Satu tahun setelah hidup Aruna berubah selamanya...
Aruna mengusap tangannya yang berkeringat ke dress yang ia kenakan. Di belakang panggung, ia mengambil cermin saku dari pouch makeup-nya dan mengecek riasan di wajahnya. Masih bagus. Aruna menunduk, memperhatikan outfit yang ia pakai. Midi dress putih dengan garis-garis biru kecil dan kardigan putih yang manis, serta flat shoes berwarna putih. Aruna menarik nafas dalam-dalam. Kepalanya sedikit pusing, tangannya terus berkeringat, dan kakinya ingin kabur dari sana. Gugup adalah kata yang terlalu singkat untuk mendeskripsikan perasaannya saat ini.
Aruna melakukan promosi launching buku anak yang ia tulis yang berjudul Bulan dan Buku-Bukunya di Gramedia Sudirman, Pekanbaru. Buku itu merupakan cerminan gadis itu sendiri yang tahun lalu masih menjadi gadis yang pemalu, penakut, hidup dalam bayangan dan berlindung di balik buku-buku yang ia baca. Aruna tidak menyangka buku tersebut malah disukai oleh editor sebuah penerbit besar.
"Mari kita sambut penulis Bulan dan Buku-Bukunya, Aruna Kanissa," suara MC memenuhi ruangan. Aruna naik ke panggung kecil. Di antara pengunjung event launching buku ini, ada Adam, Dea, Evan, Papa, dan yang tidak kalah penting, Mama.
***
Seusai acara launching buku, Mama dan Papa mengadakan acara kecil-kecilan di rumah mereka dan mengundang beberapa anggota keluarga lain. Adam, Mama Adam, Evan, dan Dea juga turut hadir. Di taman rumah mereka yang kecil, Aruna menatap ke atas, ke langit senja dengan semburat yang indah, membayangkan Tante Sandrina membaca bukunya dari surga.
Di meja khusus di rumah Aruna, terlihat figura foto yang menampilkan Aruna, Mama, Papa dan kakaknya. Satu figura lain menampilkan foto Aruna dan Adam yang sedang tertawa saat Aruna belajar membuat kue beberapa bulan yang lalu. Saat itu, mereka sudah resmi berpacaran. Di sana, dipajang buku pertamanya yang sudah terbit, dan juga buku Anne of Green Gables pemberian Adam, serta buku Anne of Avonlea pemberian Tante Sandrina–sebuah tribut kecil yang penuh makna.
Di halaman 212, tidak ada surat dari Adam lagi, atau dari Tante Sandrina. Hanya selembar kertas kecil. Dari Aruna, dan untuk Aruna.
Di kertas itu tertulis:
Dear Aruna yang membaca ini di masa depan,
Terima kasih udah menjadi gadis yang kuat. Yang pemberani. Dan yang terpenting, terima kasih telah memilih dirimu.
Ingatlah selalu kutipan ini: "Orang lain yang tidak memilih dirimu, rasanya menyakitkan. Tapi, kalau kamu tidak memilih dirimu sendiri, itu namanya pengkhianatan."
-Aruna
***
Adam's POV
Satu tahun yang lalu, saat surat-surat dari Gilbert mulai muncul kembali ke hidup Aruna.
Deg!
Jantung Adam berdegup sangat kencang, sampai ia merasa jantungnya mungkin bisa menembus tulang rusuknya. Adam luar biasa terkejut saat menelusuri rak fiksi, lalu melihat seorang gadis memegang buku. Saat ia melihat sampul bukunya, Anne of Green Gables tertulis di sana.
Gadis itu, gadis yang sangat ia kenal. Bahkan, Adam kerap usil terhadap gadis itu di kampus. Aruna Kanissa. Gadis cantik, cerdas, tapi amat tertutup. Adam selalu penasaran kenapa Aruna selalu membangun tembok tinggi di sekelilingnya pada setiap orang, kecuali Dea, sahabatnya. Tapi, tanpa sadar, Adam selalu memperhatikan gadis itu. Dan mungkin, ia jatuh cinta pada Aruna.
Tapi yang lebih mengejutkan saat ia melihat Aruna membuka halaman 212. Kenapa Adam bisa tahu? Karena hanya di halaman itu terdapat selembar kertas. Sebuah surat. Surat yang Adam tulis. Dengan nama alias, Gilbert. Jantung Adam berdegup tidak karuan. Selama ini, Aruna adalah Anne. Gadis yang menjadi sahabat penanya. Perlahan, senyum terlukis di wajah tampan Adam.
Similar Tags

