Loading...
Logo TinLit
Read Story - Academia with Adventure
MENU
About Us  

Selena berniat masuk ke rumah, perutnya sudah keroncongan, perlu diisi dengan amunisi berupa nasi. Namun, waktu menyuruh Selena untuk lebih bersabar sedikit lebih lama.

 

Kaki Selena melorot ke bawah menyaksikan pintu rumahnya yang terkunci. Dicari di bawah pot bunga, tak ada. Di bawah karpet pun kosong. Inilah akibat dari kebohongan Selena tadi pagi. Coba aja Selena jujur, Lady pasti nggak bakal bawa kunci rumah pergi karena ngira Selena bakal pulang sore.

 

Terpaksa Selena harus mengeluarkan uang untuk membeli makanan di warung serba sepuluh di samping rumahnya. Lebih baik keluar uang sedikit daripada bayar, kan? Masalah perut beres, masalah lain muncul lagi nih! Gimana Selena bisa melanjutkan aktivitasnya kalau rumah terkunci? Tapi… ini bakal jadi sebuah kesempatan berharga buat dijadiin alasan keluar rumah tanpa ada ancaman dimarahi. Yesss! Nggak perlu cuci piring, apalagi cuci baju. Sekarang capcus ke rumah Kansa.

 

Gigi Selena berjajar sepanjang jalan, memikirkan bahwa sepanjang sisa hari ini ada banyak kegiatan seru yang dapat dilakukan nya. Selena berencana untuk mengunjungi café baru di depan toko kue, dekat lampu merah. Lebih tepatnya, baru 2 bulan yang lalu. Selena selalu ingin masuk, tapi takut budget-nya tidak cukup.

 

Selena mengecek kantongnya, berharap ada lembaran merah di sana. Oh, ternyata di dalam harapan konyolnya itu, sepuluh lembaran berwarna ungu menatapnya sinis.

 

Mana cukup uang segitu buat masuk ke café idaman Selena? Minimal banget nih ya, kalau mau makan enak sambil foto-foto cantik nan gemas terus post story aesthetic, harus bawa uang setengah juta. Itu pun udah termasuk harga paling murah. Buat Selena yang kaum mendang-mending, mah uang sebanyak itu kalau ditabung bisa kebeli rumah mewah ditambah mobil sport keren. Ya… mimpi aja dulu. Kalau jatuh, kan setidaknya di antara bintang-bintang.

 

Tapi tenang, impian kecil Selena buat masuk ke café itu bakal terwujud. Soalnya masih ada ibu peri baik hati yang bisa dibujuk.

 

Kakinya berdiri di samping tiang listrik, satu tangannya mulai berfungsi mengipasi leher Selena, menanti angkutan umum yang sedari tadi lewat namun tak menyisakan tempat bagi Selena.

 

“Kok dari tadi penuh mulu sih! Keburu tokonya tutup dong nanti,” keluh Selena.

 

Selena tak sabar menunggu, mulutnya tak berhenti bergumam sedari tadi. Pilihan terakhir sekaligus jalan ninjanya adalah pesan Gojek. Pencet sana, terus pencet ini, udah deh jadi. Tinggal nunggu. “Gampang banget, sambil merem aku juga bisa.”

 

Selena baru diajari beberapa minggu lalu oleh Kansa menggunakan aplikasi ini, jadi mohon dimaklumi apabila Selena terkesan sok tahu.

 

Matahari bersinar semakin terang, membuat helaian rambut Selena terasa gosong seperti terkena catokan panas level maksimum.

 

Selena meneduh sebentar sembari beristirahat menunggu ojek. Di bangku depan toko kelontong, Selena tak sendirian. Walaupun dirinya tidak menoleh, namun Selena dapat menyadari bahwa ada seseorang sedang duduk juga di belakangnya.

 

Menit pertama, jiwa ekstrovert Selena masih dapat ditahan. Sepuluh menit kemudian, Selena sudah bertindak seperti reporter, menyusun kata-kata untuk menanyai seseorang di belakangnya dengan alasan basa-basi.

 

“Halo, kamu nunggu di sini juga ya? Salam kenal, aku Selena.” Uluran tangannya lurus ke depan, tepat di pandangan lawan bicaranya.

 

Mungkin gadis itu merasa kurang nyaman atas pertanyaan Selena, atau dia memang sedang tidak ingin berbicara. Matanya hanya memperhatikan Selena mulai dari atas ke bawah, seolah berusaha menilai sesuatu.

 

Sempat terjadi jeda canggung sebelum ia mulai menjawab, “Senang berkenalan, Selena. Aku Aletta. Jika kamu mengenal Pak Ale, dia itu adalah ayahku.”

 

Aletta… apa kalian ingat dia siapa? Kita kilas balik sebentar. Di awal pada cerita Selena, kita diperkenalkan dengan Aletta yang merupakan putrinya Pak Ale. Tapi… balik lagi pada kenyataannya, Selena hanya mengarang hal itu. Dia sama sekali tak mengetahui jika Pak Ale benar memiliki anak.

 

Satu lagi petunjuk dari sesuatu yang Selena anggap permainan misterius. Pertemuan pertamanya dengan Rex di depan fotokopi, pertemuan kedua saat ini dengan Aletta di sebuah warung kelontong. Selanjutnya mungkin adalah Anne. Entahlah, yang jelas Selena perlu berbicara banyak dengan Aletta.

 

“Aku baru tahu jika Pak Ale punya anak perempuan, cantik lagi,” puji Selena.

 

“Benar, aku putri angkatnya. Memang, beberapa tahun terakhir ini aku tinggal bersama orang tua kandungku. Karena ada libur kuliah, jadi aku sempatkan buat mampir deh.” Cara Aletta berbicara mulai ramah, seolah sudah mulai nyaman dengan kehadiran Selena.

 

Aletta, yang merupakan salah satu support character dari cerita Selena. Jika benar hal yang dipikirkan Selena ini, maka tentu jawaban Aletta dari pertanyaan berikut yang dilontarkan Selena adalah ya.

 

“Aletta, apa kau mengenalku? Seperti apa kita pernah bertemu? Entah itu dari mimpi atau penglihatan, mungkin? Wajahmu seperti tidak asing bagiku,” Selena berusaha bertanya sehalus mungkin tanpa menunjukkan maksud awalnya.

 

“Ya! Dugaan kita sama. Wajahmu juga mengingatkanku pada seseorang dalam mimpiku beberapa hari lalu. Jangan tertawa ya, Selena. Aku melihatmu sebagai putri Kerajaan Equ—”

 

“EQUISTELA!” sambung Selena cepat.

 

“Nah iya, Equistela. Sumpah aku nggak bohong. Di mimpi itu ya, aku jadi orang yang kamu tunjuk sebagai pemimpin istana sementara karena kamu bakal lakuin semacam perjalanan gitu.” Tangannya tanpa sadar menepuk meja, menunjukkan bahwa dirinya juga sama bersemangatnya dengan Selena.

 

Selena menyeringai tipis, kedua matanya tersenyum licik seperti villain. Jadi ternyata benar, mereka berempat ditakdirkan untuk bertemu dengan ikatan mimpi. Terkesan tak mungkin untuk kita yang selalu menilai sesuatu berdasarkan logistik. Namun, menurut Selena ini adalah awal dari perjalanan waktu yang dimulainya sendiri. Baik harus mengikuti seluruh permainan yang terjadi dari awal, atau justru Selena sudah mendapat kisi-kisi bagaimana kehidupannya nanti di dunia lain dari alur ceritanya.

 

Selena terlalu lama diam, tak memperhatikan bahwa Aletta sudah menunggunya sedari tadi untuk berbicara.

 

“Selena, maaf aku buru-buru mau pulang, soalnya ayahku udah ada di rumah. Ngobrolnya nanti lagi aja ya, tinggal mampir ke rumah. Dekat kan?”

 

Selena tersenyum, melambai singkat kepada Aletta. Selain menyadari bahwa perjalanan waktunya akan dimulai, Selena juga sadar kalau ojeknya sedari tadi belum datang juga.

 

“Ini kenapa sih, aplikasinya rusak ya!” geram Selena.

 

Dirinya terlalu fokus pada layar handphone-nya, hingga tak terlalu mendengarkan kalau Kansa memanggilnya dari seberang jalan.

 

Selena baru menoleh karena seseorang datang memberitahu bahwa Kansa memanggilnya terus-menerus.

 

“Permisi, maaf mengganggu, tapi sepertinya kamu yang namanya Selena. Coba menoleh ke samping, apa itu temanmu? Dia sudah memanggil lebih dari beberapa kali.”

 

Suara itu… Selena seperti tak asing mendengarnya. Selena yakin pernah bertemu dengan orang ini sebelumnya. Mungkinkah dia Anne? Rambut blonde dan paras indah itu menjelaskan semuanya.

 

Hati Selena terus mengulangi kalimat yang sama, ‘Anne, dia pasti Anne.’

 

Seolah dapat membaca isi hati Selena, Anne melanjutkan percakapan.

 

“Iya, aku Anne. Temui dulu temanmu sana!” tukasnya.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
GADIS MISTERIUS milik CEO DINGIN
49      47     0     
Action
Pertemuan dengan seorang pemuda yang bersifat anti terhadap para wanita. Justru membuat dia merasa bahwa, Ketika dirinya bertemu dengan seorang gadis dengan kehidupan yang di alami gadis tersebut, hampir sama dengan dirinya. Nasib keduanya sama-sama tidak memiliki seorang bidadari tanpa sayap. Kehilangan sosok terbaik yang menemani mereka selama ini. Sehingga kedua manusia...
Halo Benalu
1407      600     1     
Romance
Tiba-tiba Rhesya terlibat perjodohan aneh dengan seorang kakak kelas bernama Gentala Mahda. Laki-laki itu semacam parasit yang menempel di antara mereka. Namun, Rhesya telah memiliki pujaan hatinya sebelum mengenal Genta, yaitu Ethan Aditama.