Loading...
Logo TinLit
Read Story - Academia with Adventure
MENU
About Us  

“Misi selanjutnya adalah menemukan Raja Christ. Melihat kemampuanmu dalam menyelesaikan misi pertama, sepertinya misi kedua ini dapat terselesaikan dengan baik, bukan?” Rex mengangkat satu alisnya, mempertanyakan kemampuan Selena.

 

Hal ini sudah diduga oleh Selena. Perwatakan Rex memang selalu menimbang-nimbang sesuatu.

 

“Tentu saja! Tapi aku perlu dokumen yang ada pada kalian. Berikan, cepat!” seru Selena.

 

“Da—darimana Selena mengetahuinya?” suara Anne nyaris tak terdengar, seperti gema dari dunia lain yang terbawa angin.

 

Aletta hanya bisa menyaksikan ketegangan antara mereka bertiga karena dirinya baru muncul setelah konflik.

 

Selena tak langsung mengatakan secara terang-terangan bahwa dirinya tahu dokumen itu sejak lama ada pada mereka berdua. Mari bersilat lidah sedikit di sini:

 

“Itu… karena aku tak sengaja melihat Anne membuka sebuah gulungan kertas, jadi aku berpikir mungkin ada dokumen padanya,” jelas Selena.

 

ASTAGA! Sial!

Selena sudah salah ucap. Perkataannya tadi justru malah memperjelas kebohongannya. Pertama, Selena mengatakan kata “tidak sengaja”, padahal Anne secara terang-terangan membuka gulungan kertas itu. Yang kedua, darimana Selena tahu soal dokumen, sedangkan Selena sendiri baru pertama kali berada di sini?

 

Di bagian darat masih terjadi pertentangan yang harus diselesaikan oleh Selena, Rex, dan Anne. Sedangkan jauh di bawah laut, riakan air semakin terlihat jelas, membuat percikan terlempar sedikit ke kaki Selena.

 

Sebenarnya, percikan air tersebut berasal dari batu yang dilemparkan ke atas oleh Nereva. Bukankah terasa seperti melawan hukum gravitasi? Ya, di dunia imaji ini, semua itu sudah biasa.

Nereva duduk di terumbu karang di lautan dalam. Ia tak benar-benar ada di dalam sungai, hanya saja kemampuannya berteleportasi dari laut ke sungai membuatnya bisa dengan cepat berada di mana saja. Nereva tertawa jahat, bak villain dalam sebuah novel.

 

“Sudah kubilang, aku hanya akan menjadi penonton dari semua yang terulang. Tapi kali ini, aku tak kuasa... ingin membantu Selena. Malangnya gadisku itu.”

 

Selena menggulung bibirnya ke dalam, tak berani menatap Anne dan Rex yang memandangnya dengan mata curiga, seolah akan menerkamnya.

 

“Selena, cobalah untuk berkata ju—”

 

“Wow, sepertinya di sini terasa panas ya!” Nereva datang menyerukan pencair suasana.

 

“Nereva, sedang apa di sini? Dan siapa kau sebenarnya?” Anne mundur setengah langkah, matanya berbalik ke belakang—memfokuskan pandangan pada Nereva.

 

Nereva menegakkan punggungnya, tapi matanya—yang biasanya tenang—terisi oleh kilau refleksi yang tak biasa. Ia tidak bicara seketika. Ia menunggu, membiarkan keheningan berbicara lebih dulu.

 

“Aku Nereva, dan aku akan berada di mana saja hatiku senang. Mengerti sekarang?” Nereva membuka lebar satu tangannya setinggi dada, seraya meniupkan gelembung air kecil.

 

“Aku tidak mengerti! Bisakah kau jelaskan? Pernyataanmu belum menjawab pertanyaanku,” tegas Rex.

 

“PROBLEMATIK! Kenapa segala hal harus kau permasalahkan? Tak semua pertanyaan ada jawabannya, dan tak semua jawaban atas suatu pertanyaan itu benar. Belajarlah untuk mengerti orang lain,” Nereva mengangkat tangannya ke atas, seolah mencengkeram langit. Petir bergemuruh, kilatnya menyambar Rex.

 

Sepatah kata pun tak berani lagi keluar dari mulut Rex. Yang tadinya berani, kini berubah seperti siput yang bersembunyi dalam cangkangnya.

 

“Anne! Berikan dokumen tersebut kepada Selena,” perintah Nereva.

 

Namun Anne masih tetap keras kepala, teguh pada pendapatnya sendiri. Ia tidak akan pernah menyerahkan dokumen tersebut kepada siapa pun.

 

Melihat tingkah laku Anne yang melanggar perintahnya, emosi Nereva naik. Sebelum kemarahannya menghancurkan hutan ini, perintah terakhirnya adalah memaksa Aletta mengambil dokumen tersebut.

 

“Aletta, rebut dokumen itu. Segera! Cepat!”

 

Teriakan Nereva terdengar begitu keras, menggetarkan tanah. Membuat kaki Aletta bergerak dengan sendirinya, mendekat di hadapan Anne. Rela tak rela, Anne harus menyerahkan dokumen tersebut.

 

“I-ini, Selena. Tapi kumohon, jangan membacanya sekarang. Baca saja segera setelah Raja Christ kita temukan,” titah Anne.

 

Selena tak menghiraukan perkataan Anne. Begitu Aletta menyerahkan dokumen tersebut, Selena langsung membuka map-nya dan hampir saja sampai pada lembar pertama, hingga Nereva mencegatnya.

 

“Sebentar, sayang. Anne ada benarnya. Jangan terlalu terburu-buru membuka dokumennya.”

 

Selena memberi jawaban mengerti melalui sorot matanya, lalu menutup kembali dokumen tersebut dan menyimpannya erat di tasnya.

 

Kita harus belajar, tidak semua “kenapa” memiliki jawaban. Mungkin, hal-hal yang belum ada jawabannya itu masih bikin kamu sakit hati. Jadi… jangan terlalu menekan diri sendiri. Jalani saja yang sedang terjadi.

 

“Aku akan pergi. Anne, tolong bantu adikmu menemukan Raja. Dan kalian berdua juga,” titah Nereva sebelum kembali menyelam ke bawah air.

 

Selena merasa bersalah karena dirinya, Anne, Aletta, dan Rex harus menerima bentakan dari Nereva. Tapi... bersyukurnya Selena, mereka bertiga tak terlalu menganggap hal itu serius. Hanya Rex yang langsung pergi meninggalkan mereka.

 

“Selena, sekarang kita harus segera pergi mencari Raja Christ. Tunggu sebentar lagi. Rex akan datang membawakan tunggangan kuda untuk kita berempat,” jelas Anne.

 

Selena duduk di bawah pohon, berteduh di balik dedaunan yang sesekali bergoyang mengikuti angin. Beberapa menit kemudian, tanah terasa bergetar seperti sebuah buldozer sedang melintas di atasnya.

 

Getaran tanah itu berasal dari sekelompok kuda yang berlari bersamaan di bawah pimpinan Rex. Beberapa waktu sebelumnya kita mengenal tiga kuda, yaitu Elarion, Liora, dan Branzel.

 

Kali ini, ada satu kuda tambahan yang disiapkan untuk Aletta. Karena pada misi ini, Aletta harus ikut. Kuda tersebut bernama Ares. Ares memang tak memiliki kemampuan spesial seperti kuda-kuda yang lainnya, atau keindahan yang dapat membuat mata terbelalak. Ares hanyalah kuda biasa untuk sekadar ditunggangi.

 

Selena merasa iba pada Aletta. Misi ini pasti penuh tantangan dan rintangan. Selena tak yakin apabila Ares sanggup menjalaninya.

 

“Bagaimana jika kita saja yang menunggangi Elarion?” tawar Selena.

 

Aletta menolak tawaran Selena dengan halus. Entah apa alasannya, tapi yang jelas, di mata Aletta, Ares adalah kuda spesial yang akan membantu misi ini.

 

Selena ingat, rute pertama adalah Lembah Bayangan Rimba Katalis. Di tantangan ini, Selena tak boleh mengingat bayangan masa lalunya. Karena sekali saja ingatan itu muncul, makhluk bayangan akan mengisap energinya. Jangan sampai ada tumbal kali ini.

 

Di depan mereka, sedikit lagi menuju Lembah Bayangan Rimba Katalis. Langkah mereka terhenti karena kuda yang ditunggangi oleh Aletta—alias Ares—tiba-tiba jatuh tersungkur ke tanah.

 

“Astaga, apakah kuda malang ini mati?” Aletta mengamati pergerakan Ares.

 

“Sudah kubilang, Aletta. Dia tidak akan sanggup. Ayo kita bersama Elarion saja,” ajak Selena.

 

Aletta menggeleng kecil, meneteskan air matanya ke bagian kaki Ares. Sepertinya kekuatan cinta bekerja di sini. Ares kembali bangkit, berjalan lebih dulu menuju lembah Katalis.

 

Kuda-kuda yang ditunggangi oleh mereka bertiga mulai berjalan mengikuti Ares. Tapi setiap langkah mereka selalu dicegat oleh Ares, seolah hendak mengatakan, “Jangan ikuti aku.”

 

Lembah itu mengeluarkan asap tebal penuh misteri. Energinya saja sudah tercium tidak baik—bau seperti pembakaran sampah. Namun Ares tetap berjalan berani, kakinya menapak maju masuk ke dalam.

Entah apa yang terjadi, Ares tak keluar lagi dari lembah tersebut. Dan bersamaan dengan itu, tantangan Lembah Bayangan Katalis hilang.

 

Yang tersisa di depan mereka sekarang adalah gedung Equipment. Hal ini sedikit berbeda dengan alur yang ada dalam kepala Selena. Seharusnya, masih ada tantangan lain. Mungkin akibat pengorbanan Ares yang membukanya.

 

Tinggal selangkah lagi…

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Halo Benalu
1407      600     1     
Romance
Tiba-tiba Rhesya terlibat perjodohan aneh dengan seorang kakak kelas bernama Gentala Mahda. Laki-laki itu semacam parasit yang menempel di antara mereka. Namun, Rhesya telah memiliki pujaan hatinya sebelum mengenal Genta, yaitu Ethan Aditama.
GADIS MISTERIUS milik CEO DINGIN
49      47     0     
Action
Pertemuan dengan seorang pemuda yang bersifat anti terhadap para wanita. Justru membuat dia merasa bahwa, Ketika dirinya bertemu dengan seorang gadis dengan kehidupan yang di alami gadis tersebut, hampir sama dengan dirinya. Nasib keduanya sama-sama tidak memiliki seorang bidadari tanpa sayap. Kehilangan sosok terbaik yang menemani mereka selama ini. Sehingga kedua manusia...