Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mimpi & Co.
MENU
About Us  

Akhirnya waktu pun ditentukan. Malam ini, Ami akan bertemu dengan Pasha. Ami sibuk mempersiapkan diri untuk kencan pertamanya dengan Pasha. Bukankah ini kencan? Pergi ke bioskop itu merupakan salah satu yang sering dilakukan oleh sepasang kekasih, bukan?

Ami sibuk memilih pakaian. Dia sempat ingin mengenakan dress seperti gadis feminim yang lain, tapi dia mengurungkan niatnya karena tidak nyaman. Memakai riasan tebal pun tidak jadi dia lakukan atas alasan yang sama. Akhirnya, Ami berpenampilan seperti biasanya–mengenakan celana jeans panjang dan hoodie, tidak lupa sneakers.

Malam ini Pasha bilang akan menjemputnya dan Ami tanpa ragu memberikan alamatnya. Siapa sangka Pasha akan datang dengan mobil dan dengan begitu sopannya meminta maaf padahal tidak bersalah.

“Ami, nggak apa-apa kan aku pakai mobil? Tadinya mau pakai motor, tapi malah gerimis. Ada sih jas hujan, tapi takutnya nanti kamu nggak nyaman–apalagi ini udah malem.”

Pikir Ami, bagaimana bisa Pasha memiliki inisiatif selembut itu? Sikap Pasha semakin mengobrak-abrik pikiran dan hatinya sehingga dia semakin menolak dan ingin memberontak jika semua ini hanya mimpi.

Dengan sikap yang sekuat tenaga dibuat santai, Ami berkata, “Nggak apa-apa kok, Kak. Lebih nyaman pakai mobil kan ketimbang motor? Justru aku yang harusnya minta maaf soalnya Kak Pasha jadi repot-repot jemput aku kesini. Jalannya kan sempit. Mana hujan.”

Pasha membalas dengan sangat manis, “Ami, harapan aku malah pengen bisa sering-sering jemput kamu apapun keadaannya. Terus pergi bareng berdua kalau bisa tiap hari.”

Ami serasa meleleh sampai tidak bisa berkata-kata.

Setibanya di bioskop, mereka duduk berdampingan dengan box popcorn berukuran medium di antara kursi mereka dan minuman di tangan masing-masing. Mereka sengaja hanya beli satu popcorn untuk berdua karena setelah film selesai, mereka akan pergi makan bakso. Selayaknya pasangan yang masih di tahap pendekatan, Ami dan Pasha sama-sama canggung apalagi saat tangan mereka tanpa sengaja bersentuhan saat mengambil popcorn di waktu yang sama. Terasa sangat klise, penuh drama, dan seperti mimpi–atau memang mimpi?

Tidak seperti saat bersama Axel, Ami lebih canggung saat bersama Pasha karena belum yakin jika Pasha adalah mimpi. Sejauh ini tidak ada yang aneh dari sikap Pasha–sangat lembut dan perhatian. Tidak ada kegilaan seperti yang dilakukan Axel. Rasanya, Ami ingin segera membuktikan kepada Pak Guska kalau Pasha itu sebenarnya nyata.

“Eh–” Pasha tiba-tiba menjatuhkan minumannya tanpa sengaja.

Minuman Pasha tumpah di lantai. Saat Pasha berusaha menunduk untuk meraih gelas minumannya yang jatuh, tangannya tanpa sengaja menampar box popcorn sehingga ikut tumpah dan berhamburan sampai ke kursi lain. Pasha segera meminta maaf kepada semua orang yang terdampak termasuk kepada Ami. Ami memakluminya dan membantu Pasha membereskan seperlunya.

Sepulang dari bioskop, mereka mampir ke restoran bakso. Itu adalah restoran bakso dengan jenis bakso terlengkap yang pernah Ami kunjungi. Ami memesan bakso granat karena suka pedas sedangkan Pasha memesan bakso beranak karena–katanya–konsepnya unik.

Kata Pasha, “Bakso Beranak itu ibarat human inside human. Bukan orang hamil lho, ya? Manusia di dalam manusia yang aku maksud tuh kayak kemanusiaan yang harusnya dimiliki setiap manusia. Jadi, ini tentang manusia yang seharusnya bisa memegang teguh sisi kemanusiaan. Nyatanya, masih banyak kan manusia yang kesulitan atau bahkan nggak tahu cara jadi manusia? Banyak yang mau menang sendiri, nggak peduli sekitar, nggak belajar empati. Ke diri sendiri juga sama–butuh rasa kemanusiaan. Contohnya kayak yang kesulitan nemuin jati diri, kehilangan semangat hidup, terjebak pergaulan. Padahal yang perlu mereka lakuin adalah: merangkul diri sendiri, memahami diri sendiri, mengenali diri sendiri–bukan malah self blaming seolah-seolah diri sendiri nggak berharga.”

Ami mendengarkan dengan seksama setiap apa yang Pasha katakan. Benar. Pasha sudah pasti pintar dan pandai bicara karena telah menjadi pemimpin dimana-mana termasuk di kampusnya.

Pasha meneruskan, “Ami jangan gitu, ya? Kalau misalnya Ami butuh pelukan, seseorang yang paling bisa meluk Ami lebih dulu itu kamu. Tahu butterfly hug? Itu pelukan ke diri sendiri yang bisa ngasih stimulasi ke diri sendiri. Saat ngelakuin itu, seseorang bisa ngerasa senyaman dipeluk sama orang lain. Tahu kesimpulan yang aku ambil dari teori itu?”

Ami menggeleng.

Pasha tersenyum lalu menjelaskan, “Seseorang yang sendirian itu nggak ada. Setiap orang itu pasti punya teman. Teman utamanya adalah diri sendiri. Yang paling dekat, yang paling memahami dan yang seharusnya paling dicintai adalah diri sendiri.”

Ami tersentuh. Pasha adalah Presiden Mahasiswa di kampusnya dan Ami merasa Pasha benar-benar pantas menjabat posisi itu. Saat ini, setelah Pasha mengeluarkan kalimat-kalimat bijak yang membuka kesadaran, Ami jadi semakin ingin Pasha. Batinnya terus berkata berulang-ulang: Semoga ini bukan mimpi. Semoga ini nyata.

Ami sangat senang saat dua porsi bakso diantarkan ke meja mereka–bakso beranak milik Pasha dan bakso granat miliknya. Setelah berterima kasih kepada pelayan, Pasha mulai menuang kecap dan saus.

“Ami nggak pakai kecap sama saus?” tanyanya saat melihat Ami hanya menuang sambal ke baksonya.

Ami menggeleng. “Buat aku kecap sama saus tuh kayak merusak rasa, Kak. Aku lebih suka yang gurih–rasa kuah asli bakso.”

Pasha tampak sangat menghargai argumen Ami. Dia tersenyum tipis seraya mengangguk mengerti. Saat dia mulai memotong baksonya yang besar menggunakan sendok, karena baksonya punya isi, saat baru terpotong sedikit, bakso isiannya tiba-tiba melompat keluar dan terlempar jauh sampai mengenai belakang kepala bapak-bapak yang jual bakso. Ami terkejut saat menyaksikannya, tapi dia segera menunduk dan pura-pura tidak lihat agar Pasha tidak malu.

Pasha melihat sekitar bahkan ke bawah meja untuk mencari tahu kemana perginya. “Kayaknya ada yang jatuh deh,” katanya.

Ami mengaku tidak melihat dan tidak tahu apa-apa–dia berbohong. Saat ini, bapak penjual bakso–yang masih berdiri di dapur terbuka–juga sedang kebingungan dengan sesuatu yang barusaja memukul kepalanya. Dua-duanya kebingungan, tapi Ami pura-pura bodoh.

Pasha akhirnya menerima nasibnya. “Nggak apa-apa lah hilang satu.”

Ami tersenyum seraya mengunyah bakso saat melihat Pasha dengan lapang dada merelakan baksonya yang sekecil kerikil. Namun, dia kembali dikejutkan dengan sesuatu. Ami melihat sendok Pasha–yang tadi digunakan untuk memotong bakso–sudah bengkok 90 derajat seperti korban sulap. Bukan hanya Ami yang bingung, tapi Pasha juga. Pasha kemudian mengangkat satu tangan untuk memanggil pelayan. Dia meminta maaf telah merusak properti lalu meminta sendok baru. Pasha pun mendapatkannya. Sayangnya saat ingin memotong bakso lagi, giliran bakso Pasha yang besar yang terlempar keluar. Bola daging yang besar itu melayang dan terhempas melewati pintu keluar, mendarat di jalan raya lalu terlindas mobil ambulan yang melintas dengan sirine menyala.

Apa ini? Ami mulai merasakan adanya keganjilan. Namun pikirnya, manusia memang ada yang seceroboh itu, kan? Kesalahan yang Pasha buat masih manusiawi dan masih bisa diterima. Seharusnya Ami tidak perlu mempermasalahkannya. Sayangnya, masalah besar benar-benar datang. Bukan dari Pasha, tapi dari Mimpi & Co.–Ami yakin begitu. Saat Pasha mengangkat mangkuk untuk meminta bakso baru, mangkuknya pecah jadi dua–terbelah dan semua isinya tumpah ke atas meja. Pasha buru-buru berlari meminta lap dan langsung mengelap meja, tapi nasib meja pun sama–tiba-tiba terbelah jadi dua sehingga bakso Ami ikut merosot dan tumpah karena meja miring ke tengah. Sekarang Pasha benar-benar aneh. Rasanya Ami ingin menangis. Anggapannya tentang Mimpi & Co. sekarang berbeda. Ami memberontak dalam benaknya : kata siapa Mimpi & Co. mengabulkan mimpi indah? Ini mimpi buruk!

Ami melihat sekitar. Bapak-bapak penjual dan pengunjung lain tampaknya tidak merasa terganggu atau … hanya Ami yang melihatnya? Hanya Ami yang dapat melihat Pasha yang saat ini seperti … dewa penghancur? Mimpi & Co. benar-benar sialan! Tanpa mengatakan sepatah kata, Ami beranjak dari kursi lalu berlari pergi. Dia bisa mendengar Pasha memanggil namanya berkali-kali kemudian suara langkah kaki Pasha yang ternyata mengejarnya. Pasha berhasil menangkap tangannya saat Ami tiba di trotoar dan menunggu taksi.

Pasha berkata, “Ami, kalau mau pulang sama aku, ya? Aku yang jemput, berarti aku yang antar.”

Seraya menggandeng tangan Ami, Pasha menarik Ami menuju mobilnya yang terparkir di tepi jalan di dekat tiang listrik. Ami menurut saja karena tidak tega menyalahkan–karena semua itu bukan salah Pasha, tapi Mimpi & Co. Ami sangat berharap mimpi buruknya sudah berakhir dan Pasha telah kembali ke jalur normal. Namun, bencana terjadi lagi. Saat Pasha membukakan pintu untuk Ami, pintu mobil Pasha tiba-tiba terlepas dari tempatnya. Pasha bingung sendiri. Tidak hanya Ami, Pasha ternyata juga lelah. Saat Pasha menyandarkan tangan ke tiang listrik, tiang listrik roboh ke jalan dan mengganggu lalu lintas. Suara klakson mobil pun seketika berbunyi bersahut-sahutan.

Terlalu lelah, Ami menangis di tempat. “HUAAA … !”

Ami berlari meninggalkan Pasha. Dia menuju bus malam yang kebetulan berhenti di halte dan buru-buru masuk. Begitu masuk, dia melihat keluar dan menyaksikan Pasha yang tampak terpaksa membiarkannya pergi karena tidak mampu lagi mengejar. Ami merasa bersalah, tapi dia juga lelah–dan tentu saja kecewa. Ami tidak langsung pulang. Malam itu, dia mampir ke Mimpi & Co. dan menangis di hadapan Pak Guska yang sedang menyeruput kopi hitam.

“Mimpi & Co. jahat banget! Bisa-bisanya Kak Pasha digituin–kan kasihan,” Ami bicara di tengah tangis lalu menyeka air mata dengan punggung tangan.

“Semua korban Mimpi & Co. itu udah sesuai sama kepribadian mereka meskipun agak dilebih-lebihkan–karena ini mimpi. Namanya juga mimpi. Nikmati saja. Kalau udah nggak bisa menikmati, berhenti saja. Lagian kamu kan belum bayar?” sindir Pak Guska lalu menyeruput kopinya lagi.

“Barangnya bebas kan, Pak? Yang buat bayar?”

“Bebas, tapi harus yang berarti buat kamu.”

“Kayak buku diari, gitu?”

“Tergantung buku diari itu seberarti apa buat kamu. Nanti Mimpi & Co. yang akan menimbangnya sendiri.”

“Kenapa harus yang berarti buat saya? Memang apa gunanya barang yang ditaruh di sini? Kenapa nggak pakai duit aja sih, Pak? Kan lumayan bisa bikin kaya.”

Pak Guska terkekeh singkat lalu meletakkan cangkir kopinya ke atas meja. “Menurut kamu, cara kerja Mimpi & Co. ini sama seperti perusahaan komersial yang berlomba-lomba jadi kaya dengan mengambil uang klien? Mimpi & Co. itu mengabulkan mimpi, Ami–walaupun nggak permanen. Dan barang-barang yang jadi bayaran itu adalah bentuk pengorbanan. Kalau kamu ingin sesuatu, kamu harus siap untuk berkorban. Walaupun mimpi yang Mimpi & Co. berikan tidak benar-benar nyata, setidaknya kamu merasakannya secara nyata. Dimana lagi kamu bisa menemukan toko ajaib yang bisa mengabulkan setiap mimpi? Hanya di sini. Di Mimpi & Co.”

Setibanya di rumah, Ami menghubungi Pasha dengan ponsel karena merasa bersalah telah meninggalkannya.

“Kak Pasha, maaf udah ninggalin,” ucap Ami sesaat setelah panggilan dijawab.

Pasha membalas dengan lembut seperti biasa, “Kenapa minta maaf? Kamu nggak salah. Aku yang salah. Maaf, ya? Gara-gara kecerobohan aku, kencan kita jadi gagal. Nggak usah dipikirin, ya? Aku ngerti kok kalau misalnya kamu udah nggak mau ketemu aku lagi.”

“Jangan ngomong gitu. Aku masih mau kok ketemu Kak Pasha.”

“Aku yang takut kamu bakal lari lagi.”

“Enggak! Aku janji! Nanti kalau kita ketemu lagi, aku nggak bakal ninggalin Kak Pasha.”

“Hati-hati ngomongnya. Nanti aku makin jatuh cinta.”

Sekarang Ami mengerti kenapa mimpi indah selalu membuat seseorang tidak ingin bangun: karena tidak siap menghadapi realita yang pahit lagi. Mulai dari sekarang, dia harus menyadari, bahwa setelah mimpi berakhir, Pasha bukanlah seseorang yang mengenalnya.

[]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Reality Record
3002      1039     0     
Fantasy
Surga dan neraka hanyalah kebohongan yang diciptakan manusia terdahulu. Mereka tahu betul bahwa setelah manusia meninggal, jiwanya tidak akan pergi kemana-mana. Hanya menetap di dunia ini selamanya. Namun, kebohongan tersebut membuat manusia berharap dan memiliki sebuah tujuan hidup yang baik maupun buruk. Erno bukanlah salah satu dari mereka. Erno mengetahui kebenaran mengenai tujuan akhir ma...
Snazzy Girl O Mine
537      339     1     
Romance
Seorang gadis tampak berseri-seri tetapi seperti siput, merangkak perlahan, bertemu dengan seorang pria yang cekatan, seperti singa. Di dunia ini, ada cinta yang indah dimana dua orang saling memahami, ketika dipertemukan kembali setelah beberapa tahun. Hari itu, mereka berdiam diri di alun-alun kota. Vino berkata, Aku mempunyai harapan saat kita melihat pesta kembang api bersama di kota. ...
Trust Me
57      50     0     
Fantasy
Percayalah... Suatu hari nanti kita pasti akan menemukan jalan keluar.. Percayalah... Bahwa kita semua mampu untuk melewatinya... Percayalah... Bahwa suatu hari nanti ada keajaiban dalam hidup yang mungkin belum kita sadari... Percayalah... Bahwa di antara sekian luasnya kegelapan, pasti akan ada secercah cahaya yang muncul, menyelamatkan kita dari semua mimpi buruk ini... Aku, ka...
Can You Be My D?
79      73     1     
Fan Fiction
Dania mempunyai misi untuk menemukan pacar sebelum umur 25. Di tengah-tengah kefrustasiannya dengan orang-orang kantor yang toxic, Dania bertemu dengan Darel. Sejak saat itu, kehidupan Dania berubah. Apakah Darel adalah sosok idaman yang Dania cari selama ini? Ataukah Darel hanyalah pelajaran bagi Dania?
Mengapa Harus Mencinta ??
3604      1163     2     
Romance
Jika kamu memintaku untuk mencintaimu seperti mereka. Maaf, aku tidak bisa. Aku hanyalah seorang yang mampu mencintai dan membahagiakan orang yang aku sayangi dengan caraku sendiri. Gladys menaruh hati kepada sahabat dari kekasihnya yang sudah meninggal tanpa dia sadari kapan rasa itu hadir didalam hatinya. Dia yang masih mencintai kekasihnya, selalu menolak Rafto dengan alasan apapun, namu...
GEANDRA
400      315     1     
Romance
Gean, remaja 17 tahun yang tengah memperjuangkan tiga cinta dalam hidupnya. Cinta sang papa yang hilang karena hadirnya wanita ketiga dalam keluarganya. Cinta seorang anak Kiayi tempatnya mencari jati diri. Dan cinta Ilahi yang selama ini dia cari. Dalam masa perjuangan itu, ia harus mendapat beragam tekanan dan gangguan dari orang-orang yang membencinya. Apakah Gean berhasil mencapai tuj...
Solita Residen
1456      806     11     
Mystery
Kalau kamu bisa melihat hal-hal yang orang lain tidak bisa... bukan berarti kau harus menunjukkannya pada semua orang. Dunia ini belum tentu siap untuk itu. Rembulan tidak memilih untuk menjadi berbeda. Sejak kecil, ia bisa melihat yang tak kasatmata, mendengar yang tak bersuara, dan memahami sunyi lebih dari siapa pun. Dunia menolaknya, menertawakannya, menyebutnya aneh. Tapi semua berubah seja...
Matahari untuk Kita
693      401     9     
Inspirational
Sebagai seorang anak pertama di keluarga sederhana, hidup dalam lingkungan masyarakat dengan standar kuno, bagi Hadi Ardian bekerja lebih utama daripada sekolah. Selama 17 tahun dia hidup, mimpinya hanya untuk orangtua dan adik-adiknya. Hadi selalu menjalani hidupnya yang keras itu tanpa keluhan, memendamnya seorang diri. Kisah ini juga menceritakan tentang sahabatnya yang bernama Jelita. Gadis c...
Sistem Kekayaan zero
28      26     1     
Fantasy
Kisah seorang pemuda yang bernama xai yang diputuskan oleh kekasihnya Yolanda, Yolanda lebih memilih pria lain yang statusnya lebih tinggi dari xai, akan tetapi xai mendapatkan sistem zero yang mengubah kehidupan nya .
VampArtis United
969      637     3     
Fantasy
[Fantasi-Komedi-Absurd] Kalian harus baca ini, karena ini berbeda... Saat orang-orang bilang "kerja itu capek", mereka belum pernah jadi vampir yang alergi darah, hidup di kota besar, dan harus mengurus artis manusia yang tiap hari bikin stres karena ngambek soal lighting. Aku Jenni. Vampir. Bukan yang seram, bukan yang seksi, bukan yang bisa berubah jadi kelelawar. Aku alergi darah. B...