mengutarakan sesuatu yang lebih menyentuh perasaan. Keberanian. Kejujuran.
Lala kembali membaca komentar itu sekali lagi. Tidak apa-apa untuk tidak sempurna. Kalimat itu bergema di kepalanya. Selama ini, ia selalu mengejar kesempurnaan, membandingkan dirinya dengan influencer lain yang flawless. Namun, follower-nya ini justru menghargai ketidaksempurnaannya.
Rasa haru kembali menyelimuti hatinya. Ada rasa lega yang menghinggapi. Seolah-olah, beban berat yang selama ini ia pikul, beban untuk menjadi sempurna, perlahan-lahan terangkat. Ia menyadari bahwa tujuannya bukan hanya menjadi influencer hits dengan skill luar biasa. Tapi mungkin, ada sesuatu yang lebih besar dari itu. Sesuatu yang ia berikan tanpa sengaja.
Lala tersenyum alami, bukan senyum yang dipaksakan dan dibuat-buat seperti yang dilakukannya saat di depan kamera. Ia membalas komentar "@TrueSelfJourney" dengan singkat, "Terima kasih kembali! Senang kalau bisa menginspirasi."
Malam itu, Lala tidur dengan perasaan yang jauh lebih ringan. Menjadi Ratu Blunder, mungkin memang membawa berkah. Dan berkah itu, ternyata, bukan hanya berupa endorsement atau ketenaran karena jumlah followers yang meningkat cukup signifikan, tapi juga penerimaan diri, dan sebuah pelajaran tak terduga tentang makna "kecantikan" yang sesungguhnya.
Kocak juga, ya, Lala
Comment on chapter Prolog: Ratu Blunder