Loading...
Logo TinLit
Read Story - MANITO
MENU
About Us  

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

Saling mengerti selalu dibutuhkan dalam sebuah hubungan. Tidak hanya untuk pasangan kekasih. Juga, bagi hubungan kakak beradik pada sebuah keluarga. Itulah yang harus selalu dijaga serta dimiliki. Jangan sampai, hubungan itu hilang.

 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Razel beralih menatap ke arah Sera. Adiknya. Karena, gadis itu sedikit membedakan cara bersantai pada kedua sahabatnya. Ia sedikit menyimpan curiga, Sera menyukai salah satu sahabatnya. Apalagi, perbedaannya cukup terlihat di mata Razel.

 

Sera mengerutkan keningnya, menyadari kakaknya sedari tadi menatap seperti penuh arti. “Kenapa liatinnya kayak gitu ke gue, Kak?”

 

"Lo suka sama Januar apa gimana? Soalnya, sikap lo keliatan lebih kalem daripada ke Helga." Razel to the point, tak mau berbasa-basi saat berbicara pada Sera. Adiknya.

 

"Nggak lah, Kak. Kan, sifat Kak Januar sama Kak Helga beda. Jadi, emang cara menyikapinya gue beda. Lagipula, Kak Helga tuh terlalu apa, ya. Hm... Mungkin blak-blakan tapi nyebelin. Kadang bercanda nggak bisa serius. Cuma, masih bisa asik, kok. Kalo Kak Januar lebih kalem daripada Kak Helga. Kalo sifat Kak Januar ya emang baik, tapi sampai sejauh ini masih dibatas aja gue ke dia." Sera menyampaikan apa yang dirasakan. Karena, sejauh ini memang Helga maupun Januar cukup berbeda. Namun, Sera masih tetap menanggapi keduanya ketika diajak berbicara. Layaknya, berpose pada teman kakaknya.

 

Razel mengangguk, percaya dengan apa yang dikatakan Sera. Adiknya. Memang benar, sifat kedua sahabatnya cukup berbeda. Akan tetapi, doanya baik untuk mata Razel. Seandainya, Sera menyukai salah satu dari sahabatnya ia tak masalah. Asalkan, adiknya merasa bahagia. Tidak pernah disakiti. Namun, untuk sekarang ia ingin Sera lebih fokus pada pendidikannya. “Jangan suka-suka an dulu, Dek. Fokus belajar yang benar, biar bisa memuaskan orang tua.”

 

Sera mengangguk, lalu tersenyum pada Razel. Kakaknya. Tahu, bila kakaknya sangat memperhatikan serta menjaganya.

 

"Kakak aja deh yang pacaran. Lagipula, nilai Kak Razel selalu bagus. Kayaknya, kalo pacar bakalan punya semangat tambahan dari pacar." Sera tertawa menggoda Razel. Padahal, tahu kakaknya tidak pernah dekat dengan seseorang sepengetahuannya.

 

Razel memikirkannya, lalu memegangi kepalanya merasa sedikit pusing tanpa diduga. Seperti ada sebuah memori yang terlihat. Setelah mendengar kata Sera.

 

Sera sedikit panik melihat kakaknya seperti kesakitan. "Kak... Kakak kenapa? Kok pegang kepala kayak gitu?"

 

Razel memejamkan mata sejenak berusaha menghilangkan rasa pusingnya. Perlahan, rasa itu mulai hilang. "Nggak apa-apa, kok. Cuma, tadi tiba-tiba pusing dikit. Tapi, ini udah mendingan. Kayaknya, butuh istirahat aja, deh."

 

"Kalo gitu, mending langsung istirahat tidur di kamar aja, Kak. Nggak perlu nungguin Papa sama Mama pulang. Atau, mau ke dokter biar nanti perginya sama gue." Sera memberikan saran pada Razel. Tak tega melihat kakaknya merasakan sakit. Tahu, itu pasti sangat menyiksa.

 

Razel tersenyum, sembari menggelengkan kepalanya. Tak mau merepotkan adiknya. Lagipula, rasa pusingnya sudah mulai menghilang. Ditambah, sekarang sudah malam. Akan lebih baik, bila ke dokter besok siang sepulang sekolah. "Nggak usah, Dek. Kakak mau istirahat aja. Kayaknya, emang agak kecapean aja kali ya."

 

Sera menghela napas, tahu sifat kakaknya sedari dulu memang seperti itu tak mau merepotkan orang lain. Sehingga, kadang butuh pemaksaan lebih dulu. "Ya udah. Kalo gitu, gue anterin ke kamar kakak. Habis itu, harus beneran tidur. Jangan banyak mikirin hal nggak penting. Soalnya, gue nggak mau kakak kenapa-kenapa."

 

Razel mengangguk, lalu mengelus kepala Sera. Adiknya. Ia beruntung memiliki adik perhatian sekaligus peduli padanya. Meskipun, Sera sedikit menyebalkan tetap saja keduanya memang saling menyayangi satu sama lain.

 

Sera sedikit memapah Razel. Walaupun, Razel sempat menolak karena tak mau merepotkan adiknya. Namun, Sera memaksa kakaknya untuk menurut padanya. "Nurut aja, sih, Kak. Takutnya, pas lagi naik tangga kakak pusing lagi malah bisa jatuh kan bahaya banget."

 

"Oke." Razel tersenyum, mendengar perkataan Sera. Adiknya.

 

Razel berpikir ternyata memang menyenangkan mempunyai adik perempuan. Razel merasa beruntung memiliki Sera. Pun, ia berharap Sera merasakan hal yang sama seperti dirinya. Karena, banyak anak yang hanya tidak bisa memiliki saudara. Terlahir sebagai anak tunggal. Biasanya, merasakan kesepian bila ditinggal orang tuanya bekerja.

 

Sesampai di kamar Razel, Sera memperhatikan kamar kakaknya yang selalu rapih. Padahal, biasanya cowok tidak bisa merapikan kamarnya terlihat sangat berantakan. Namun, berbeda dengan kakaknya yang selalu membuatnya iri. Lantaran, dirinya saja kadang tidak bisa terlalu rapi saat merapikan kamar.

 

"Makasih udah nganterin gue sampai kamar kayak gini, Dek." Razel mengelus kepala Sera penuh kasih sayang.

 

Sera mengangguk, lalu tersenyum menatap kakaknya. "Iya sama-sama, Kak. Kayak sama siapa, sih. Udah sana tidur, biar pusingnya bisa ilang."

 

Razel tersenyum, lalu melangkah menuju ranjangnya. Sedang Sera, berjalan keluar dari kamar kakaknya.

 

"Good night." Razel serta Sera mengucapkan kata-kata secara bersamaan.

 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Keesokan pagi, Libby duduk di halaman rumahnya untuk menikmati udara pagi yang masih segar. Kebetulan hari ini, sekolah libur. Sehingga, gadis itu memilih bersantai. Meskipun, sembari sedikit olahraga berlari kecil di depan teras rumahnya.

 

Benar. Ternyata, udara pagi bisa membuat hati lebih tenang. Libby melihat beberapa bunga yang ada pada pot di halamannya. Tukang kebun rumahnya merawat bunga dengan baik seperti saat masih ada mendiang Mamanya. Ini merasa bahagia bisa melihat bunga-bunga di sama. Banyak kupu-kupu hinggap serta berterbangan.

 

"Mama pasti senang kalo di sini masih banyak bunga. Aku juga senang banget liatnya. Semoga benar-benar bisa dijaga dengan baik. Kayaknya, aku harus bantu siram tiap hari. Biar, tetap indah sekaligus segar." Libby mulai menyentuh bunga mawar merah pada pot di sana.

 

"Petik aja kalo emang mau, Non." Jaka, tukang kebun rumah Libby mendekat ke arah Libby.

 

Libby menoleh ke arah lelaki paruh baya itu. Kemudian, menyunggingkan senyum manisnya. Ia harus mengucapkan terima kasih pada Pak Jaka. Karena, masih mau meneruskan hobi Mama Libby untuk menanam bunga di sana. "Nggak, Pak. Oh ya... Makasih udah mau tetap nanam bunga di sini. Soalnya, Mama dulu tiap hari suka nyiram bunga sekaligus menikmati harum wangi bunga mawar."

 

Pak Jaka mengangguk, tahu bila Arini memang dulu sering membantunya menyiram bunga disana. Padahal, wanita itu merupakan pemilik rumah. Namun, mau ikut merawat bunga-bunga. Karena, memang sangat menyukai harum bunga-bunga itu. Sekarang, sepertinya sifat Arini menurun pada Libby. Anaknya. "Iya sama-sama, Non."

 

"Kalo gitu, nanti saya boleh bantu siram bunganya juga kan, Pak?" Libby menawarkan diri untuk melakukan pekerjaan tukang kebunnya.

 

"Nggak usah, Non. Nggak enak kalo ada yang liat, nanti--"

 

"Nggak apa-apa, Pak. Lagipula, itu emang kemauan saya, kok. Menyiram bunga kan bukan pekerjaan buruk. Juga, saya benar-benar pengin bantuin siram bunganya. Soalnya, biar selalu tumbuh dengan baik." Libby tersenyum, tak masalah bila ada yang melihatnya menyiram bunga. Itu bukan hal hina. Bahkan, cukup mulia dilakukan.

 

Jaka mengangguk, senang melihat anak majikannya tumbuh dengan baik. Mewarisi sifat baik dari Ibunya. Padahal, memiliki kekayaan melimpah tapi masih mau berbaur dengan pekerjanya. Itulah yang membuat Jaka kagum dengan Libby.

 

Sejujurnya, Jaka cukup tahu bila Libby tidak diperlakukan baik pada rumah itu. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu. Hanya bisa berdoa, agar anak majikannya bisa hidup lebih bahagia nantinya. Karena, kebenaran pasti akan terungkap pada waktu yang tepat. Serta, mendapatkan kebahagiaan abadi.

 

πŸ’•πŸ’•πŸ’•

 

Razel membuka matanya, ternyata sudah menunjukan pukul lima pagi. Pantas saja, alarm ponselnya berbunyi. Kemudian, ia melihat ada pesan masuk pada aplikasi berwarna biru muda berlogo pesawat kertas.

 

Kemudian, cowok itu membuka pesan lalu membacanya. Ia tahu, dari siapa pengirimnya. Karena, sudah melihat nama pengirimnya.

 

Harus terus maju untuk bisa bertahan dalam hidup ini. Akan tetapi, tidak perlu terburu-buru. Karena, itu bisa membuat kita salah melangkah. Sehingga, lebih baik secara perlahan. Asal, bisa mencapai tujuan dengan tepat. Itulah yang harus kita lakukan. Maka, hasil manis yang akan kita dapat di masa depan. Jadi, tetaplah semangat! Jangan lupa tersenyum!

 

-Manito (A.2)-

 

"Masih pagi udah bisa bikin gue senyum. Kata-kata dia emang selalu manis." Razel tersenyum sambil masih melihat isi pesan dari teman rahasianya. Seperti, ada sebuah magnet sampai bisa membuatnya selalu tersenyum.

 

- Akan Dilanjutkan -

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Teater
23316      3311     3     
Romance
"Disembunyikan atau tidak cinta itu akan tetap ada." Aku mengenalnya sebagai seseorang yang PERNAH aku cintai dan ada juga yang perlahan aku kenal sebagai seseorang yang mencintaiku. Mencintai dan dicintai. ~ L U T H F I T A ? Plagiat adalah sebuah kejahatan.
Yakini Hatiku
29      23     1     
Romance
Setelah kecelakaan yang menimpa Fathur dan dinyatakan mengidap amnesia pasca trauma, Fathur mulai mencoba untuk mengingat segala hal seperti semula. Dalam proses mengingatnya, Fathur yang kembali mengajar di pesantren Al-Ikhlas... hatinya tertambat oleh rasa kagum terhadap putri dari pemilik pesantren tersebut yang bernama Tsania. Namun, Tsania begitu membenci Fathur karena suatu alasan dan...
SI IKAN PAUS YANG MENYIMPAN SAMPAH DALAM PERUTNYA (Sudah Terbit / Open PO)
5774      1915     8     
Inspirational
(Keluarga/romansa) Ibuk menyuruhku selalu mengalah demi si Bungsu, menentang usaha makananku, sampai memaksaku melepas kisah percintaan pertamaku demi Kak Mala. Lama-lama, aku menjelma menjadi ikan paus yang meraup semua sampah uneg-uneg tanpa bisa aku keluarkan dengan bebas. Aku khawatir, semua sampah itu bakal meledak, bak perut ikan paus mati yang pecah di tengah laut. Apa aku ma...
Too Sassy For You
1558      703     4     
Fantasy
Sebuah kejadian di pub membuat Nabila ditarik ke masa depan dan terlibat skandal sengan artis yang sedang berada pada puncak kariernya. Sebenarnya apa alasan yang membuat Adilla ditarik ke masa depan? Apakah semua ini berhubungan dengan kematian ayahnya?
My Reason
719      474     0     
Romance
pertemuan singkat, tapi memiliki efek yang panjang. Hanya secuil moment yang nggak akan pernah bisa dilupakan oleh sesosok pria tampan bernama Zean Nugraha atau kerap disapa eyan. "Maaf kak ara kira ini sepatu rega abisnya mirip."
Dream
623      457     5     
Short Story
1 mimpi dialami oleh 2 orang yang berbeda? Kalau mereka dipertemukan bagaimana ya?
Golden Cage
504      291     6     
Romance
Kim Yoora, seorang gadis cantik yang merupakan anak bungsu dari pemilik restaurant terkenal di negeri ginseng Korea, baru saja lolos dari kematian yang mengancamnya. Entah keberuntungan atau justru kesialan yang menimpa Yoora setelah di selamatkan oleh seseorang yang menurutnya adalah Psycopath bermulut manis dengan nama Kafa Almi Xavier. Pria itu memang cocok untuk di panggil sebagai Psychopath...
Koude
3582      1275     3     
Romance
Menjadi sahabat dekat dari seorang laki-laki dingin nan tampan seperti Dyvan, membuat Karlee dijauhi oleh teman-teman perempuan di sekolahnya. Tak hanya itu, ia bahkan seringkali mendapat hujatan karena sangat dekat dengan Dyvan, dan juga tinggal satu rumah dengan laki-laki itu. Hingga Clyrissa datang kepada mereka, dan menjadi teman perempuan satu-satunya yang Karlee punya. Tetapi kedatanga...
Infatuated
867      569     0     
Romance
Bagi Ritsuka, cinta pertamanya adalah Hajime Shirokami. Bagi Hajime, jatuh cinta adalah fase yang mati-matian dia hindari. Karena cinta adalah pintu pertama menuju kedewasaan. "Salah ya, kalau aku mau semuanya tetap sama?"
Sweet Seventeen
1258      861     4     
Romance
Karianna Grizelle, mantan artis cilik yang jadi selebgram dengan followers jutaan di usia 17 tahun. Karianna harus menyeimbangkan antara sekolah dan karier. Di satu sisi, Anna ingin melewati masa remaja seperti remaja normal lainnya, tapi sang ibu sekaligus manajernya terus menyuruhnya bekerja agar bisa menjadi aktris ternama. Untung ada Ansel, sahabat sejak kecil yang selalu menemani dan membuat...