Sekarang sudah memasuki hari sekolah seperti biasa, Maya mengenakan atribut lengkap tidak lupa juga memakai hijab sesuai dengan aturan yang ada di sekolah. Kali ini Maya sangat bersemangat, karena gurunya yaitu Bu Relly memberikan tes untuk membuat naskah sebuah film. Tentu saja Maya senang, dia sangat amat suka menulis.
Dia adalah orang yang pendiam, tidak mampu mengucapkan apapun secara langsung. Jadi kebiasannya adalah menulis di sebuah platform menulis online, supaya bisa menuangkan imajinasinya yang sangat banyak sekali. Maya bersyukur bisa berada di jurusan ini.
"Assalamualaikum anak-anak," ucap Bu Relly masuk kedalam kelas dengan penuh semangat. Masih pagi hari dia ingin para muridnya tidak bermalas-malasan dan senang ketika pelajarannya dimulai .
"Waalaikumsalam Bu Relly," jawab satu kelas begitu kompak.
"Masih semangat kan kalau pelajarannya Bu Relly?" tanya Bu Relly penasaran.
"Semangat banget ibu!"
"Ya sudah kalau begitu sesuai dengan apa yang ibu bilang kemarin ya di grup, kalau hari ini ibu akan ngetes kalian apa kalian bisa membuat sebuah naskah film. Tapi sebelum itu Bu Relly menerangkan materinya sebentar, bisa dimengerti?" ujar Bu Relly.
"Mengerti Bu."
"Oke, mari kita mulai!" Bu Relly duduk membuka laptopnya, lalu menyalakan layar proyektor. Supaya para murid bisa mencatat materi yang ada, dan tidak lupa Bu Relly juga menjelaskan agar materi tersebut lebih jelas lagi.
Bu Relly telah menjelaskan, kurang lima belas menit saja. Dia pun lalu menyuruh muridnya untuk segera mengerjakan tugas tersebut.
"Sudah selesai penjelasan dari saya, apa ada pertanyaan?" tanya Bu Relly memastikan. Barangkali saja ada yang kurang paham, tentu saja Bu Relly akan menjelaskannya kembali.
"Sudah paham Bu, tidak ada pertanyaan."
"Baik, kalau begitu silahkan dikerjakan ya temanya bebas. Namun syaratnya tadi sudah ibu tulis di PPT ada hal-hal yang terkecuali, oke?" ujar Bu Relly.
"Siap ibu."
"Selanjutnya waktunya Pak Teguh kan ya? Tadi Pak Teguh sudah bilang sama saya, kalau tidak bisa masuk karena ada halangan. Jadi waktunya Pak Teguh saya gunakan ya, biar kalian nggak ada yang namanya jamkos. Biar nggak rugi waktu," Bu Relly memberi tau informasi kalau guru mata pelajaran selanjutnya tidak bisa hadir.
"Iya Bu, terimakasih banyak atas waktunya."
"Yaudah kalau gitu ibu tinggal sebentar ya? Saya ada rapat sebentar," pamit Bu Relly.
"Baik ibu."
"Assalamualaikum anak-anak. Selamat mengerjakan," Bu Relly beranjak dari kursinya lalu keluar dari kelas.
"Waalaikumsalam," jawab para murid dengan kompak.
Ketika Bu Relly sudah keluar dari kelas, entah kenapa Maya merasa kalau Bram yang ada dibangku sampingnya memperhatikan dia terus menerus. Membuat Maya salah tingkah, namun dia berusaha stay cool dan tetap mengerjakan tugas.
"Mayyy!!" panggil Bram.
Sebenarnya Maya telah mendengarnya, namun tentu saja dia pura-pura tidak mendengar dan tetap menunduk mengerjakan tugas itu.
"Mayaaaa!! Halooo!!" Bram makin mengencangkan suaranya.
"Ehh? Iya? Kenapa Bram?" tanya Maya sambil menoleh kearah Bram dengan kikuk.
"Fokus amat. Gue boleh gabung bangku gue deket sama lo nggak?" Bram meminta izin.
"Hah? Kenapa emangnya kok deket sama gue?" Maya kebingungan. Padahal harusnya Bram bergabung dengan teman-teman cowoknya, tetapi Bram malah memilih dengan Maya. Aneh sekali.
"Ya nggak apa, pengen aja. Nggak boleh?" tanya Bram lagi dengan mode tengil.
"Ya boleh aja sih," jawab Maya meskipun sedikit ragu.
"Hmm pemalu banget sih lo," Bram terkekeh. Lalu dia mendekatkan bangkunya disamping Maya, dan mereka duduk bersampingan.
"Hehe.. iya sorry ya Bram," Maya terkekeh.
"Nggak apa santai aja. Mungkin dasarnya Lo emang pemalu," jawab Bram dengan santai.
"Iya Bram," jawab Maya singkat lalu hanya tersenyum dan melanjutkan tugasnya.
"Lo kenapa serius banget ngerjainnya? Santai aja kali," Bram mulai membuka bukunya. Dan dia baru saja mulai mengerjakan tugasnya, berbeda dengan Maya. Maya sudah mengerjakannya hampir setengah lembar.
"Nggak serius banget sih, emang udah biasa nulis kayak gini. Apalagi gue suka tulis novel online iseng doang," meskipun menjawab pertanyaan dari Bram. Dia tetap fokus dengan tugas itu.
"Ohh iyaaaa!! Gue lihat di Instagram lo, iya lo keren banget. Gue paling payah sama naskah! Gue masuk broadcasting karena gue bisa kamera doang," ujar Bram. Dia berterus terang melihat akun Instagram milik Maya.
"Ini orang niatnya deketin gue iseng doang apa gimana sih? Kelihatannya friendly banget!" batin Maya. Dia trust issue dengan laki-laki, meskipun dia tidak pernah menjalin hubungan asmara sebelumnya.
"Lo ngelihatin sorotan Instagram gue juga Bram?" Maya memastikan. Daripada pikirannya kemana-mana, lebih baik dia menanyakannya langsung. Tidak peduli Bram akan berpikir dia cewek seperti apa, yang penting to the point.
"Iya gue penasaran aja, nggak apa kan?" Bram tersenyum.
"Ohh gitu. Iya nggak apa kok," Maya mengangguk.
"May," panggil Bram lagi.
Sebenarnya Maya sedikit kesal, kenapa Bram mendekatinya seperti ini. Dia khawatir jika perempuan-perempuan lain akan salah paham, dan mengira mereka saling suka. Maya tidak mau hal itu terjadi.
"Hmm.. iya kenapa Bram? Kenapa nggak nugas dulu," Maya menghela nafas.
"Kan bisa ngobrol sambil ngerjain. Gampang itu mah," jawab Bram.
"Yaudah iya. Ada apa Bram?" tanya Maya dengan nada lembut.
"Lo nanti malem ada rencana keluar apa enggak?" ujar Bram to the point.
"Gilaaa!! Ini gue tiba-tiba banget diajak keluar?" batin Maya. Benar-benar panik.
"Nggak ada sih, emangnya kenapa?" jawab Maya.
"Ini teman kelas katanya nanti malem mau nongkrong gitu ke caffe, barangkali lo bisa. Gabung aja nggak apa daripada gabut kan? Lo baru pindah ke Lamongan kan?" kata Bram memberitahu informasi yang dia tahu dari anak-anak.
"Ohh janjian sama temen kelas?"
"Iya bareng -bareng kok. Tenang aja," Bram meyakinkan agar Maya mau keluar bersama teman -teman.
"Yaudah iya, nanti gue kabarin lagi. Bisa atau enggak," jawab Maya.
" Lo ngechat gue?" Bram memastikan.
"Iya nanti gue chat kok," dengan kesadaran penuh Maya menjawab seperti itu.
"Oke, gue tunggu ya!" Bram tersenyum simpul. Dia semakin semangat mengerjakan tugas itu .
Ditengah pembicaraan mereka, tiba-tiba ada yang menepuk pundak Maya dari belakang. Dan itu adalah Novi.
"May," panggil Novi.
Tentu saja Maya langsung menghadap belakang, "Iya kenapa?" ucapnya.
"Lo kenapa jadi dideketin mulu sama Bram? Kalian pacaran? Kok nggak ada cerita sih?" bisik Novi supaya tidak terdengar oleh Bram yang ada disamping Maya.
"Heh! Enak aja. Nggak! Nggak tahu dia tiba-tiba deketin mulu," bisik Maya juga dengan pelan.
"Ciee cieee! Pepet terus mbak," ledek Novi terkekeh.
"Ih apaan sih Nov! Nggak usah gitu," Maya mendekatkan satu jari telunjuknya kedepan bibir. Memberi isyarat agar Novi diam dan tidak menggodanya.
Mendengar itu Bram hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.