Epilog
Perang telah usai. Sron melarikan diri, terluka parah setelah pertarungan sengit dengan Meron. Meron menang... tapi tumbang. Naln telah menjadi abu. Namun, di balik kemenangan itu... Leiweis lengah.
Sron dan Naln telah menyiapkan segalanya jauh sebelum perang. Eavron tingkat tinggi hasil ciptaan Naln. Sepuluh Ular Api, makhluk destruktif, dilepaskan ke markas Leiweis yang kala itu hanya dijaga segelintir tentara.
Hasilnya... kehancuran. Markas Leiweis runtuh. Hangus. Tak tersisa. Di dalamnya, Lyra dan Larda sedang menunggu, percaya bahwa Lenard akan pulang. Namun...Justru merekalah yang tak pernah kembali lagi
***
"Tuan, belum ada kabar soal Sron. Tapi... ini informasi terbaru yang kami temukan." Reno, kepala komunikasi baru, menyerahkan selembar kertas pada Lenard, pemimpin Leiweis saat ini.
Lenard menerima dengan tangan kanannya, tangan robotik buatan markas cabang.Tangan aslinya hancur... disentuh langsung oleh Sron dalam perang. Menjadi abu.
"Terima kasih, Reno. Kau boleh istirahat." Reno mengangguk dan pergi. Lenard duduk. Sunyi. Di hadapannya, dua foto terpajang di meja.
Satu, dirinya bersama Lyra dan Larda. Senyum mereka terang, penuh harap. Satu lagi, foto lama, ia dan Naln sedang mengangkut kayu bakar. Naln tersenyum. Senyum yang dulu hangat, bukan senyum yang membawa kehancuran.
Lenard menggenggam kertas di tangannya.
"Semoga kalian tenang di sana... Lyra... Larda." Ia menatap foto Naln.
"Kak... aku di sini, telah menajdi pemimpin organisasi yang dulu kakak musuhi. Tapi sekarang...kakak sadar, detik-dtik terakhir, aku melihat kakak ku yang dulu, senyuman tulus yang di berikan." Lenard terkekeh.
"Aku akan melindungi dunia ini dari kegelapan retakan hitam. Demi kalian. Demi semua orang." Senyap. Namun tekad di mata Lenard... menyala.
Ini adalah kesempatannya mengubah dunia. Tidak ada lagi olok-olok untuk orang yang berkekurangan atau kelebihan. Tidak ada lagi orang yang tidak menemukan jati diri mereka. Semua orang berhak menjadi diri sendiri. Bukan mengikuti kata-kata orang lain.
TAMAT.