Loading...
Logo TinLit
Read Story - Academia with Adventure
MENU
About Us  

 

Selena terbangun, mendapati dirinya sudah berada di ranjang yang sepenuhnya terbuat dari rotan. Karpet berupa sungai jernih mengalir di sampingnya, ditambah hiasan dinding bernuansa pepohonan. Jelas sekali, Selena berada di sebuah hutan.

 

“Ini Equistela? Gak mungkin!” protes Selena seraya bangkit, mengumpulkan nyawa.

 

Wajar saja apabila Selena tak percaya. Equistela yang digambarkan Selena adalah sebuah kastil megah dengan sentuhan-sentuhan vintage tahun 90-an dan lukisan pemimpin abad pertengahan. Sebaliknya, yang ia lihat saat ini adalah hutan sialan dengan banyak serangga.

 

“Tentu saja bukan. Kita sekarang sedang berada di Hutan Equipment, Putri,” suara itu datang memberi informasi, tapi... tak tahu dari mana asalnya.

 

Saat Selena melihat lebih jauh ke dalam air, badannya refleks mundur karena tiga sosok siluet yang ia lihat di detik terakhir sebelum kehilangan kesadarannya muncul bersama cipratan air. Kabut tipis menggantung di atas permukaan air yang tenang. Di tengah riak yang nyaris tak terdengar, tiga siluet perlahan muncul dari dalam danau—langkah mereka mantap, seolah tidak terpengaruh dinginnya air yang menjalari tubuh mereka.

 

Sosok pertama yang muncul paling dekat dengan tepi adalah seorang perempuan berambut gelombang cokelat keemasan—Anne. Matanya langsung tertuju pada Selena, seolah ada banyak hal yang ingin diucapkan, namun semuanya tertahan oleh waktu yang telah memisahkan mereka. Ada rasa lega dan rindu yang samar di sorot matanya.

 

Di sebelah kanan Anne, seorang perempuan dengan aura tenang dan postur tegap, Aletta—menatap Selena tanpa berkedip. Ekspresinya seperti membaca ulang takdir yang sempat tertulis lalu terhapus. Di sisi kiri, seorang laki-laki berambut hitam pekat dengan tatapan dalam dan rahang tegas, Rex menatap Selena seolah mengingat sesuatu yang tak boleh dibicarakan sembarangan.

 

Ketiganya berdiri sejajar di hadapan Selena. Tubuh mereka masih setengah basah, tapi tidak menggigil. Ada kesan aneh—seperti mereka bukan hanya keluar dari air, tapi juga keluar dari waktu. Dan saat mata Selena bertemu dengan mereka, semuanya terasa... familiar.

 

Seolah ini bukan pertama kalinya mereka bertemu, tapi juga bukan yang terakhir.

 

Namun, jauh di balik air yang membentuk tirai perak dan disembunyikan oleh bebatuan besar, sesuatu mengawasi.

 

Nereva, makhluk air tua yang hanya hidup di antara bayangan dan gema kenangan—mengintip dalam diam. Ekor peraknya berkilau bagai serpihan bulan yang tenggelam. Rambutnya yang panjang teranyam oleh arus lembut dan cahaya suram, membuatnya tampak seperti bagian dari air itu sendiri.

 

Ada apa dengan Selena?

Mengapa semua hal ini terjadi begitu saja tanpa ada aba-aba? Selena harus mampu menempatkan dirinya dalam dunia imaji. Mungkin ini tak menyangkut soal kematian, tapi ini tentang Lady...

‘Di Requista, sudah jam berapa sekarang ya?’ gumam Selena pelan, berusaha menghiraukan semua kenyataan di depan matanya.

 

Pikiran Selena memang sedang berisik sekarang, namun... Nereva seperti tak membiarkan Selena hanyut dalam kebingungan dan mulai berbicara.

 

“Empat jiwa, terikat oleh luka yang sama. Tapi... hanya satu yang akan kembali terluka lebih dalam atau hidup di kekal abadi.”

 

“Sudah dimulai lagi. Alurnya tak beruntun. Silakan dijalani. Aku hanyalah penjaga yang menonton semuanya terulang.”

 

Dua perkataan terakhir itu mengakhiri kehadiran Nereva. Ia kemudian kembali hilang bersama air.

 

Selena berpikir bahwa Anne, Aletta, dan juga Rex mengenal Nereva. Namun ternyata, mereka bertiga juga sama bingungnya dengan Selena. Dan yang paling dibuat pusing di sini adalah Selena sendiri—hanya dialah satu-satunya manusia yang punya akal akan pemikiran realita di hutan ini.

 

“Putri duyung di sungai... Apa aku sedang bermimpi atau kehilangan akal sehat?” Selena jatuh terduduk di tanah yang bahkan aromanya seperti kue jahe panggang khas Natal.

 

Anne tahu persis bagaimana kebingungan yang dialami Selena. Anne berbicara dengan nada lembut, setiap kata yang dipilih hati-hati agar tak menyakiti.

 

“Selena, sayangku, apa yang membuatmu bingung? Apakah tempat terakhir kau terbangun? Atau kehadiran kami dan Nereva? Semua mimpi itu dan kejadian saat ini adalah benar adanya.”

 

Wajah Selena tampak masih belum puas dengan penjelasan Anne. Aletta datang dan tunduk lebih dekat di samping Selena.

 

“Ya, kami mengerti perasaanmu, Putri. Ini seperti pertemuan kedua kita, bukan? Tapi sebenarnya, jika berbicara soal kenyataan, kita memang belum pernah bertemu sebelumnya. Tapi semakin cepat kau mengerti, semakin cepat pula keluar dari lingkaran ini,” kata-katanya meluncur ringan, mengandung sesuatu yang sulit dijelaskan... seolah ada rahasia tersembunyi di balik setiap nada.

 

Daripada harus terus berpikir hingga membuat kepala Selena panas, ia mulai berusaha untuk beradaptasi, menerima perjalanan misi pertama dan terakhir ini.

 

“Baik, sekarang apa yang harus kita lakukan?” tanya Selena.

 

Ketiganya saling menatap, memberi anggukan mengerti, dan serentak berkata:

 

“Find the missing documents.”

 

Ah! Selena mengerti sekarang. Rangkaian peristiwa yang akan terjadi ini bakal sesuai dengan alur cerita Selena di awal—mengusut tuntas keberadaan dokumen tersebut.

 

“Tapi, dokumennya ada pada Selena dan Rex, kan?” celetuk Selena cepat.

 

Anne terbelalak sedikit, mulutnya nyaris terbuka namun tak jadi, karena jemarinya dengan sigap mengatupkan. Sementara Rex, secara gamblang menunjukkan rasa kekagumannya terhadap Selena.

 

“Bahkan legenda pun terasa kecil dibandingkan hal ini. Bagaimana engkau mengetahuinya, Yang Mulia?” Rex meletakkan satu tangannya di dada dan mulai sedikit menunduk, menunjukkan rasa hormatnya.

 

‘Tentu saja aku mengetahuinya, kan aku yang menyusun alur kehidupan kalian,’ Selena terkekeh kecil dalam hatinya.

 

“The first mission is complete,” tukas Anne.

 

Aletta mengambil sebuah catatan kuno dan bulu burung yang mungkin berfungsi seperti pulpen, lalu mulai mencentang sesuatu.

 

“Selesai? Secepat itukah!” seru Selena, sedikit mengungkapkan rasa bangga pada dirinya sendiri.

 

“Sudah kubilang, semakin cepat kau mengerti, semakin cepat misi ini berhasil dan Yang Mulia dapat pulang.”

 

Selena tersenyum miring. Sepertinya, dia mulai memahami alurnya. Yang menjadi permasalahan sekarang adalah: bagaimana keadaan Ibu Selena jika Selena tak ada di rumah?

 

“Aku bersedia menjalani setiap misi ini, tapi izinkan aku bertanya satu hal lagi. Apa ibuku tidak akan khawatir jika aku tak ada di rumah?” cecar Selena.

 

“Tenang saja, biar duplikatmu yang menjelaskan semuanya.”

 

Rex membuat lubang di tanah dan perlahan meneteskan air—memunculkan sebuah bayangan jelas tentang rupa Selena.

 

“I see. Let’s finish this.” Selena menjentikkan jarinya.

 

Rupa-rupanya, tidak ada yang perlu ditakutkan di sini, selama Selena tahu aturan mainnya.

 

Misi selanjutnya mungkin adalah menemukan Christ, ayah Selena. Dia agak emosional jika mengangkat hal ini, karena seperti yang kita tahu, Christ sudah lama meninggal.

 

“Next mission is finding the Sovereign.”

 

Anne membuka gulungan kertas yang tampak tidak asing di mata Selena.

 

‘Apakah itu gulungan kertas yang diberikan saat aku menjadi Putri Equistela?’ Selena berdebar. Kali ini, jangan sampai Selena salah langkah.

 

Ia sadar, Anne langsung melompat ke misi kedua tanpa memberitahu Selena isi dokumen tersebut.

Dokumen itu harus menjadi milik Selena. Dia tahu bahwa Anne dan Rex tidak akan memberitahunya. Jadi... ini adalah cara terakhir.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Halo Benalu
1407      600     1     
Romance
Tiba-tiba Rhesya terlibat perjodohan aneh dengan seorang kakak kelas bernama Gentala Mahda. Laki-laki itu semacam parasit yang menempel di antara mereka. Namun, Rhesya telah memiliki pujaan hatinya sebelum mengenal Genta, yaitu Ethan Aditama.
GADIS MISTERIUS milik CEO DINGIN
49      47     0     
Action
Pertemuan dengan seorang pemuda yang bersifat anti terhadap para wanita. Justru membuat dia merasa bahwa, Ketika dirinya bertemu dengan seorang gadis dengan kehidupan yang di alami gadis tersebut, hampir sama dengan dirinya. Nasib keduanya sama-sama tidak memiliki seorang bidadari tanpa sayap. Kehilangan sosok terbaik yang menemani mereka selama ini. Sehingga kedua manusia...