Loading...
Logo TinLit
Read Story - Academia with Adventure
MENU
About Us  

 

Selena memberanikan diri untuk menoleh ke belakang, tapi … jangankan manusia, jalan raya pun kosong.

 

Ia mulai khawatir bila dirinya mengalami gangguan mental, karena akhir-akhir ini dia sering mendengar suara dan melihat seseorang yang sama persis seperti karakter novelnya.

 

“Selena, sadarlah, sadar,” Selena menggeleng kecil sembari menepuk pipinya.

 

Selena terus berjalan tanpa melihat kondisi aspal, sepatu putihnya menerobos semua genangan air hujan di lubang hingga Selena sampai di rumah.

 

“Hadeh, basah deh jadinya.”

 

Selena melepas kaus kakinya untuk dicuci, sedangkan sepatu tersebut dijemur di belakang dapur, karena dapur Selena memiliki lubang kecil sehingga cahaya yang masuk pas untuk menjemur sepatu. Apalagi sepatu Selena baru dicuci beberapa hari lalu.

 

Semua tampak normal … sebelum Selena menyadari ada sesuatu yang janggal. Seharusnya cahaya datang dari arah depan, tapi mengapa ada cahaya lain yang memantul lebih terang dari belakang?

 

Selena mulai menyadari sesuatu. Cahaya ini berasal dari sebuah benda, bukan manusia.

 

“Jika seseorang berani masuk ke rumahku, awas saja,” Selena sudah siaga dengan pisau tajam di tangannya.

 

Ujung matanya liar melihat setiap sudut kiri dan kanan, tumit kakinya mulai berputar, diikuti badan Selena yang berbalik perlahan.

 

Dan benar saja, bros cantik yang Selena tinggalkan tadi malam menjadi pelaku utamanya.

 

“Benda kecil ini bikin orang panik saja,” deham Selena.

 

Ancaman sudah berakhir. Selena mengembalikan pisaunya ke meja dan mulai mendekat, memperhatikan bros indah berkilauan. Letaknya masih sama, di samping kompor.

 

“Bagus sekali jika memancarkan cahaya. Akan kusimpan.”

 

Sekarang sudah tengah hari. Kegiatan wajib Selena adalah mencuci pakaian, karena Lady sedang pergi mengantarkan pesanan makanan. Bagi Selena, mencuci adalah salah satu cara terbaik untuk rileks dan menenangkan pikiran.

 

Cucian baju Selena tak terlalu banyak karena di rumah ini manusianya hanya dua. Tapi lain cerita jika membahas soal tumpukan piring.

Sehari, Selena bisa mencuci dua ember alat makan kotor. Cukup wajar, karena Lady membuka usaha warung makan.

Selena melakukannya dengan raut wajah bahagia dan hati bersengut-sengut. Ekspresinya bisa berbohong, tapi tak ada yang bisa membohongi perasaan.

 

Musik pop ditambah speaker merupakan solusi terbaik menemani penderitaan. Begitu musik diputar, barulah Selena mulai bergerak, membuat suasana mencuci menjadi lebih menyenangkan. Namun apalah daya, Spotify yang tidak premium mencari masalah; iklannya yang kadang bergenre horor sangat berbanding terbalik dengan komedi hidup Selena.

 

Hanya dua menit, setelahnya Selena bisa lanjut mencuci dengan berjoget kecil mengikuti alunan musik. Tangan penuh busa, tapi tetap bahagia? Menjadi saksi bisu bahwa Selena sudah mulai berdamai dan menikmati kehidupannya.

 

Selena percaya, kesuksesan seseorang ditentukan oleh bagaimana dia bisa mulai menerima semua kenyataan pahit hidupnya dan melangkah ke arah yang lebih baik.

Gak perlu harus langkah besar, lakuin aja terus hal kecil, walau pelan tapi konsisten dan punya tujuan tetap.

Terlepas dari bagaimana kita menghadapi kesulitan, semoga kita selalu menghadirkan penerimaan di setiap keadaan.

 

“Selesai deh semuanya,” ujar Selena dengan perasaan lega. Hal kecil seperti ini saja sudah membuat Selena bangga sama dirinya.

 

Mencuci terasa menyenangkan, sampai Selena lupa jika waktu sudah menunjukkan pukul 17.45. Baju Selena basah kuyup terkena air rendaman sabun. Daripada mengeluh, lebih baik Selena mandi.

 

Selena mengambil handuk, memeriksa handphone-nya sebentar. Sepertinya suara musik Selena terlalu kuat sampai ia tak memperhatikan Kansa menelponnya berulang kali.

 

“Repot banget sih, nih anak,” rutuk Selena, namun tetap mencoba menelpon balik Kansa.

 

Selena:

10 panggilan tak terjawab. Kamu mau bilang apa?

 

Kansa:

Udah lihat Instagram gak, Sel? Gila, gacor juga cerita mu!

 

Selena:

Gacor apaan? Yang jelas ngomongnya, Kansa.

 

Kansa:

Selena! Kamu menang posisi pertama! GILA!!

Berarti tabungan pendidikan 50 juta udah di tangan, Sel. Aku aja sampai kayang dengarnya!

 

Selena:

Posisi pertama? 50 juta? Maksudnya? Kok pengumumannya secepat itu?

 

Kansa:

Buruan lihat IG aja deh. Aku OTW kesana, ya!

 

Selena tak langsung percaya. Dia memastikan terlebih dahulu dengan membuka Instagram miliknya. Selena bahkan belum mencari apapun, tapi di halaman berandanya sudah muncul postingan yang menyatakan pemenang hadiah dari pencarian cerita fantasi.

 

Matanya membelalak, mulutnya sedikit terbuka seolah lupa caranya bernapas. Ponsel di tangannya bergetar ringan, tapi jemarinya membeku di layar.

Sekejap kemudian, napasnya pecah dalam tawa kecil yang nyaris seperti isakan—campuran tidak percaya dan luapan yang tak bisa ditahan. Bibirnya tertarik lebar, senyum yang tak sanggup disembunyikan meski pipinya sudah memerah. Ia menutup mulutnya, lalu membuka lagi, lalu menutup lagi, seperti ingin memastikan bahwa itu bukan mimpi.

Matanya basah, bukan karena sedih, tapi karena bahagia yang terlalu besar untuk ditampung dalam dada.

 

Inikah makna kebahagiaan itu? Seperti bukunya Raden Ajeng Kartini—Habis Gelap Terbitlah Terang.

Baru kali ini Selena merasakan sesuatu yang membuatnya berpikir bahwa dunia ternyata memang adil, hanya perlu waktu untuk merasakannya.

 

Selena ingin sekali menunjukkan hal ini pada Lady. Ketika mendengar seseorang mengetuk pintu, Selena langsung berlari membukanya, bersiap untuk menyambut seseorang yang ia kira ibunya.

 

Tapi ternyata Selena salah. Yang datang adalah Kansa. Tak apa, Kansa juga merupakan salah satu orang teristimewa di hidupnya.

 

“Kansa, a—aku benar-benar tak menyangka bahwa hari ini akhirnya datang,” Selena berucap terbata-bata, suaranya bergetar seolah masih tak percaya dengan yang tengah terjadi.

 

“Selena, ini memang harimu. Aku turut senang! Ceritain dong gimana pengalamannya pas daftarin tuh cerita,” suara Kansa naik satu oktaf dan tanpa sadar langkahnya maju setengah.

 

“Oke-oke, kita duduk dulu ya.”

 

Kansa bersikap lebih bersemangat daripada Selena sendiri.

 

“Sebenarnya gak ada sesuatu yang menarik waktu pendaftaran cerita ini. Tapi … ketika di tempat fotokopi, aku ketemu sama seseorang yang nyebelin banget,” geram Selena. Kedua tangannya mengepal seperti ingin memukul.

 

Pandangan Kansa tak luput sedikit pun dari Selena. Kedua telinganya terbuka lebar menerima setiap perkataan yang didengarkannya seperti alunan musik.

 

“Setelah itu, aku tanya namanya, kan? Ternyata namanya Rex. Sumpah, mirip banget sama …” sambung Selena.

 

“Sama apa sih, Sel? Kalau ngomong jangan setengah-setengah,” dengus Kansa.

 

“Pokoknya gitu deh. Aku masih gak nyangka tahu bisa menangin ini!” seru Selena.

 

Nada bicaranya berubah lebih ceria, berusaha memecah suasana dengan meraih segelas es teh manis di meja, padahal Selena tak haus sama sekali.

 

Di sela-sela kecanggungan ini, Lady datang membuka pintu dengan salam, membawa plastik berisi pesanan yang di cancel pelanggan.

 

“Duh, hari ini yang batalin pesanan banyak banget. Gimana Ibu bisa nabung buat uang kuliah kamu?” keluh lady, matanya sayu, bibirnya bergetar menahan emosi yang sudah lama ia tumpuk.

 

“Tenang aja. Selena sekarang punya duit 50 juta, Bu,” Selena berusaha meredam amarah ibunya.

 

Selena asal bersuara saja, tak melihat bahwa Lady tampak sangat syok. Jari-jarinya tak sanggup lagi menggenggam kantong plastik, bahkan helm di kepalanya pun jatuh.

 

“KAMU NYURI, YA?!”

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Halo Benalu
1407      600     1     
Romance
Tiba-tiba Rhesya terlibat perjodohan aneh dengan seorang kakak kelas bernama Gentala Mahda. Laki-laki itu semacam parasit yang menempel di antara mereka. Namun, Rhesya telah memiliki pujaan hatinya sebelum mengenal Genta, yaitu Ethan Aditama.
GADIS MISTERIUS milik CEO DINGIN
49      47     0     
Action
Pertemuan dengan seorang pemuda yang bersifat anti terhadap para wanita. Justru membuat dia merasa bahwa, Ketika dirinya bertemu dengan seorang gadis dengan kehidupan yang di alami gadis tersebut, hampir sama dengan dirinya. Nasib keduanya sama-sama tidak memiliki seorang bidadari tanpa sayap. Kehilangan sosok terbaik yang menemani mereka selama ini. Sehingga kedua manusia...