Loading...
Logo TinLit
Read Story - Main Character
MENU
About Us  

Dengan perasaan gelisah dan khawatir terjadi sesuatu pada Mireya, Leo kendarai motor dengan kecepatan sedikit kencang menuju Sekolah. Setelah memarkirkan motor, Leo dengan langkah sedikit cepat sampai di Kelas Mireya. Menghampiri Kinanti yang tengah terduduk di kursinya dengan wajah bertanya-tanya, ada apa Leo ke kelasnya di saat Mireya belum datang?

"Mireya sudah datang?" tanya Leo.

"Belum."

Leo menghela nafas panjang beriringan dengan munculnya momen saat Audry ingin mengakhiri hidupnya. Leo sungguh tidak ingin Mireya berpikiran seperti Audry, karena hidup ini terus memaksa untuk bertahan dari segala macam luka.

Melihat wajah tegang dan serius Leo, Kinanti pun merasa jika ada sesuatu. "Apa ada sesuatu sama Mireya?" tanya Kinanti yang tidak mengharapkan hal buruk terjadi pada sahabatnya yang belum lama ini terlihat bahagia.

"Sebelum ke sekolah, aku ke Rumah Mireya ingin menjemputnya, tapi Kakaknya bilang kalau dia gak di Rumah."

Kinanti sontak memasang wajah khawatir dan bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Mireya hingga pergi dari Rumah.

"Apa kamu tahu tempat yang mungkin didatangi Mireya?" tanya Leo yang dijawab gelengan kepala Kinanti yang lemah.

Di sisi lain, terdapat Mireya dengan koper pink softnya itu, yang berdiri di depan sebuah Rumah sederhana. Berdiri tenang di tengah pedesaan yang asri, dikelilingi hamparan sawah hijau dan pepohonan rindang yang seolah memeluk Rumah itu dengan kehangatan. Bangunannya sederhana, berdinding kayu tua yang sudah menghitam dimakan waktu namun masih kokoh berdiri. Atapnya dari genteng tanah liat yang terlihat hangat saat sore menjelang, memantulkan cahaya oranye matahari senja.

Halaman Rumahnya luas dan beralaskan tanah, dipenuhi rerumputan liar yang sesekali ditebas pemilik Rumah saat pagi. Beberapa jenis tanaman bunga yang terlihat dirawat dengan begitu baik. Di sisi Rumah, terdapat bangku kayu panjang di bawah pohon mangga, tempat favorit Pemilik Rumah saat mengupas buah sambil menatap langit. Jendela-jendela Rumah dibiarkan terbuka lebar, memperlihatkan tirai tipis berwarna putih yang bergoyang lembut tertiup angin desa.

Suasana di sekitar Rumah begitu damai. Hanya terdengar suara gemericik air dari sungai kecil di belakang Rumah dan nyanyian burung-burung pagi. Setiap sudut Rumah ini menyimpan aroma nostalgia, tempat di mana Mireya selalu merasa tenang, jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota dan luka yang terus menghantui.

Pintu Rumah terbuka menampakkan seorang wanita lansia yang rambutnya sudah sepenuhnya memenuhi. Melihat Mireya di depan sana, senyumnya merekah. Wajah yang terlihat penuh kerinduan di sana. Dengan koper yang ditariknya Mireya berjalan ke arah wanita lansia itu yang juga berjalan ke arah Mireya, tanpa menghilangkan senyumnya.

Kedua itu saling berpelukan setelah sekian lama tidak bertemu. Sungguh terlihat momen melepas rindu. "Nenek apa kabar?" tanya Mireya sembari melepas pelukannya.

"Seperti yang kamu lihat, Nenek baik. Kamu sendiri? Bagaimana dengan sekolah kamu?" tanya Nenek dengan nada lembut.

"Semuanya baik." Seraya tersenyum. Ya, Mireya memilih merahasiakan apa yang sedang terjadi.

Nenek Mireya membawa cucu satu-satunya itu ke dalam Rumah yang hanya terdapat dua Kamar tidur, Dapur dan Ruang Tamu. Mireya mendudukkan diri di sofa panjang bersama Nenek-nya yang menggenggam kedua tangan Mireya. "Nenek pikir baru akan bertemu kamu saat pernikahan kamu," ucap Nenek-nya dengan wajah bahagia karena akhirnya bertemu dengan sang cucu, namun terselip kesedihan juga di sana.

"Maaf ya, Nek. Baru sekarang aku datang." Mireya merasa bersalah. Semenjak Mama-nya tidak ada Mireya tidak pernah sekali pun mengunjungi Mama-nya. Seharusnya Mireya ingat dengan wanita yang sudah melahirkan Mama-nya.

"Gakpapa, yang penting sekarang Mireya di sini."

Mireya melihat sekeliling di mana masih sama dengan terakhir kali Mireya berada di sana. Manik matanya pun fokus pada bingkai foto yang ada di samping televisi. Mireya mengambil beberapa langkah hingga di depan bingkai foto yang memperlihatkan fotonya saat masih tk bersama Mama-nya. Mireya ambil foto itu dengan hati yang sakit.

Kalau saja Mireya tidak mendengar percakapan Cyntia dengan Papa-nya, Mireya tidak akan pernah tahu bahwa ia penyebab wanita yang paling ia sayang itu pergi meninggalkan dunia ini.

"Apa kamu ingat sesaat sebelum foto?" tanya Nenek-nya yang sudah berdiri di samping Mireya, ikut memandangi foto itu.

"Apa sesuatu terjadi? Aku gak bisa mengingatnya," jawab Mireya sembari menatap lembut Nenek-nya.

"Kamu menangis gak mau difoto terus Mama kamu menjanjikan akan membelikan ice cream strawberry, dan tangis kamu pun berhenti," cerita Nenek-nya dengan wajah bahagia sembari mengingat momen saat itu.

Mireya tersenyum. "Aku pasti sangat menyukai ice cream strawberry."

"Nenek rasa seperti itu karena pernah Nenek membelikan ice cream cokelat ehh kamu malah nangis."

Obrolan ringan bersama Nenek-nya itu sedikit mengurangi rasa sakit yang ada. Nenek-nya berhasil mengingatkan Mireya bahwa sebelum hatinya sehancur ini Mireya pernah merasakan kebahagiaan yang sempurna.

"Nenek buatkan susu jahe kesukaan kamu yaa?"

"Boleh, Nek."

"Kalau gitu, Nenek buatkan dulu. Kalau mau istirahat kamu bisa tiduran di Kamar Mama kamu. Nenek selalu membersihkannya takut sewaktu-waktu kamu datang."

"Iya, Nek."

Nenek-nya tinggalkan Mireya yang kembali menatap foto itu. Apa yang sudah aku lakukan sampai membuat Mama pergi secepat ini?

Mireya letakkan kembali bingkai di tempat semula, melangkah masuk ke dalam salah satu Kamar yang pintunya tertutup. Kamar dengan kasur ukuran satu orang itu masih terlihat sama. Bahkan meja belajar yang dahulu Mama-nya gunakan masih ada lengkap dengan beberapa buku pelajaran. Mireya yang sudah ada di depan meja belajar, mengambil sebuah sketchbook. Membukanya yang memperlihatkan gambar-gambar yang dibuat Mama-nya.

Sampai di lembar terakhir Mireya menemukan gambar dirinya saat masih kecil yang tengah duduk di bangku kayu panjang, bawah pohon mangga. Mireya kecil yang tengah asik makan ice cream gagang. Mireya tidak ingat bahwa Mama-nya sempat menggambarnya.

Di pojok bawah kertas terdapat tulisan di mana pun kamu berada Mama berharap kamu selalu bahagia, ada atau nggaknya Mama di samping kamu.

Pesan singkat itu pun mampu membuat Mireya meneteskan air matanya. "Mireya," panggil Nenek-nya sembari berjalan menghampiri Mireya yang buru-buru menghapus air mata. Menutup buku yang ia letakkan kembali di meja.

Menoleh ke arah Neneknya, tersenyum. Nenek-nya menyodorkan gelas berisi susu jahe yang diterima Mireya. "Apa di Rumah kamu juga sering meminum susu jahe?" tanya Neneknya.

Mireya menggelengkan kepala. Semenjak Mama-nya tidak ada, ada hal-hal yang biasa dilakukan Mama-nya untuk Mireya, Mireya sudah tidak pernah melakukannya lagi termasuk minum susu jahe yang biasanya Mama-nya yang membuatkan.

"Nenek harus ke warung dulu, kamu istirahat saja."

"Iya."

Mireya mendudukkan diri di tepi kasur, meneguk sekali susu jahe yang rasanya tidak berubah sedikit pun, dan sama persis dengan buatan Mama-nya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Segitiga Sama Kaki
805      479     2     
Inspirational
Menurut Phiko, dua kakak kembarnya itu bodoh. Maka Phiko yang harus pintar. Namun, kedatangan guru baru membuat nilainya anjlok, sampai merembet ke semua mata pelajaran. Ditambah kecelakaan yang menimpa dua kakaknya, menjadikan Phiko terpuruk dan nelangsa. Selayaknya segitiga sama kaki, sisi Phiko tak pernah bisa sama seperti sisi kedua kakaknya. Phiko ingin seperti kedua kakaknya yang mendahu...
Nemeea Finch dan Misteri Hutan Annora
254      168     0     
Fantasy
Nemeea Finch seorang huma penyembuh, hidup sederhana mengelola toko ramuan penyembuh bersama adik kandungnya Pafeta Finch di dalam lingkungan negeri Stredelon pasca invasi negeri Obedient. Peraturan pajak yang mencekik, membuat huma penyembuh harus menyerahkan anggota keluarga sebagai jaminan! Nemeea Finch bersedia menjadi jaminan desanya. Akan tetapi, Pafeta dengan keinginannya sendiri mencari I...
Mimpi & Co.
1191      770     2     
Fantasy
Ini kisah tentang mimpi yang menjelma nyata. Mimpi-mimpi yang datang ke kenyataan membantunya menemukan keberanian. Akankah keberaniannya menetap saat mimpinya berakhir?
Lepas SKS
184      159     0     
Inspirational
Kadang, yang buat kita lelah bukan hidup tapi standar orang lain. Julie, beauty & fashion influencer yang selalu tampil flawless, tiba-tiba viral karena video mabuk yang bahkan dia sendiri tidak ingat pernah terjadi. Dalam hitungan jam, hidupnya ambruk: kontrak kerja putus, pacar menghilang, dan yang paling menyakitkan Skor Kredit Sosial (SKS) miliknya anjlok. Dari apartemen mewah ke flat ...
Paint of Pain
1084      736     33     
Inspirational
Vincia ingin fokus menyelesaikan lukisan untuk tugas akhir. Namun, seorang lelaki misterius muncul dan membuat dunianya terjungkir. Ikuti perjalanan Vincia menemukan dirinya sendiri dalam rahasia yang terpendam dalam takdir.
Imperfect Rotation
182      160     0     
Inspirational
Entah berapa kali Sheina merasa bahwa pilihannya menggeluti bidang fisika itu salah, dia selalu mencapai titik lelahnya. Padahal kata orang, saat kamu melakukan sesuatu yang kamu sukai, kamu enggak akan pernah merasa lelah akan hal itu. Tapi Sheina tidak, dia bilang 'aku suka fisika' hanya berkali-kali dia sering merasa lelah saat mengerjakan apapun yang berhubungan dengan hal itu. Berkali-ka...
FLOW : The life story
102      89     0     
Inspirational
Dalam riuh pikuknya dunia hiduplah seorang gadis bernama Sara. Seorang gadis yang berasal dari keluarga sederhana, pekerja keras dan mandiri, gadis yang memiliki ambisi untuk mencari tujuannya dalam berkehidupan. Namun, dalam perjalanan hidupnya Sara selalu mendapatkan tantangan, masalah dan tekanan yang membuatnya mempertanyakan "Apa itu kebahagiaan ?, di mana itu ketenangan ? dan seperti apa h...
Me vs Skripsi
2167      927     154     
Inspirational
Satu-satunya yang berdiri antara Kirana dan mimpinya adalah kenyataan. Penelitian yang susah payah ia susun, harus diulang dari nol? Kirana Prameswari, mahasiswi Farmasi tingkat akhir, seharusnya sudah hampir lulus. Namun, hidup tidak semulus yang dibayangkan, banyak sekali faktor penghalang seperti benang kusut yang sulit diurai. Kirana memutuskan menghilang dari kampus, baru kembali setel...
Monokrom
114      94     1     
Science Fiction
Tergerogoti wabah yang mendekonstruksi tubuh menjadi serpihan tak terpulihkan, Ra hanya ingin menjalani kehidupan rapuh bersama keluarganya tanpa memikirkan masa depan. Namun, saat sosok misterius bertopeng burung muncul dan mengaku mampu menyembuhkan penyakitnya, dunia yang Ra kenal mendadak memudar. Tidak banyak yang Ra tahu tentang sosok di balik kedok berparuh panjang itu, tidak banyak ju...
My Reason
719      474     0     
Romance
pertemuan singkat, tapi memiliki efek yang panjang. Hanya secuil moment yang nggak akan pernah bisa dilupakan oleh sesosok pria tampan bernama Zean Nugraha atau kerap disapa eyan. "Maaf kak ara kira ini sepatu rega abisnya mirip."