Loading...
Logo TinLit
Read Story - When Flowers Learn to Smile Again
MENU
About Us  

Hampir di setiap minggunya, Natha selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke tempat peristirahatan terakhir sang nenek di pemakaman umum. Hampir di setiap minggunya Natha membawa bunga, beragam bunga telah Natha taruh di makam sang nenek. Mungkin jika bunga-bunga tersebut tidak layu lalu dibuang oleh penjaga makam, saat ini makam sang nenek dan makam-makam di sebelahnya telah dipenuhi oleh berbagai macam bunga.

Nenek Santi meninggal karena terkena serangan jantung, waktu itu Natha berusia tujuh belas tahun, neneknya meninggal tepat di hari ulang tahunnya. Kehilangan sang nenek untuk selamanya telah membuatnya ikut kehilangan setengah jiwanya. Karena Natha begitu mencintai neneknya yang bernama Santi. Akibat rasa sakit hati yang mendalam Natha sering kali mengabaikan orang-orang di sekitarnya, termasuk keluarganya.

Karena sibuk menyembuhkan duka yang mendalam dan keegoisannya, Natha kembali kehilangan untuk kedua kalinya. Kehilangan adik perempuannya yang sempat meminta bantuan padanya. Natha semakin terpuruk, tapi berkat keluarganya Natha memiliki kekuatan untuk pergi dari keterpurukannya itu, Natha sadar jika terlalu larut dalam keterpurukan bisa membawa pengaruh buruk padanya.

Karena pengalaman pahitnya itu, Natha bertekad untuk membantu Jihan yang sedang berjuang melawan keterpurukannya, agar perempuan itu tidak semakin tenggelam dan terjerat pada kegelapan.

***

Karena Natha dan Jihan sudah tidak ada kelas lagi di kampus, sebelum mengantar Jihan pulang ke rumah, Natha memiliki niat untuk mengajak perempuan itu pergi bersamanya. Bukan ke tempat romantis seperti dua pasangan yang saling jatuh cinta, bukan juga ke tempat wisata layaknya orang-orang memanjakan diri dari penatnya pekerjaan, bukan pula ke tempat dengan pemandangan super indah seperti melihat pemandangan di atas gunung atau di pinggir pantai. Tempat Natha mengajak Jihan sangatlah sederhana, tapi tempat itu bisa mengajarkan mereka tentang sebuah arti kehidupan.

Tapi sebelumnya, terlebih dahulu mereka mampir ke toko bunga dekat kampus. Natha yang mengajaknya, katanya dia ingin membeli sepuluh buket kecil bunga chamomile, yang Jihan sendiri tidak tahu akan diberikan pada siapa. Jihan sempat terheran-heran ketika Natha menghentikan motornya di pinggir jalan dan berkata jika mereka telah sampai di tempat tujuan, karena yang Jihan lihat adalah jalan raya cukup ramai yang dilalui oleh berbagai macam kendaraan.

Melihat Jihan yang kebingungan tentu saja menimbulkan sedikit senyum di wajah Natha. "Muka kamu lucu juga ya kalau lagi bingung begini."

Mendengar ucapan Natha membuat Jihan mendelik kemudian menatap laki-laki itu dengan sinis. Natha yang mendapat hadiah tidak terduga itu malah tertawa kecil. Lantas Jihan buru-buru turun dari motor Natha dan memberikan helm yang dia gunakan pada pemiliknya.

"Enggak usah bingung gitu, sebentar lagi kamu juga tahu kok tujuan kita bakal ke mana."

Jihan tidak merespons, dia hanya bergeming tanpa memperlihatkan tatapan sinis lagi ke Natha. Setelah pemuda jangkung itu menaruh dua helm di atas motornya, laki-laki itu turun dari motornya kemudian mengambil paper bag yang berisi bunga chamomile untuk dibawa.

"Ayo, ikut saya."

Jihan menurut, perempuan itu mulai melangkah untuk mengikuti Natha yang sudah berjalan terlebih dahulu di depannya, Jihan mengikuti langkahnya meski dirinya tidak tahu Natha akan mengajaknya ke mana.

Beberapa saat ketika mereka melangkah, Jihan mulai berasumsi jika Natha akan membawanya pada sekumpulan anak kecil berusia enam sampai sepuluh tahun yang sepertinya tengah beristirahat di depan kios yang sedang tutup. Benar saja, Natha menghentikan langkahnya tepat beberapa meter di hadapan anak-anak yang sibuk menghitung uang hasil mengamennya.

Dengan senyum yang cerah, Natha hanya memperhatikan sampai salah satu dari anak-anak itu menyadari keberadaannya.

"Kak Nathaaa!" Senyum salah satu anak laki-laki yang memanggil nama Natha tidak kalah cerah.

Natha melambaikan tangan pada delapan anak kecil yang satu persatu menghampiri dirinya. Sekumpulan anak kecil itu terdiri dari tiga anak perempuan dan lima anak laki-laki.

"Ucup nggak nyangka kalau Kak Natha bakal dateng lagi ke sini," ucap anak laki-laki bernama Ucup dengan girang.

"Iya, Ina juga nggak nyangka. Ina tuh udah kangen banget sama Kak Natha," sahut satu anak perempuan yang berdiri di samping Ucup.

"Kak Natha apa kabar?" tanya salah satu anak laki-laki yang memakai kaus polos berwarna hitam.

Dari semua reaksi yang anak-anak berikan, semua terlihat senang karena kakak baik bernama Natha, telah sudi menyempatkan dirinya untuk datang ke tempat kumuh seperti ini. Dan sempat, salah satu dari anak-anak itu berpikir tentang kebaikan Natha yang sering membantu mereka, padahal sudah jelas mereka belum bisa membalas budi semua kebaikan Natha.

Mendapat sambutan ramah dari anak-anak itu membuat Natha tersenyum karena gemas. "Kabar Kakak baik kok, maaf ya Kakak jarang dateng ke sini." Karena kesibukannya itu, Natha jadi jarang datang menemui anak-anak jalanan yang dia kenal, selama tidak bertemu Natha rindu pada mereka, terlebih pada Ina yang super cerewet.

"Enggak apa-apa, Kak. Kita ngerti kok kalau Kakak lagi sibuk." Semua anak-anak itu mengangguk menyetujui ucapan temannya yang memakai kaus warna hitam.

"Kakak itu siapa, Kak? Pacar Kakak, ya?" Salah satu dari mereka bertanya saat sedari tadi melihat Jihan yang hanya diam memperhatikan.

Jika Natha terkekeh saat Jihan diduga sebagai pacarnya, beda hal dengan Jihan yang justru terkejut. Maka buru-buru Jihan menyangkalnya dengan berkata, "Bu-bukan, saya. Maksudnya Kakak. Kakak temannya Kak Natha bukan pacarnya," sangkal Jihan sembari meringis pelan.

Untuk kedua kalinya Natha terkekeh, kali ini penyebabnya karena cara bicara Jihan yang gagap sekaligus lucu. "Dia teman Kakak, namanya Jihan."

"Halo, Kak Jihan!"

Mendapat sapaan dari semua anak-anak kecil itu, Jihan merespons dengan lambaian tangan yang singkat juga senyum yang terlihat canggung.

"Untung Kak Jihan cuma temannya Kak Natha, berarti aku masih ada kesempatan buat jadi pacarnya Kak Natha." Anak perempuan yang rambutnya di kucir ekor kuda tertawa malu atas ucapannya itu.

Anak laki-laki yang berdiri di samping anak perempuan berkucir ekor kuda itu menyenggol pelan temannya, agar segera tersadar dari khayalannya itu. "Kamu tuh pikirannya pacaran mulu, belajar yang bener sama cari uang yang bener."

Anak perempuan berkucir kuda cemberut. "Biarin, aku ini yang berkhayal," celetuknya masa bodoh.

Anak laki-laki yang sempat menyenggolnya pelan dan berkata untuk berhenti berkhayal, memilih untuk diam. Tidak ingin melanjutkan obrolan sederhana yang bisa berakhir dengan pertengkaran.

Natha yang tadi hanya menyaksikan, hanya bisa terkekeh pelan. Karena suara maupun obrolan sederhana mereka adalah salah satu hal yang Natha rindukan saat tidak bertemu dengan anak-anak itu.

Kemudian pemuda jangkung itu mengeluarkan tiga buket kecil bunga chamomile dari paper bag yang sedari tadi dipegang olehnya. "Seperti biasa, Kak Natha bawa sesuatu buat kalian."

Sembilan pasang mata, termasuk Jihan. Fokus mereka tertuju pada seorang pemuda yang memegang bunga dengan senyum di wajah tampannya.

Dimulai dari Ucup yang kebetulan berada di barisan paling ujung, Natha memberikan satu buket kecil bunga chamomile pada bocah berkulit sawo matang itu kemudian buket bunga kedua dia berikan pada bocah yang berada di sebelah ucup.

"Makasih, Kak."

"Makasih, Kak Natha."

Mereka berterima kasih saat Natha telah memberikan bunga mungil berwarna putih yang berada di genggaman mereka masing-masing. Selesai memberikan bunga chamomile Natha maupun Jihan memperhatikan wajah anak-anak itu yang tampak senang saat mendapatkan bunga chamomile.

Cerita sedikit tentang bunga mungil berwarna putih pemilik nama Chamomile. Chamomile memiliki tinggi mulai dari lima belas sentimeter sampai enam puluh sentimeter dengan bunga berkelopak putih, bagian tengah berwarna kuning, lalu batangnya tegak lurus berwarna hijau kecoklatan atau hijau kekuningan, mempunyai cabang, daun-daun yang semi menjari terpisah di bawah, ada juga daun-daun yang terbelah dua di atas.

"Kalian masih ingat kan, sama arti dari bunga chamomile?"

Hampir semua anak-anak itu mengangguk atas pertanyaan Natha. Berhubung kebanyakan dari mereka masih mengingat arti dari chamomile, maka Natha tidak mengatakannya tentang artinya lagi.

"Oiya, kalian udah makan?" Pertanyaan Natha mendapat gelengan kompak dari anak-anak itu.

"Belum, Kak."

"Kalian mau makan apa hari ini?"

"Apa aja deh, Kak. Yang penting kenyang hehehe," sahut salah satu dari mereka dan mendapat anggukan setuju dari teman-temannya.

***

"Kamu sering dateng ke sini?"

Satu pertanyaan yang terucap di bibir tipis Jihan membuat Natha menoleh padanya, omong-omong keduanya tengah mengamati sembari berdiri beberapa meter dari anak-anak pengamen yang sedang memakan makanan yang Natha berikan dengan nikmat.

"Iya, tapi nggak sesering sebelumnya. Sebelumnya itu saya ke sini seminggu sekali tapi karena tugas kuliah yang makin banyak kadang sebulan bahkan dua bulan sekali."

Untuk sesaat Jihan terdiam dengan pandangan fokus ke depan setelah mendengar jawaban dari pertanyaannya itu, dirasa sudah cukup memberi jeda perempuan itu kembali bertanya masih dengan kedua matanya yang terarah ke depan memperhatikan anak-anak.

"Sejak kapan kamu datang ke tempat ini?"

"Kalau saya nggak salah ingat, mungkin sekitar dua tahun yang lalu." Natha menjawab kemudian juga mengikuti ke mana arah Jihan melihat.

Jihan menolehkan kepalanya ke arah Natha, hanya beberapa detik saja tidak lama. "Sejak dua tahun itu juga kamu udah kasih bunga ke anak-anak jalanan?"

"Iya," sahutnya yang kemudian dirinya tersenyum saat mengamati anak-anak yang masih sibuk makan karena mereka terlihat senang.

"Omong-omong, saya punya alasan kenapa kasih bunga itu ke mereka." Natha menjeda ucapannya karena pada detik berikutnya, dia menghela napasnya. "Kamu tahu apa arti dari bunga chamomile?"

Meski pandangan Natha tidak tertuju pada Jihan, perempuan itu menjawab pertanyaan Natha dengan anggukan pelan lantas disusul oleh satu kalimat. "Setahu saya, artinya itu semangat dalam kesulitan."

Natha manggut-manggut serta terdapat senyum tipis di wajahnya. "Sesuai dengan apa yang kamu bilang, alasan saya kasih bunga itu ke mereka karena artinya. Saya harap bunga chamomile itu menjadi sumber semangat dalam setiap kesulitan mereka."

Masih dengan tatapan lurus ke depan, untuk kedua kalinya Natha menghela napas, sorot matanya berubah menjadi lebih sendu, alasannya karena mereka anak-anak jalanan saat lahir di dunia sudah harus merasakan pahit hidup dan kejamnya dunia. Mereka terlahir dari kalangan bawah yang terus berjuang mencari makan untuk bertahan hidup. Dan, sejujurnya melihat anak-anak itu makan dengan lahap hatinya terasa nyeri ada perasaan sedih yang tersimpan. Sebab anak-anak itu bisa makan makanan enak bisa dihitung menggunakan jari, berbanding terbalik dengan dirinya yang setiap hari bisa menyantap makanan sesuai dengan apa yang dia inginkan.

"Padahal mereka masih kecil, tapi mereka harus bertarung buat bertahan hidup. Seharusnya mereka aman di rumah mereka, tapi malah harus cari nafkah buat bantu keluarga di rumah."

Saat laki-laki itu selesai bicara, Jihan menoleh ke arahnya. Mengamati sesaat wajah Natha yang terlihat sendu tanpa laki-laki itu sadari. Dan dirinya juga menyetujui perkataan Natha, kemudian pada detik berikutnya Jihan kembali mengamati anak-anak itu untuk kesekian kalinya.

"Karena mereka juga, saya sadar kalau hidup saya lebih beruntung dari mereka." Natha kembali berucap masih dengan sorot mata yang terlihat sendu.

Untuk ketiga kalinya terdengar helaan napas yang keluar dari mulut Natha, karena dia tidak ingin sedih berkelanjutan, laki-laki itu memilih untuk menoleh ke arah Jihan yang tatapannya tertuju ke depan masih mengamati delapan anak jalanan itu.

Sebelum lanjut berbicara pada Jihan, Natha menyempatkan diri untuk tersenyum simpul. "Omong-omong, kayaknya kita bener-bener cocok deh kalau bikin toko bunga. Kamu mau nggak buat bikin toko bunga sama saya?"

Satu detik kemudian Natha terkekeh atas ucapannya, dan satu detik kemudian pula Jihan menoleh padanya dengan raut wajah tanpa ekspresi. Perempuan itu memilih untuk tidak menyahut maupun bereaksi.

Natha baru tersadar akan sesuatu hal, dan hal itu adalah bunga chamomile yang tersisa di dalam paper bag yang masih dipegang olehnya. Lantas pemuda jangkung itu mengambil satu buket kecil bunga chamomile untuk diberikan pada Jihan. Karena menyadari satu buket kecil bunga itu Natha berikan untuknya, dengan gerakan tangan yang sedikit ragu Jihan mengambil kemudian mengamati beberapa bunga chamomile dijadikan buket kecil dengan lekat-lekat.

"Sama seperti mereka yang masih berjuang, saya harap kamu tetap semangat meski dalam kesulitan." Natha berucap sembari memperhatikan Jihan beserta buket bunga di tangan kurusnya.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Gunay and His Broken Life
8536      2521     0     
Romance
Hidup Gunay adalah kakaknya. Kakaknya adalah hidup Gunay. Pemuda malang ini telah ditinggal ibunya sejak kecil yang membuatnya secara naluri menganggap kakaknya adalah pengganti sosok ibu baginya. Hidupnya begitu bergantung pada gadis itu. Mulai dari ia bangun tidur, hingga kembali lagi ke tempat tidur yang keluar dari mulutnya hanyalah "kakak, kakak, dan kakak" Sampai memberi makan ikan...
Dalam Waktu Yang Lebih Panjang
442      337     22     
True Story
Bagi Maya hidup sebagai wanita normal sudah bukan lagi bagian dari dirinya Didiagnosa PostTraumatic Stress Disorder akibat pelecehan seksual yang ia alami membuatnya kehilangan jati diri sebagai wanita pada umumnya Namun pertemuannya dengan pasangan suami istri pemilik majalah kesenian membuatnya ingin kembali beraktivitas seperti sedia kala Kehidupannya sebagai penulis pun menjadi taruhan hidupn...
The Red Eyes
24170      3776     5     
Fantasy
Nicholas Lincoln adalah anak yang lari dari kenyataan. Dia merasa dirinya cacat, dia gagal melindungi orang tuanya, dan dia takut mati. Suatu hari, ia ditugaskan oleh organisasinya, Konfederasi Mata Merah, untuk menyelidiki kasus sebuah perkumpulan misterius yang berkaitan dengan keterlibatan Jessica Raymond sebagai gadis yang harus disadarkan pola pikirnya oleh Nick. Nick dan Ferus Jones, sau...
Just Me [Completed]
30523      3429     1     
Romance
Gadis cantik bersifat tomboy itu adalah Viola dia biasa dipanggil Ola, dibalik sifatnya yang tomboy dia menyimpan duka yang teramat dalam yang hanya keluarganya yang dia tahu dia tidak ingin orang-orang khawatir berlebihan tentang kondisinya. dia anak yang pintar maka dari itu dia bisa sekolah di Amerika, tapi karena kondisinya sekarang dia harus pindah ke Jakarta lagi semenjak ia sekolah di Ja...
Moment
328      280     0     
Romance
Rachel Maureen Jovita cewek bar bar nan ramah,cantik dan apa adanya.Bersahabat dengan cowok famous di sekolahnya adalah keberuntungan tersendiri bagi gadis bar bar sepertinya Dean Edward Devine cowok famous dan pintar.Siapa yang tidak mengenal cowok ramah ini,Bersahabat dengan cewek seperti Rachel merupakan ketidak sengajaan yang membuatnya merasa beruntung dan juga menyesal [Maaf jika ...
Rumah Arwah
1034      558     5     
Short Story
Sejak pulang dari rumah sakit akibat kecelakaan, aku merasa rumah ini penuh teror. Kecelakaan mobil yang aku alami sepertinya tidak beres dan menyisakan misteri. Apalagi, luka-luka di tubuhku bertambah setiap bangun tidur. Lalu, siapa sosok perempuan mengerikan di kamarku?
Snow White Reborn
622      362     6     
Short Story
Cover By : Suputri21 *** Konyol tapi nyata. Hanya karena tertimpa sebuah apel, Faylen Fanitama Dirga mengalami amnesia. Anehnya, hanya memori tentang Rafaza Putra Adam—lelaki yang mengaku sebagai tunangannya yang Faylen lupakan. Tak hanya itu, keanehan lainnya juga Faylen alami. Sosok wanita misterius dengan wajah mengerikan selalu menghantuinya terutama ketika dia melihat pantulannya di ce...
KEPINGAN KATA
525      334     0     
Inspirational
Ternyata jenjang SMA tuh nggak seseram apa yang dibayangkan Hanum. Dia pasti bisa melalui masa-masa SMA. Apalagi, katanya, masa-masa SMA adalah masa yang indah. Jadi, Hanum pasti bisa melaluinya. Iya, kan? Siapapun, tolong yakinkan Hanum!
April; Rasa yang Tumbuh Tanpa Berharap Berbalas
1526      649     0     
Romance
Artha baru saja pulih dari luka masa lalunya karena hati yang pecah berserakan tak beraturan setelah ia berpisah dengan orang yang paling ia sayangi. Perlu waktu satu tahun untuk pulih dan kembali baik-baik saja. Ia harus memungut serpihan hatinya yang pecah dan menjadikannya kembali utuh dan bersiap kembali untuk jatuh hati. Dalam masa pemulihan hatinya, ia bertemu dengan seorang perempuan ya...
HARMONI : Antara Padam, Sulut dan Terang
1312      611     5     
Romance
HARMONI adalah Padam, yang seketika jadikan gelap sebuah ruangan. Meski semula terang benderang. HARMONI adalah Sulut, yang memberikan harapan akan datangnya sinar tuk cerahkan ruang yang gelap. HARMONI adalah Terang, yang menjadikan ruang yang tersembunyi menampakkan segala isinya. Dan HARMONI yang sesungguhnya adalah masa di mana ketiga bagian dari Padam, Sulut dan Terang saling bertuk...