Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mimpi & Co.
MENU
About Us  

Setelah menyebrang jalan sepulang kuliah, Ami dikejutkan dengan gulungan kertas yang tiba-tiba menimpa kepalanya. Ami melihat gulungan itu jatuh ke bawah kursi halte. Sesaat kemudian, gulungan kertas yang lain kembali mengenainya. Ami melihat sekitar dan mencari tahu darimana gulungan kertas itu berasal. Dari posisinya berdiri, dia melihat seorang pria tampan yang berdiri di teras kafe–membawa sebaskom gulungan kertas dan melambaikan tangan kepadanya.

Ami heran karena merasa tidak mengenalnya, tapi pria itu melambaikan tangan padanya dengan begitu akrab. Pria itu kemudian memberi isyarat untuk memungut gulungan kertas dan membasa isinya. Ami pun mengambil gulungan kertas terdekat, mengurai gulungan lalu membaca tulisan yang ada.

 

Ayo mampir ke Kafe Dandelion.

Beli kopi satu, gratis ketemu aku.

dari: Axel atau Asel (alias Aseli Ganteng Sekali)

 

Axel? Apakah nama pria itu. Saat perhatian Ami kembali mengarah kepada pria itu, Ami terkejut karena pria itu telah membawa sebuah papan bertuliskan: Aku penggemarmu. Ayo jumpa fan! Papan itu kemudian dibalik dan menampilkan tulisan yang lain: Aku akan mentraktirmu sepuasnya.

Ami teringat kalau mulai hari ini, Mimpi & Co. terlibat dalam hidupnya. Dan pria tampan itu, mungkin adalah salah satu mimpi yang dikirim. Akhirnya, Ami bersedia datang ke Kafe Dandelion. Ami duduk menunggu di bangku paling dekat dengan pintu keluar untuk berjaga-jaga agar memudahkannya kabur karena saat ini dia bertemu dengan seseorang yang sebenarnya tidak dia kenal.

Meskipun dekat dengan kampus, Ami hampir tidak pernah mampir ke kafe itu karena selalu ramai dari pagi sampai malam. Ami kurang menyukai ramai. Dia lebih rela mampir ke kafe yang jaraknya lebih jauh asalkan sepi. Sekarang Ami mengerti kenapa kafe yang ia datangi sekarang selalu ramai. Pria tampan yang menawari Ami datang ke Kafe Dandelion tampaknya adalah magnet terkuat sehingga menarik banyak pengunjung setiap harinya. Buktinya, saat ini ada banyak pengunjung perempuan yang antusias memandangi pria itu. Di dinding belakang counter kafe itu ada lubang estetik besar yang menampilkan dapur sehingga  aktivitas di sana terlihat. Saat ini, hidangan untuk Ami sedang disiapkan. Anehnya, pria itu akan sesekali menoleh ke arah Ami lalu mengedipkan satu matanya–genit.

Pria tinggi dan tampan yang memperkenalkan dirinya sebagai 'Axel' akhirnya keluar dari dapur sambil membawa nampan berisi kue dan kopi untuk Ami. Bisik-bisik para gadis di kafe terdengar semakin riuh, bahkan beberapa dari mereka sampai menjerit kecil saat Axel melintas. Ami pun seketika menjadi pusat perhatian dan dianggap beruntung karena dialah yang dihampiri.

Ami terpana dengan latte art 3D berbentuk kucing yang dibuat untuknya, yang seketika membuat pikiran dan hati nuraninya berkecamuk. Bagaimana bisa dia menghancurkan mahakarya seindah itu dengan meminumnya? Sebagai mahasiswi seni, merusak karya seni adalah hal yang kejam.

“Bingung ya, minumnya?” tanya Axel saat Ami mengalami dilema besar dengan minuman cantiknya. “Kamu tahu nggak kalau ada tips jitu biar minuman ini nggak sayang buat diminum?”

“Apa?”

Axel meraih sendok kecil di alas cangkir Ami lalu mengaduk kopi tanpa perasaan dan tanpa ragu. “Diaduk dong!”

Melihat tindakan Axel yang terburu-buru itu, sepasang mata dan mulut Ami terbuka lebar. Dia nyaris berteriak dan hampir menangis melihat foam berbentuk kucing di permukaan kopinya sudah tidak berbentuk lagi–kucingnya hancur. Ami juga tidak punya kuasa untuk memarahi Axel karena yang membuatkan minuman cantik itu adalah Axel sendiri.

“Kak Axel kenapa tadi nimpukin aku?” tanya Ami setelah akhirnya berani menyeruput kopinya. Jawaban Axel atas pertanyaannya ternyata sangat di luar prediksi.

“Buat membangun kebencian.”

“Maksudnya?”

Asel menjelaskan, “Katanya benci bisa jadi cinta.”

Ami semakin heran. “Hah?”

Axel menjelaskan dengan begitu mantap tanpa keraguan, “Aku cinta kamu, Ami. Maukah kamu jadi pacarku?”

Ami menyemburkan kopi yang baru terseruput dan pandangan seluruh pengunjung sontak terasa seperti menikamnya–Ami bukan satu-satunya yang tekejut ditempat itu. Yang Ami lakukan berikutnya … dia kabur. Berlari memasuki gang menuju Mimpi & Co. dan mengadu kepada Pak Guska.

Pak Guska tertawa setelah mendengar ceritanya. “Ami, kamu masih ingat nggak sama yang kamu tulis? Sebelum membakar mimpi kamu di api ungu, saya membacanya berkali-kali. Mimpi & Co. akan memberikan mimpi berdasarkan daftar mimpi, dan pada poin pertama yang kamu tulis, kalau saya tidak salah baca, kamu menuliskan ‘yang penting ganteng’.”

Pak Guska benar. Ami ingat dengan mimpi yang dia tulis. Dia menjadikan paras sebagai patokan utama atas salah satu mimpinya. Dia menyesal, tapi dia mencoba menerima dan memaafkan kecerobohannya sendiri.

“Tapi Kak Axel nggak jahat kan, Pak? Aneh banget soalnya. Masa tiba-tiba nembak? Rame gitu masa nggak malu?”

Pak Guska kemudian menanyakan sesuatu yang membuat Ami berpikir, “Mayoritas mimpi memang aneh, kan?”

Ami mengangguk.

“Itulah mimpi,” kata Pak Guska. “Ada baiknya kamu menikmatinya sebelum kamu terbangun dan mimpi-mimpi itu hilang. Setidaknya sekali seumur hidup kamu merasa dikagumi oleh beberapa orang, kan? Tidak perlu khawatir akan ada kejahatan, karena ini hanya mimpi. Bahkan jika memang ada kejahatan, itu selalu bisa dihindari–dengan cara apa saja bahkan dengan cara absurd sekalipun. Di dunia nyata, kamu belum tentu bisa kenal sama si ganteng itu, lho.”

Pak Guska pun menambahkan, “Tidak perlu takut. Sebulan kedepan, setelah mimpi kamu selesai, semua orang yang berhubungan dengan mimpi kamu akan melupakan semuanya. Jadi, nggak perlu malu sama calon-calon pacar kamu–maksud saya, pengagum. Bahkan kalau kamu mau bertingkah kayak orang gila juga nggak masalah–soalnya sebulan kemudian, semua yang terlibat akan lupa.”

“Yang ngelupain siapa aja, Pak?” tanya Ami.

“Semuanya, kecuali kamu.”

“Kak Axel juga nggak bakal inget?”

Pak Guska mengangguk. “Dia hanya terpengaruh sihir Mimpi & Co. karena menjadi kandidat yang pantas menjadi salah satu mimpi yang kamu mau. Meskipun begitu, dia tidak akan terlibat lagi setelah semuanya selesai. Saat ini kamu sedang hidup di dalam mimpi, Ami. Walaupun latarnya dunia nyata, tapi kamu ini diselubungi mimpi. Mimpi yang berdampingan dengan dunia nyata. Mimpi yang kamu bangkitkan sendiri. Di alam mimpi, manusia tidak bisa benar-benar mati. Jika kamu bisa mati, maka itu bukan mimpi.”

“Itu berarti saya akan selamat apapun yang terjadi? Bahkan jika di satu bulan ini saya ketemu pembunuh?”

Pak Guska mengangguk mantap.

“Bapak bilang kalau kehidupan saya sekarang ini adalah mimpi yang berdampingan dengan dunia nyata. Apa itu berarti perbandingannya 50:50 antara dunia nyata dan mimpi?”

“70:30,” kata Pak Guska. “Mimpi & Co. punya 20% lebih banyak sebagai asuransi kamu karena telah menggunakan jasa ini. Dengan kata lain, Mimpi & Co. akan melindungi kamu dari bahaya apapun. Tapi kamu jangan lupa bayar, ya?”

Ami terkekeh karena belum memutuskan akan membayar dengan apa. “Kalau begitu saya mau balik ke Kafe Dandelion lagi.”

“Untuk apa?”

“Minta maaf ke Kak Axel soalnya saya tadi langsung kabur.”

“Sudah nggak takut lagi?”

Ami mengangguk. “Saya percaya Mimpi & Co. Saya percaya Pak Guska.”

Pak Guska tersenyum hangat. “Sebagai perwakilan toko ajaib, saya ucapkan terima kasih.”

Ami kembali ke Kafe Dandelion untuk menemui Axel. Sebagai seseorang yang sering merasa tidak dihargai, Ami jadi ingin belajar menghargai meskipun orang itu hanya mimpi. Setelah Axel menemuinya, Ami benar-benar menyampaikan maafnya. Mereka kembali duduk berhadapan di kursi semula lalu Axel meminta pelayan untuk membawakan jamuan baru untuk Ami. Apapun yang Axel katakan, Ami tidak khawatir lagi–bahkan jika percakapannya absurd.

Ami bertanya, “Kak Axel tahu nama aku dari mana?”

“Tadi kita sempat kenalan, kan?”

“Apa iya?”

“Iya.”

“Aku nggak ingat.”

“Ingat.”

Ami tertawa geli. “Apa sih? Gaje.”

“Ami, kamu nggak mau ngasih aku kesempatan, gitu? Aku harus gimana biar bisa jadi pacar kamu? Aku kurang apa coba? Ganteng udah, kaya juga udah, pinter juga aku lumayan. Kurang apa coba?”

Ami menjawab seraya tertawa. “Kurang waras.”

“Soalnya aku cinta kamu sampai gila. Aku tergila-gila sama kamu, Ami.”

Ami terbahak. “Kak Axel jangan bikin aku tambah takut.”

“Emangnya aku seremnya dimana? Ganteng gini kok.”

Ami tertawa sampai sakit perut. Setelah Pak Guska menenangkannya, sekarang di matanya, Axel adalah pria yang lucu.

Axel kembali bertanya, “Besok aku boleh nyamperin kamu ke kampus nggak? Kamu jurusan apa, Ami?”

Ami menggeleng. “Jangan.”

“Kalau kamu nggak mau ngasih tahu, besok aku bakal keliling kampus kamu buat nyari kamu sampai ketemu.”

“Yakin?”

“Oh, kamu ngeremehin aku?”

Ami hanya tertawa.

[]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Waktu Mati : Bukan tentang kematian, tapi tentang hari-hari yang tak terasa hidup
4132      1437     26     
Romance
Dalam dunia yang menuntut kesempurnaan, tekanan bisa datang dari tempat paling dekat: keluarga, harapan, dan bayang-bayang yang tak kita pilih sendiri. Cerita ini mengangkat isu kesehatan mental secara mendalam, tentang Obsessive Compulsive Disorder (OCD) dan anhedonia, dua kondisi yang sering luput dipahami, apalagi pada remaja. Lewat narasi yang intim dan emosional, kisah ini menyajikan perj...
The Spark Between Us
10222      2998     2     
Romance
Tika terlanjur patah hati untuk kembali merasakan percikan jatuh cinta Tapi ultimatum Ibunda untuk segera menikah membuatnya tidak bisa berlamalama menata hatinya yang sedang patah Akankah Tika kembali merasakan percikan cinta pada lelaki yang disodorkan oleh Sang Ibunda atau pada seorang duda yang sepaket dengan dua boneka orientalnya
My Private Driver Is My Ex
623      426     10     
Romance
Neyra Amelia Dirgantara adalah seorang gadis cantik dengan mata Belo dan rambut pendek sebahu, serta paras cantiknya bak boneka jepang. Neyra adalah siswi pintar di kelas 12 IPA 1 dengan julukan si wanita bermulut pedas. Wanita yang seperti singa betina itu dulunya adalah mantan Bagas yaitu ketua geng motor God riders, berandal-berandal yang paling sadis pada geng lawannya. Setelahnya neyra di...
One hour with Nana
421      295     3     
Short Story
Perkelahiannya dengan Mandala sore itu, membuat Egi dalam masalah. Mandala tewas setelahnya dengan tubuh penuh luka tusukan. Semua orang, pasti akan menuduh Egi sebagai pelaku. Tapi tidak bagi seorang Nana. Bagaimana Gadis berwajah pucat itu menangkap pelaku sebenarnya? Bisakah Egi selamat dari semua kejadian ini?
Anikala
2100      828     2     
Romance
Kala lelah terus berjuang, tapi tidak pernah dihargai. Kala lelah harus jadi anak yang dituntut harapan orang tua Kala lelah tidak pernah mendapat dukungan Dan ia lelah harus bersaing dengan saudaranya sendiri Jika Bunda membanggakan Aksa dan Ayah menyayangi Ara. Lantas siapa yang membanggakan dan menyanggi Kala? Tidak ada yang tersisa. Ya tentu dirinya sendiri. Seharusnya begitu. Na...
Lusi dan Kot Ajaib
8684      1519     7     
Fantasy
Mantel itu telah hilang! Ramalan yang telah di buat berabad-abad tahun lamanya akan segera terlaksana. Kerajaan Qirollik akan segera di hancurkan! Oleh siapa?! Delapan orang asing yang kuat akan segera menghancurkan kerajaan itu. Seorang remaja perempuan yang sedang berlari karena siraman air hujan yang mengguyur suatu daerah yang di lewatinya, melihat ada seorang nenek yang sedang menjual jas h...
sulit melupakanmu
22      12     0     
True Story
ini cerita tentang saya yang menyesal karena telah menyia nyiakan orang yang sangat cinta dan sayang kepada saya,dia adalah mantan saya
When Flowers Learn to Smile Again
1316      893     10     
Romance
Di dunia yang menurutnya kejam ini, Jihan hanya punya dirinya sendiri. Dia terjebak pada kelamnya malam, kelamnya hidup, dan kelamnya dunia. Jihan sempat berpikir, jika dunia beserta isinya telah memunggunginya sebab tidak ada satu pun yang peduli padanya. Karena pemikirannya itu, Jihan sampai mengabaikan eksistensi seorang pemuda bernama Natha yang selalu siap menyembuhkan luka terdalamnya. B...
Wabi Sabi
258      185     2     
Fantasy
Seorang Asisten Dewi, shinigami, siluman rubah, dan kucing luar biasa—mereka terjebak dalam wabi sabi; batas dunia orang hidup dan mati. Sebuah batas yang mengajarkan jika keindahan tidak butuh kesempurnaan untuk tumbuh.
Trip
962      484     1     
Fantasy
Sebuah liburan idealnya dengan bersantai, bersenang-senang. Lalu apa yang sedang aku lakukan sekarang? Berlari dan ketakutan. Apa itu juga bagian dari liburan?