Loading...
Logo TinLit
Read Story - Da Capo al Fine
MENU
About Us  

“Sumpah sih, Dirga bakal jadi saingan lo, Ghe!”

Ucapan itu terlontar dari mulut Shafa, teman sebangkunya yang juga seorang artis selebgram. Ghea mengalihkan pandang dari ponselnya dan melihat cewek berambut bergelombang itu. Mata Shafa berbinar-binar memandang Dirga lalu beralih menatap Ghea dengan penuh harapan. Seragamnya sengaja dipermak dan dibuat mengepas ke badannya, menampilkan lekuk tubuh body goals yang memang sengaja dibanggakannya.

Shafa lantas mendekatkan kepalanya ke telinga Ghea dan berbisik. “Lo tau? Katanya, keluarga Dirga Dokter semua.”

Ghea melirik sekilas ke arah Dirga yang asik bercanda dengan anak-anak cowok. Ia segera mengalihkan pandang lagi, takut dikira mengintip. “Iya kah?” timpalnya santai. Berpura-pura seolah berita ini baru pertama kali didengarnya.  

Shafa berdecak kecil. “Lo sih nggak masuk seminggu jadi kehilangan banyak berita.”

“Heh! Gue keracunan sampe mau sekarat ya.” Ghea tertawa kecil, tidak habis pikir. 

Akibat insiden risol udang itu, Ghea harus dilarikan ke IGD dan berakhir terbaring lemas di rumah selama seminggu. Akibatnya pula, ia absen saat hari pertama Dirga masuk sekolah. Keluarga Dirga, bahkan ayah dan ibu Dirga meminta maaf pada Ghea secara langsung, akibat kelalaian anak semata wayang mereka. Ayah Dirga, Pak Tirta, bahkan sampai memastikan secara langsung agar Ghea bisa mendapatkan penanganan cepat. Ghea mengakui semua itu masih privilege kecil yang dimiliki keluarga dokter turun menurun itu. 

Jujur, semua perlakuan itu menurutnya terlalu berlebihan. Sangat berlebihan untuknya yang tidak pernah menerima perhatian sebanyak itu. Rasanya asing. Ghea sendiri juga meminta maaf, merasa bersalah karena mengacaukan acara syukuran keluarga Dirga dan membuat heboh seluruh komplek. Kalau memang ini takdir, kenapa pula ia harus disiksa? 

Shafa memandang Dirga seolah habis terkena ramuan cinta ala Harry Potter. Cewek berhidung mancung itu jelas menahan senyumnya sekuat tenaga agar tidak melebar. Tapi untuk Ghea yang menjadi teman sebangkunya sejak kelas satu, perilaku abnormalnya itu sangat terlihat jelas. 

Ghea lantas mengulum senyumnya dan memandang Shafa dengan tatapan jahil. Ia menyikut pinggang cewek itu pelan. “Kenapa sih excited banget? Lo suka ya?” godanya. 

“Ih, apasih! Enggak kok!” Shafa memekik kaget lalu bibirnya mengerucut. 

“Shaf, gue tuh udah kenal lo dari kelas satu ya. Gue tau tipe yang lo suka,” ujar Ghea dengan suara lirih. Ia lalu menekankan ucapannya sekali lagi. “Nggak usah bohong, gue tau.” 

"Keliatan banget ya?" Shafa meringis dengan wajah sok polos. “Tapi nggak mungkin nggak sih, dia nggak punya pacar? Ganteng, pinter, keluarga berada pula. Kalo nggak pacar, kemungkinan udah ada tunangan.”

Ghea hampir saja keceplosan bilang. ‘Nggak kok, Tante Ratih bilang nggak ada.’ Ia hampir saja, sedikit lagi, akan membocorkan informasi kalau dirinya dan Dirga adalah tetangga sekaligus teman masa kecil. Wah, bisa kacau!

Ghea sedikit menggigit bibir bawahnya gerogi. Ia sudah cukup aman menyembunyikan fakta itu selama tiga bulan ini. Satu-satunya yang tahu, Elang sedang sibuk-sibuknya latihan untuk kejuaraan dan Dirga juga tidak mengatakan apapun. Jika sampai tesebar, teman-temannya akan mengusilinya setiap hari. 

Waktu Riki, seorang kakak kelas yang mengejar-ngejarnya saat kelas satu, Ghea direcoki hampir setiap hari oleh teman sekelasnya. Digoda terus-terusan sampai rasanya Ghea malu sendiri dan ingin membuang mukanya ke sungai ciliwung, supaya hanyut diterpa banjir sekalian!

Kalau tahu Dirga ‘teman masa kecil’ pasti akan lebih heboh! 

Ghea mendengkus dan menetralkan ekspresinya. Bibirnya melebar membentuk senyum kecil. “Shafa yang gue kenal nggak trust issue sama hal-hal kecil kayak gini. Ke mana perginya manifestasi girlboss itu? Semangat dong!” 

Shafa sontak tertawa sambil mengibaskan rambutnya centil. “Makasih loh pujiannya, tapi gue lagi nggak punya duit.”

“Selebgram kok miskin,” canda Ghea yang langsung mendapat geplakan dari Shafa. Ghea lalu mengedip. “Bisa lah abis gini modus minta ajarin fisika ke crush.” 

Shafa sontak mengangguk bersemangat. Setuju dengan ide Ghea. Mereka berdua lantas mencari updatean pickup line terbaru dari Tiktok. 

Kadang memang ada hal-hal yang harus disimpan saja karena bisa membebani orang lain. Dan dalam kasus ini, Ghea juga terbebani dengan godaan teman sekelasnya. 

Ghea suka diperhatikan tapi tidak dengan menjadi spotlight yang membuatnya gerah. 

***

Ting! 

Suara notifikasi pesan masuk berdenting kecil, menggema di headphone Ghea. Sedetik kemudian muncul sebuah jendela pesan WhatsApp di sisi kanan bawah laptopnya. Dari sudut mata, Ghea melirik pesan itu sekilas. Memastikan dulu apa pesan itu cukup penting untuk dibalas atau tidak?

Dirga : Bunda bikin spongecake, gue ke sana lima menitan lagi. 

Nah, ini harus dibalas. Kalau tidak, ia bisa kena omel Wina. Ghea lantas mengarahkan cussornya ke jendela pesan itu dan mengetik balasan. 

Okay, bilang aja klo udah di bawah. 

Tidak sampai lima menit, notifikasi pesan masuk muncul lagi, berdenting di teliga Ghea. 

Dirga : Gue udah di bawah.

Ghea tidak membalas pesan itu tapi langsung bangkit sambil melepas headphonenya. Cewek itu berlari kecil menuruni tangga. Tidak sampai tiga sampai tiga menit sudah sampai di lantai satu. Begitu ia membuka pintu, tampaklah Dirga sudah menunggu. Bersandar pada tembok teras sambil menenteng paperbag. Bajunya terlihat sangat santai, dengan kaos putih tipis dan celana selutut. Sepertinya cowok itu akan tidur, sebelum direcoki oleh Tante Ratih untuk mengirim spongecake

Saat mendengar suara pintu dibuka, cowok itu mendongak, mengalihkan pandang dari ponsel. Dirga langsung berjalan dan menyodorkan paperbag berisi spongecake pandan kesukaan Wina. Wah, ibunya pasti akan semakin getol memuji Dirga. 

"Thanks," ujar Ghea. 

"My pleasure," balas cowok itu.

Beginilah keseharian Dirga dan Ghea, mereka sering diminta oleh orang tua masing-masing untuk mengirim makanan atau bingkisan ke satu sama lain. Layaknya burung hantu. Pasalnya rumah mereka kan bersebrangan. Tidak mungkin mengacuhkan satu sama lain setiap hari seperti di sekolah. Mereka seolah sepakat untuk menuruti kemauan orang tua meski tanpa ada diskusi sebelumnya. Mereka juga tidak mempunyai pilihan lain selain menurut dan melakukan pertemanan kasual. 

Ghea merasa Dirga juga sama-sama menyadari, jika kedekatan mereka tidak akan seperti dulu. Dulu mereka masih lah bocah kecil yang hidupnya hanya di seputar permainan. Kini mereka sudah remaja, dengan ambisi dan sifat yang jauh berubah.

Saat Dirga hendak berbalik, suara Ghea menahannya. 

“Eh, Ga! Tunggu sebentar!” ujar Ghea sebelum buru-buru masuk.

Gerakan Dirga langsung terhenti. Tapi tidak lama, Ghea muncul kembali sambil membawa dua buah susu kotak rasa cokelat kemudian menyodorkannya pada Dirga. “Nih!” 

Sudut bibir Dirga terangkat kecil, membentuk senyum tipis. “Thanks,” ujarnya. “Ujian Fisika kemarin, pilihan ganda nomor tujuh, lo jawab apa?” 

Ghea bersedekap, mencoba mengingat-ngingat. “C.”

Kepala Dirga mengangguk-angguk mendengar jawaban Ghea. Apakah itu berarti jawaban mereka sama betul atau sama salah? 

“Oke.”

Hah? Gimana? Dahi Ghea mengerut mendengar jawaban ambigu cowok itu. 

“Gue balik dulu,” pamitnya sebelum berbalik dan berjalan kembali ke rumahnya. 

Ghea memiringkan kepalanya, merasa bingung dengan sikap Dirga yang terkadang aneh dan tidak bisa ditebak. Yah, people changes. Tapi ia tidak menyangka Dirga bisa serandom itu. Ghea lantas bedecak. Biarlah, kenapa pula ia harus overthinking? Cewek itu berbalik dan masuk ke rumah. 

Tapi jawabannya betul kan? Atau salah? Duh, udah! Gue mo tidur aja. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ada Apa Esok Hari
310      241     0     
Romance
Tarissa tak pernah benar-benar tahu ke mana hidup akan membawanya. Di tengah hiruk-pikuk dunia yang sering kali tak ramah, ia hanya punya satu pegangan: harapan yang tak pernah ia lepaskan, meski pelan-pelan mulai retak. Di balik wajah yang tampak kuat, bersembunyi luka yang belum sembuh, rindu yang tak sempat disampaikan, dan cinta yang tumbuh diam-diamtenang, tapi menggema dalam diam. Ada Apa E...
Dimension of desire
482      367     0     
Inspirational
Bianna tidak menyangka dirinya dapat menemukan Diamonds In White Zone, sebuah tempat mistis bin ajaib yang dapat mewujudkan imajinasi siapapun yang masuk ke dalamnya. Dengan keajaiban yang dia temukan di sana, Bianna memutuskan untuk mencari jati dirinya dan mengalami kisah paling menyenangkan dalam hidupnya
Solita Residen
3958      1522     11     
Mystery
Kalau kamu bisa melihat hal-hal yang orang lain tidak bisa... bukan berarti kau harus menunjukkannya pada semua orang. Dunia ini belum tentu siap untuk itu. Rembulan tidak memilih untuk menjadi berbeda. Sejak kecil, ia bisa melihat yang tak kasatmata, mendengar yang tak bersuara, dan memahami sunyi lebih dari siapa pun. Dunia menolaknya, menertawakannya, menyebutnya aneh. Tapi semua berubah seja...
Aku yang Setenang ini Riuhnya dikepala
86      77     1     
True Story
Secret Elegi
4555      1394     1     
Fan Fiction
Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun kesepakatan diantar dua keluarga membuat keduanya mau tidak mau harus menjalaninya. Aiden berpikir mungkin perjodohan ini merupakan kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Menggunakan identitasnya sebagai tunangan untuk memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat hancur. Tapi Eun Ji bukanlah gadis 5 tahun yang l...
Menuntut Rasa
524      400     3     
Short Story
Ini ceritaku bersama teman hidupku, Nadia. Kukira aku paham semuanya. Kukira aku tahu segalanya. Tapi ternyata aku jauh dari itu.
Monologue
1495      1046     1     
Romance
Anka dibuat kesal, hingga nyaris menyesal. Editor genre misteri-thriller dengan pengalaman lebih dari tiga tahun itu, tiba-tiba dipaksa menyunting genre yang paling ia hindari: romance remaja. Bukan hanya genre yang menjijikkan baginya, tapi juga kabar hilangnya editor sebelumnya. Tanpa alasan. Tanpa jejak. Lalu datanglah naskah dari genre menjijikkan itu, dengan nama penulis yang bahkan...
TANPA KATA
86      79     0     
True Story
"Tidak mudah bukan berarti tidak bisa bukan?" ucapnya saat itu, yang hingga kini masih terngiang di telingaku. Sulit sekali rasanya melupakan senyum terakhir yang kulihat di ujung peron stasiun kala itu ditahun 2018. Perpisahan yang sudah kita sepakati bersama tanpa tapi. Perpisahan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Yang memaksaku kembali menjadi "aku" sebelum mengenalmu.
Nuraga Kika
53      49     0     
Inspirational
Seorang idola sekolah menembak fangirlnya. Tazkia awalnya tidak ingin melibatkan diri dengan kasus semacam itu. Namun, karena fangirl kali ini adalah Trika—sahabatnya, dan si idola adalah Harsa—orang dari masa lalunya, Tazkia merasa harus menyelamatkan Trika. Dalam usaha penyelamatan itu, Tazkia menemukan fakta tentang luka-luka yang ditelan Harsa, yang salah satunya adalah karena dia. Taz...
Konstelasi
986      529     1     
Fantasy
Aku takut hanya pada dua hal. Kehidupan dan Kematian.