Loading...
Logo TinLit
Read Story - Academia with Adventure
MENU
About Us  

Perlahan tali pengikat nya mulai terlepas membuat semua debu yang berada di dalam nya terbang bebas dibawa angin menusuk hidung.

“Ya ampun sudah berapa lama benda ini tidak dibuka,” cetus Selena.

Ia mengibas - ngibaskan gulungan kertas tersebut, setelah dipastikan semua debunya hilang mulai tampak rangkaian huruf - huruf yang hilang, mungkin karena termakan waktu.

“Aku juga masih belum mengerti isinya, beri aku waktu malam ini akan kuberitahu tepat esok pagi,” pinta Selena.

Tak ada matahari ataupun bulan di Equistela langit selalu tampak seperti galaksi yang dipenuhi bintang. Siang dan malam ditentukan dengan warna dari batu Ruby yang terletak tepat di atas menara Equistela sehingga dapat dilihat oleh semua orang, jika berwarna oranye maka sudah sore , apabila kuning maka artinya sudah tengah hari, dan malam ditunjukkan dengan warna ungu, lalu bagaimana ketika pagi? maka tak berwarna.

Selena duduk di meja yang terbuat dari kayu Ulin sehingga cukup kokoh untuk menopang tubuhnya, “Seperti nya mereka lupa menaruh kursi di sini,” rutuk Selena.

Ia tak benar - benar mencari tahu tulisan apa yang hilang, Selena hanya menatap sebentar lalu otaknya menolak untuk berpikir, “Oke katanya hidup jangan dibawa pusing jadi aku gak usah pikirin,”

Celetuk Selena berjalan pergi ke dapur membuat teh hangat untuk dirinya sendiri dan meninggalkan kertas itu berteman angin.

10 menit berlalu, Selena kembali dengan secangkir teh di tangan nya, kegiatan pertama yang ia lakukan tak langsung mengurus kertas di meja itu melainkan mencari satu buku untuk di baca dari 2 rak di kamar nya.

“Filosofi, religi, resep masakan super enak, cara mencari pasangan, romansa dua angsa, arkhh semua buku - buku ini tak membuat ku tertarik,” celetuk Selena.

Ia membongkar seluruh isi lemari pun, tak ada satu buku atau tulisan yang benar-benar membuat dirinya merasakan ketertarikan, Selena mulai merasa frustasi lalu menggoyang - goyangkan rak buku dan menjatuhkan satu buku tepat di atas kepalanya.

“Aduh, sial - sial apes banget sih aku!” erang Selena.

Buku itu seaakan meminta Selena untuk membacanya sekali saja entah kebetulan atau tidak saat terjatuh, buku itu membuka halaman 151 chapter 35 “Menikmati secangkir darah.”

“Wow, buku ini boleh juga aku akan baca sebentar.”

Selena duduk di ranjang nya meneguk secangkir teh yang ia seduh tadi sebelum mulai membaca, lembar demi lembar membuatnya larut dalam permainan kata hingga Selena sampai pada 1 halaman sebelum halaman terakhir yang hanya berisikan kutipan sederhana namun mampu membuat matanya tertuju kembali pada gulungan kertas yang ia tinggalkan. Kira - kira begini isi kutipan nya;

“Tak ada cahaya rembulan hanya ditemani Chandelier mewah menggantung diatas tempat ia beristirahat, menyeduh secangkir teh dan membaca karangan ku. Jika terus seperti ini bisa - bisa dia mati.” 

Kutipan terakhir itu dan bagaimana buku tersebut bisa jatuh tepat di kepala Selena cukup menjelaskan konspirasi ini.

Selena kembali meneguk teh , tangannya gemetar membuat setetes teh nya jatuh tepat di gulungan tersebut, namun …

bukan jadi perkara buruk karena sekarang semua huruf nya terlihat jelas. Jika kutipan di buku tadi membuat Selena merinding maka isi dari gulungan kertas tersebut mampu membuat Selena jatuh lemas ke lantai antara takut atau seperti dikejar sesuatu yang mustahil begini isi gulungan kertas tersebut; “Buka halaman terakhir nya dan selamat kan aku .” 

Selena menggenggam gulungan kertas itu erat, menyimpan nya di dalam koper, “tak ada satupun orang yang boleh mengetahui nya.”

Selena kembali ke ranjang nya mencari buku tersebut karena masih ada lembar halaman yang belum ia buka.

“Halaman terakhir, halaman terakhir nya mana? kenapa bisa robek begini sih!” keluh Selena.

Halaman yang hilang terlihat seperti sengaja disobek untuk kepentingan pribadi, bekas sobekan nya teratur meninggalkan satu kalimat, “Carilah, maka akan diberikan untuk mu.”

“Apa - apaan ini, dia mencoba bermain- main dengan ku ya!” Selena menggertakkan giginya, mencampakkan buku tersebut ke lantai hingga sampul depannya memperlihatkan judul yang mengiris hati, “Berpulanglah Ayah.”

Selena mengambil buku itu lagi, memperhatikan identitas buku tersebut lebih dalam lagi sehingga Selena memperoleh informasi,

Nama penulis: palerua

Cetakan pertama dan tahun terbit 2020.

“Palerua, kenapa namanya terdengar tak asing, apa jangan - jangan pak Ale? “ Selena mengusap - usap dagunya, menaikkan sedikit bibir nya ke atas.

Selena berniat kembali ke Requista sebentar, bertanya kepada ibunya dan mengorek informasi lebih dalam tentang pak Ale, kali ini Selena tak ingin gegabah apalagi sampai salah langkah. Jadi ia memutuskan untuk memberitahu rencana nya kepada Anne dan Rex.

Tanpa harus pikir panjang mencari dimana Rex dan Anne sekarang, Selena sudah mengetahui tempat dimana mereka berada, ia langsung menuju ke perpustakaan dan benar saja mereka tak ada disana.

Selena memang terkadang menjadi terlalu sok tahu padahal ia belum genap sehari menginap di Equistela. Selena menyusuri lorong dan menemukan Rex di pojok sedang menatap ke luar melalui jendela.

“Rex, bolehkah aku pulang besok untuk mencari informasi?” tanya Selena.

“Tentu saja boleh, sekarang kalau mau juga bisa aku antarkan. Asal engkau sudah mengetahui isi dari gulungan kertas tersebut,” sahut Rex.

Selena hanya memberi jempol lalu lanjut mencari Anne. “Oh iya Rex, kamar Anne dimana ya?” tanya lanjut Selena.

Rex membalas perlakuan Selena tadi dengan memberi isyarat ke kiri menggunakan jari telunjuk nya.

 Gak perlu bahas ribet nya, Selena langsung menghampiri Anne ke kamar .

Tok tok tok.

Tiga kali ketokan cukup membuat pintu kamar Anne terbuka otomatis, tidak ada basa - basi atau mengucapkan salam Selena langsung menyampaikan tujuan nya.

“Aku mau pulang besok boleh? Pengen cari informasi lebih lanjut tentang gulungan kertas itu,” ungkap Selena.

“Oh tentu saja boleh - boleh asal sudah tahu isinya ya,”  sahut Anne.

Selena memperhatikan jawaban mereka berdua, keduanya sama - sama mengizinkan Selena dengam syarat yang sama pula.

'menarik, cukup menarik.'

Tidak seperti sehabis berbicara dengan Rex , Selena memilih untuk tidak langsung pergi . Entah kenapa ia merasa nyaman jika berada di sekitar Anne. “Anne, bolehkah aku bertanya satu hal, tapi harus dengan jawaban yang jelas.” 

“Tentu saja boleh, apa pertanyaan mu ?” balas Anne namun tak langsung memperhatikan Selena karena dirinya sedang fokus membaca buku.

“Kenapa selalu memanggil ku adik, aku hanya penasaran saja. Maaf jika pertanyaan nya mengganggu!” sanggah Selena.

“Tidak mengganggu sama sekali kok, 15 tahun lalu aku punya seorang adik wajahnya , tingkah laku nya, postur tubuh nya, caranya berbicara dan tanda lahir di leher nya semua serupa dengan mu.”

“Lalu dimana dia sekarang?” Lanjut Selena.

Anne menghela napas panjang sebelum sempat berkata, “Mati.”

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
GADIS MISTERIUS milik CEO DINGIN
49      47     0     
Action
Pertemuan dengan seorang pemuda yang bersifat anti terhadap para wanita. Justru membuat dia merasa bahwa, Ketika dirinya bertemu dengan seorang gadis dengan kehidupan yang di alami gadis tersebut, hampir sama dengan dirinya. Nasib keduanya sama-sama tidak memiliki seorang bidadari tanpa sayap. Kehilangan sosok terbaik yang menemani mereka selama ini. Sehingga kedua manusia...
Halo Benalu
1407      600     1     
Romance
Tiba-tiba Rhesya terlibat perjodohan aneh dengan seorang kakak kelas bernama Gentala Mahda. Laki-laki itu semacam parasit yang menempel di antara mereka. Namun, Rhesya telah memiliki pujaan hatinya sebelum mengenal Genta, yaitu Ethan Aditama.