Loading...
Logo TinLit
Read Story - Anikala
MENU
About Us  

"KALIAN TAU GAK? INI TUH GAK ADA APA-APANYA DIBANDING KITA DULU!"

"JANGAN LEMAH!"

"AYO LARI KELILING LAPANGAN LIMA KALI LAGI!"

"MANA YEL-YELNYA! BARU SEGINI AJA UDAH CAPEK!"

"Woy! Ngomong mulu lo pada gak haus apa?!"

"Jeruk nipis warna biru. Anak osis banyak mau!" pekik Banusastra dari gedung lantai dua sekolah Bakti Sentosa.

"SIAPA ITU YANG NGOMONG?!" kelakar Nitika—Wakil Ketua Osis yang terkenal dengan sikap galak sekaligus juteknya.

"KALAU BERANI MAJU SI KE DEPAN! JANGAN NGOMONG DI BELAKANG?!" lanjut Nitika dengan pengeras suara toa masjid yang ia pegang.

Beberapa anggota Osis pun juga merasa dibuat kesal oleh suara mengekang itu. Baru jadi siswa baru sudah buat keributan.

"TUNJUKIN DIRI LO SEKARANG!"

"JANGAN BERANINYA DI BELAKANG DOANG!" Nitika kembali bersuara.

"Gua di atas wey. Nyarinya jangan di barisan!" jawab Banusastra—manusia yang baru saja membuat keributan itu.

Suasana lapangan langsung dibuat gaduh lantaran orang yang berbuat keributan itu ternyata bukan dari barisan para siswa baru. Para osis lantas menatap Banusastra tidak percaya beberapa menatap sinis dan beberapa malah tertawa diam-diam.

"Biar gua urus," kata Adhinata—si ketua Osis. Manusia paling unggul dalam segala hal sama seperti arti namanya dalam bahasa Sansekerta.

Dengan langkah cepat dan tegap Nata—panggilan akrabnya. Menyambangi Banusastra yang asik tertawa tanpa rasa bersalah di atas. Ketika sudah sampai di lantai dua Nata, kemudian langsung melayangkan pukulan ke kepala Banusastra mengunakan buku yang berisi nama-nama siswa beserta pengelompokan kelas.

"ADUH, SIALAN?!" gerutu Banusastra tidak terima.

"WOY SIAPA DAH! BERANI-BERA—"

Pelampiasan kemarahan Banusastra berhenti tiba-tiba saat tahu siapa yang memukulnya.

"Eh ada pak ketua Osis!" kata Banusastra.

Banusastra pun mengulurkan tangannya berniat untuk bersalaman. Namun, Nata tak membalas uluran tangan Banusastra. Ia justru menatap tajam pada cowok dihadapannya itu. Dan menarik kembali tangannya, lalu masuk ke dalam kantung saku celana.

"Lo tuh gak bisa apa gak ganggu gua sekali aja?!" ucap Nata penuh emosi.

"Capek banget gua sama kelakuan lo tau!" keluh Nata.

Shanina yang juga pengurus Osis ikut menyambangi Banusastra. Ia tanpa aba-aba dengan gemas menarik daun telinga Banusastra membuat cowok itu meringis kesakitan.

"A—aduh ... Aduh!" Banusastra dengan cepat menepis tangan yang dengan sembarangan menjewer kupingnya.

"Lo apaan sih?! Sakit tau!" protes Banusastra pada Shanin.

"Sakit ya? Sukurin!" omel Shanina yang sudah merasa jengkel dengan kelakuan teman SMP-nya itu.

"Ya elah nin. Jahat amat lo sama gua," keluh Banusastra menampilkan wajah sedih.

"BODO AMAT!" cetus Shanina.

"Awas sekali lagi lo ganggu. Gua bakal laporin lo ke kepala sekolah!" peringat Nata. Ia dan Shanina pun lantas pergi.

Banusastra pun menoleh ke arah Arghani—teman sebangku yang sejak tadi diam saja padahal dia juga ikut ambil andil dalam kerusuhan tadi.

"Temen lo noh," sindir Ghani.

"Lah bukannya teman lo juga?!" ujar Banusastra tak terima.

"Oh iya ya gua lupa punya temen macem dia," cetus Ghani. Mereka berdua kemudian tertawa terbahak-bahak.

"Ah udah yuk balik ke kelas," ajak Ghani yang mengamit bahu Banusastra.

Mereka pun berjalan menyusuri koridor lantai dua untuk menuju kelasnya yang berada di paling ujung. Ketika menuju kelas dahi Banusastra dan Ghani dibuat berkerut dengan keramaian yang berada di samping kelas mereka.

"Eh ada apa dah rame banget?" tanya Banusastra.

"Lah mana gua tau. Lo nanya gua," tutur Ghani.

"Lagi bagi-bagi permen susu kali ya? Ah gua mau minta lima ah kalo gitu. Lumayan buat di kelas," tukas Banusastra. Ia pun melangkah cepat meninggalkan Ghani karena tidak sabar memastikan.

"Eh ada apa dah rame-rame?" tanya Banusastra yang sudah mengambil posisi nyempil di antara kerumunan cowok-cowok kelas sebelas di luar jendela kelas.

"Itu ada anak baru. Cewek, cakep banget woy!" jelas Adit.

"Cantik banget terus body-nya mantap!" lanjut Adit.

Banusastra yang penasaran memincing kan mata. Memperhatikan setiap murid-murid perempuan yang tidak ia kenal.

"Yang mana sih Dit?" imbuh Banusastra yang sudah pusing karena tidak menemukan seseorang yang dimaksud.

"Itu lho yang duduk di seberang Andra Cakep kan?"

Bukannya melihat siswi baru yang katanya 'cantik' itu. Banusastra malah salah fokus pada cewek yang duduk di samping Reandra Cewek itu sibuk mencoret-coret di kertas di buku bagian belakang. Saat Banusastra terfokus menatapnya cewek itu malah mengangkat kepala. Dan menoleh ke arah jendela, otomatis mata Banusastra dengan cewek pun beradu. Banusastra yang terkejut karena cewek itu mendapati dirinya tengah menatapnya dengan gerakan cepet membuang wajah dan pergi dari kerumunan.

"Gimana, Ban. Dapat pemen sususnya?" tanya Ghani.

"Ah payah!"

"Kaga ada permen susu. Adanya permensalah mata cowok-cowok jelalatan ngeliatin cewek baru!" gerutu Banusastra.

Banusastra pun kembali melanjutkan melangkah menuju kelas yang berada di samping kelas anak baru berada. Ia segera duduk di kursinya sekarang. Masih berusaha menahan senyum kegirangan karena dapat melihat sosok cewek yang diam-diam ia sukai sejak kelas sepuluh itu.

Namanya Raden Banusastra Kenzie. Siswa yang senang mengenakan tas serut dengan baju yang sengaja dikeluarkan  tanpa mengenakan dasi. Jangan lupa dengan celana pensilnya yang menjadi ciri khasnya. Kemudian baju dalaman kaus hitam. Lengan seragam yang digulung tidak luoa jaket hoodie hitam yang selalu ia bawa.

Manusia yang sering membuat kerusuhan di sekolah terutama di kelas. Gemar tidur dan jajan di kantin saat pelajaran berlangsung. Selain itu ceker mercon dan ayam geprek pun adalah makanan kegemaran cowok ini.

***

"Lah Bang saya di mana?!"

"Abang nyulik saya?!"

Ucap Banusastra panik. Ia tidak tahu di mana ia berada sekarang. Dengan memegangi jaket hoodie hitam Banusastra kini, seperti anak hilang yang terpisah dari ibunya.

"Oy, tong. Lo tuh tidur tadi. Gua bangunin kaga bangun-bangun."

"Ya udah gua bawa lo pulang. Daripada gua buang lo di pinggir jalan."

Mendengar hal itu Banusastra semakin terkejut. Sementara bapak-bapak berlogat Betawi itu terlihat kesal sambil terus melahap nasi padang yang ia beli di warung seberang jalan.

"Lagi tidur udah kaya orang mati," celetuk bapak itu kembali.

"Wah bang para banget dah," ucap Banusastra yang tanpa sadar mengikuti logat Betawi.

"Ini saya pulangnya begimana?!"

Sabeni—Bapak supir angkot itu lantas menelan makanan yang sudah terlanjur masuk ke dalam mulut dengan susah payah. Dan segera meminum teh di dalam gelas berwadah aluminium yang cukup besar.

"Ya udah lo sono dah jalan tu bentar doang. Itu kan ada gang nah seberang gang itu pangkalan angkot. Dah lu sono dah naik angkot itu lagi kalo mau pulang," jawab Sabeni.

"Oh gitu bang. Makasih kalo gitu."

Banusastra pun segera melangkah mengikuti arah petunjuk dari abang angkot. Belum sampai langkah ketiga ia pun memutar badan teringat akan sesuatu.

"Bang ini ongkosnya, saya belum bayar," ujar Banu tidak enak hati.

Sabeni lagi-lagi menghentikan kegiatan makan secara tiba-tiba. Ia melirik tangan Banusastra yang tengah menyodorkan uang untuk membayar angkotnya.

"Dah lu bawa aja. Itung-itung tanda maaf gua," cetus Sabeni.

"Yang benar nih, bang?"

"Iyak. Dah sana."

Banusastra terlihat senang. Ia meraih tangan Sabeni yang terlihat berminyak, namun Banusastra mengabaikan itu. Ia justru bersaaman dan menjadi mencium punggung tangan Sabeni.

"Ya udah kalo gitu bang. Saya pamit, terima kasih."

"Yak... Ya dah," jawab Sabeni.

Banusastra pun kembali melangkah. Setelah sampai di pangkalan mendadak ia memberhentikan sebuah motor scoopy.

"Bro nebeng. Anterin gua ke bengkel Mang Ujang ya!" kata Banusastra yang tanpa mengindahkan seseorang yang ia minta antar mau atau tidak.

Hanya karena Banu melihat seseorang yang baju seragamnya sama dengannya. Seenaknya ia memberhentikan motor yang melaju pelan. Kemudian ia meminta diantar ke bengkel.

"Eh—eh... engga... Engga!" protes seorang cewek yang menaiki motor scoopy. Ia membuka kaca helm yang ia kenakan.

Banusastra yang sadar siapa orang yang baru saja ia berhentikan motornya. Langsung menelan ludah susah payah bahkan oksigen di sekitarnya rasanya tiba-tiba menipis begitu saja. Banu menatap manik mata itu dalam.

"Mohon maaf aku gak kenal sama kamu. Jadi aku gak bisa anterin." ucap Kala tu yang merasa risih lantas turun dari motornya. Dengan Banusastra yang masih duduk di belakang jok motor.

Banusastra terkekeh ringan. Kala itu mengerutkan dahi melihat reaksi Banu—bingung. Banu menarik napas panjang sebelum kembali berujar.

"Ya Allah... Kalll.." Banu menjentikkan jari tepat di depan mata Kala.

"Ini gua Kall... Banu, temannya Andra! Lonluoa sama gua?!" ujar Banu memelas.

"Okeh kalo Lo lupa. Gua perkenalin diri gua lagi biar Lo ga kupa. Kelanin Raden Banusastra Kenzie. Biasa dipanggil Banusastra atau Banu. Murid di SMA Bakti Sentosa kelas sebelas IPS dua."

"Emm ... Dan lo itu Kala. Murid di kelas sebelas IPS empat. Teman sebangkunya Reandra, kan?"

Banusastra menyudahi deretan kalimat perkenalan dirinya dengan senyuman. Kala—cewek bermotor scoopy itu mengigit bibir bawahnya seraya memainkan jemari menghilangkan kegugupan.

"Oke. Lo udah inget kan? Dan gua juga udah kenal lo. Jadi, boleh kan gua minta tolong anterin gua ke bengkel. Buat ambil motor gua yang ban nya bocor?"

Kala berpikir sejenak. Banusastra yang tidak sabaran langsung mengambil keputusan.

"Diam berarti jawabannya iya!" Banusastra pun kemudian mengambil posisi menjadi pengemudi.

"Ayo buruan naik. Atau gua tinggal!" pungkas Banu tidak tahu diri.

Kala yang merasa pasrah karena tahu jika ternyata Banusastra mungkin teman dekat Reandra. Melangkah duduk di belakang Banu.

"Makasih ya!"

"Kala temanya Andra yang cantik dan baik hati!" pungkas Banu bersemangat.

Banusastra berteriak saat Kala sudah cukup jauh dari bengkel. Tidak lupa Banu melambaikan tangan dan tersenyum semringah. Yang tanpa ia sadari Kala melihatnya dari balik kaca spion.

Namanya Banusastra terkenal sebagai manusia tengil sekaligus menyebalkan.
Namun, ia termasuk bagian dari pelajar yang supel serta jaringan pertemanan yang luas. Segala hal yang menyangkut dirinya menjadi pembahasan yang sangat menarik untuk didengar.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sacrifice
6798      1733     3     
Romance
Natasya, "Kamu kehilangannya karena itu memang sudah waktunya kamu mendapatkan yang lebih darinya." Alesa, "Lalu, apakah kau akan mendapatkan yang lebih dariku saat kau kehilanganku?"
JUST RIGHT
115      98     0     
Romance
"Eh, itu mamah bapak ada di rumah, ada gue di sini, Rano juga nggak kemana-mana. Coba lo... jelasin ke gue satu alasan aja, kenapa lo nggak pernah mau cerita ke seenggaknya salah satu dari kita? Nggak, nggak, bukan tentang mbak di KRL yang nyanggul rambutnya pakai sumpit, atau anak kecil yang lututnya diplester gambar Labubu... tapi cerita tentang lo." Raden bilang gue itu kayak kupu-kupu, p...
Satu Nama untuk Ayahku
8689      1826     17     
Inspirational
Ayah...... Suatu saat nanti, jikapun kau tidak lagi dapat kulihat, semua akan baik-baik saja. Semua yang pernah baik-baik saja, akan kembali baik-baik saja. Dan aku akan baik-baik saja meski tanpamu.
Until The Last Second Before Your Death
480      342     4     
Short Story
“Nia, meskipun kau tidak mengatakannya, aku tetap tidak akan meninggalkanmu. Karena bagiku, meninggalkanmu hanya akan membuatku menyesal nantinya, dan aku tidak ingin membawa penyesalan itu hingga sepuluh tahun mendatang, bahkan hingga detik terakhir sebelum kematianku tiba.”
NADA DAN NYAWA
15665      2942     2     
Inspirational
Inspirasi dari 4 pemuda. Mereka berjuang mengejar sebuah impian. Mereka adalah Nathan, Rahman, Vanno dan Rafael. Mereka yang berbeda karakter, umur dan asal. Impian mempertemukan mereka dalam ikatan sebuah persahabatan. Mereka berusaha menundukkan dunia, karena mereka tak ingin tunduk terhadap dunia. Rintangan demi rintangan mereka akan hadapi. Menurut mereka menyerah hanya untuk orang-orang yan...
Gray Paper
548      315     2     
Short Story
Cinta pertama, cinta manis yang tak terlupakan. Tapi apa yang akan kamu lakukan jika cinta itu berlabuh pada orang yang tidak seharusnya? Akankah cinta itu kau simpan hingga ke liang lahat?
Dia ATTA? Bagian Dari Masa Laluku
71      68     3     
True Story
Mungkin bagi kalian yang pernah menyukai seseorang namun tidak dapat mengungkapkannya, cerita ini akan terasa relate. Karena kita memiliki pengalaman yang sama, dan kisah ini berdasarkan pengalaman pribadi.
Eagle Dust
418      292     0     
Action
Saat usiaku tujuh tahun, aku kehilangan penglihatan karena ulah dua pria yang memperkosa mom. Di usia sebelas tahun, aku kehilangan mom yang hingga sekarang tak kuketahui sebabnya mengapa. Sejak itu, seorang pria berwibawa yang kupanggil Tn. Van Yallen datang dan membantuku menemukan kekuatan yang membuat tiga panca inderaku menajam melebihi batas normal. Aku Eleanor Pohl atau yang sering mereka...
AUNTUMN GARDENIA
159      138     1     
Romance
Tahun ini, dia tidak datang lagi. Apa yang sedang dia lakukan? Apa yang sedang dia pikirkan? Apakah dia sedang kesulitan? Sweater hangat berwarna coklat muda bermotif rusa putih yang Eliza Vjeshte kenakan tidak mampu menahan dinginnya sore hari ini. Dengan tampang putus asa ia mengeluarkan kamera polaroid yang ada di dalam tasnya, kemudian menaiki jembatan Triste di atas kolam ikan berukura...
Story Of Chayra
13425      3285     9     
Romance
Tentang Chayra si cewek cuek dan jutek. Sekaligus si wajah datar tanpa ekspresi. Yang hatinya berubah seperti permen nano-nano. Ketika ia bertemu dengan sosok cowok yang tidak pernah diduga. Tentang Tafila, si manusia hamble yang selalu berharap dipertemukan kembali oleh cinta masa kecilnya. Dan tentang Alditya, yang masih mengharapkan cinta Cerelia. Gadis pengidap Anstraphobia atau phobia...