Selena menatap Anne nanar, merasa bersalah akan pertanyaan nya sendiri.
“Anne, apa pertanyaan ku menyakiti mu," cetus Selena.
“Tidak sama sekali, sudah lupakan saja anggap tak pernah terjadi. Yang terpenting sekarang Raja Christ harus segera ditemukan karena pada hari ke 25 semuanya sudah terlambat,” jelas Anne.
Selena memainkan alisnya —menyadari bahwa Selama ini ada beberapa hal yang Rex dan Anne sembunyikan, 'Hari ke 25, aku rasa ini sebuah petunjuk."
Selena kembali ke kamar nya tetapi bukan untuk beristirahat, ia mencoba mencari petunjuk lebih banyak lagi dari map yang tersusun rapi dalam lemari kayu tepat di samping rak buku.
“Berarti aku harus mencari dokumen yang dikeluarkan tahun 2020, karena buku ini terbit di tahun itu — bisa jadi ada suatu peristiwa yang waktu nya bersamaan dengan pengedaran buku.
Selena memilah dokumen yang dibuat 9 tahun lalu, besar kemungkinan sisa robekan halaman terakhir yang hilang terselip atau sekedar mendapatkan informasi lebih lanjut dari map yang tersusun rapi dalam lemari.
“Perjanjian perdagangan, surat ahli waris, penandatanganan kontrak, hanya ini dokumen yang dibuat 9 tahun lalu tepat pada 2020. Tapi … mengapa aku merasa petunjuk nya sangat dekat dengan ku,” pungkas Selena seraya membuka satu - per satu isi dokumen tersebut.
Disisi lain — Anne bersembunyi di balik pintu kamar Selena sedang memegang erat dokumen yang juga diincarnya,napas nya terengah - engah dan keringat mulai bercucuran membasahi baju nya
Bagaimana bisa Anne mendapatkan dokumen tersebut lebih dulu sebelum Selena? mari kita kilas balik Sebentar
Dimulai saat Selena sedang berbicara dengan Rex, sebetulnya hal itu merupakan bagian dari Rencana Anne agar ia dapat mengulur waktu untuk mencari dokumen tersebut ke kamar Selena. Kemudian, Rex yang mempunyai kemampuan berteleportasi dan berubah wujud mendahului Selena dan berpura - pura sebagai Anne — itulah sebabnya jawaban mereka berdua sama, ketika Selena kembali ke kamar nya, Anne sudah menemukan dokumen yang ia cari lalu bersembunyi di balik pintu kamar Selena
Saat ini Anne juga tidak dalam kondisi yang menguntungkan, namun karena kemampuan nya yang dapat berubah menjadi hewan — ia mengubah dirinya dalam bentuk ular dan merayap bebas keluar menghampiri Rex yang sudah menunggu nya.
Kalian ingat suara desis saat Selena terjebak dalam ruangan sempit itu? ya itu adalah Anne.
Apa motif sebenarnya mereka melakukan semua ini? jawaban nya ada pada judul dokumen tersebut yang jika diketahui oleh Selena akan benar - benar membuat dunianya hancur, hidup nya mungkin akan langsung sirna,
Selena yang sudah penat membolak-balik halaman, mencari informasi yang tak kunjung dapat, tertidur pulas diantara kertas - kertas berserakan itu.
“Dia sudah tidur, kita aman,” bisik Rex pelan.
“Aku benar - benar merasa bersalah jika harus menyebuyikan ini terlalu lama, dia harus belajar menerima kenyataan,” balas Anne.
“Jangan terlalu menekan nya, kita biarkan saja selama beberapa bulan sampai Raja Christ naik tahta kembali,” usul Rex sembari membawa dokumen itu pergi.
“Ayah Selena ya …” lirih Anne ke arah Selena yang tengah tidur lalu perlahan menutup pintu kamar nya.
“Sudah Anne, besok kita banyak pekerjaan segeralah tidur."
Batu Ruby tersebut sudah tak berwarna lagi, tandanya hari sudah pagi. Selena bangun dengan badan pegal - pegal seperti habis di keroyok masal, “Karena ketiduran di lantai nih pasti!" dengus Selena.
Selena mengumpulkan kertas - kertas tersebut dan merapikan nya satu dalam sebuah map, ia mandi kemudian turun ke bawah bersiap - siap untuk pergi, tak lupa membawa gulungan kertas yang ia taruh di tas nya.
“Selamat pagi Anne,” sapa Selena
“Selamat pagi juga Selena, mau langsung pergi ya,” imbuh Anne.
Selena membalas nya dengan anggukan kecil dan senyum manis. Membuka pintu kastil layaknya seorang putri menyambut rakyat di pagi hari — melanjutkan langkah nya ke Requista.
Sebelum Selena sempat pergi salah satu warga menyapa nya, “Yang mulia mau kemana, tidak ingin lihat - lihat pasar dulu kah, seperti yang dilakukan Raja saat ia masih disini.
Selena sebenarnya muak dengan basa - basi ini, tapi ia harus tetap pasang wajah ramah demi menjaga reputasi dirinya .
“Saya ada urusan sebentar , baik nanti sore saya mampir ke pasar,” deham Selena.
Seperti biasa, genjatan waktu membawanya kembali ke Requista. Selena berjalan pulang, di tengah perjalanan ia menyadari satu hal yang bisa menjadi masalah besar, “Sebentar, duplikat ku ada di rumah atau sudah pergi ke rumah bibi ya?” cemas Selena, ia menggigit jari dan memainkan sedikit ujung rambut nya — Selena tak berani pulang ke rumah,
hingga akhirnya Sebuah ide terlintas sekilas di otak nya, agak nyeleneh memang meskipun begitu tak buruk jika dicoba, daripada Selena harus mengambil resiko kan.
Kurang lebih seperti ini, Selena ingin memanfaatkan mulut tetangga nya yang julid untuk memproleh informasi. Selena berpura - pura lewat di depan rumah warga yang selama ini selalu di hindari nya ketika berangkat sekolah, agar rencanya nya semakin berhasil Selena bertindak seperti cabe - cabean.
Target seperti nya sudah mulai terpancing.
“Lihat tuh si Selena, baru aja semalam pergi kuliah eh udah pulang aja — mana ngibas - ngibaskan rambutnya lagi, anak gadis kok gitu banget sih.”
“Nicee, berarti cuma ibu yang ada di rumah,” Selena terkekeh kecil.
Selena merasa sangat puas akan semua informasi yang diperoleh , akhirnya mulut julid tetangga itu sekali - kali bisa bermanfaat
Selena bergegas pulang, pintu rumah tampak terbuka lebar , terdengar suara alunan musik berarti lady sedang memasak
Bisa saja jika Selena langsung masuk namun … ada sesuatu yang mengganjal di pikiran nya.
“Tujuan ku kesini kan untuk mencari tahu identitas lengkap pak Ale, kenapa tidak langsung bertanya ke orang nya? aku bilang aja tugas kuliah!” seru Selena
Selena menghampiri rumah pak Ale yang dijuluki sebagai kolektor buku, jam - jam pagi seperti ini biasanya pak Ale akan berkendara dengan mobil nya untuk membuka perpustakaan keliling. Oleh sebab itu Selena harus cepat sebelum pak Ale pergi.
“Pak Ale tunggu!” jerit Selena merentangkan kedua tangannya tepat di depan mobil pak Ale yang hendak berangkat.
“Sabar pak sabar, saya ada keperluan sebentar."
“Ada apa Selena?" tanya pak Ale.
“Jadi begini pak, saya ada tugas kuliah yaitu mencari tahu identitas asli warga penggemar buku,” jelas Selena
Pak Ale menggangguk mengerti, meluangkan sedikit waktunya dan duduk sebentar di depan teras rumah nya
“Pertanyaan pertama pak, siapakah nama lengkap bapak?" ujar Selena.
“Saya terlahir dengan nama Fernandes Aletto, tapi karena pindah lingkungan jadi biar cocok sama lidah masyarakat sini orang - orang manggil saya pak Ale."
“Pertanyaan kedua pak, apakah bapak pernah menulis sebuah buku dan siapa nama pena bapak."
“Ya, sewaktu saya berumur 41 saya pernah menulis satu buku pada tahun 2020, kalau tidak salah nama pena saya waktu itu siapa ya … saya rada lupa ini. Ah! saya ingat menggunakan nama Palerua
'kan bener kan pak Ale, good job Selena."
“Terima kasih pak Ale, sekarang untuk pertanyaan terakhir nih pak — apa motivasi pak Ale menulis buku tersebut dan apakah ada riset yang bapak lakukan.
“Soal itu sih saya juga kurang paham ya, namun seingat saya waktu itu saya menulis berdasarkan jalan pikiran dan mimpi saya. Jadi ketika misalnya saya dapet ide langsung saya tulis tanpa mikirin nyambung atau enggak, dan Aneh nya saya merasa seaakan sedang menuliskan masa depan , saya juga bingung ini neng, maklum udah tua."
'Bentar kok ada yang mengganjal lagi nih, pak Ale lagi bohongin aku atau emang faktor U.'