Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sweet Like Bubble Gum
MENU
About Us  

Rai: Ra.

Rai: seandainya kamu mau melakukan adegan dari novel yang kamu baca aku bersedia kok.

Rai: ke toko buku bareng, jalan bareng waktu senja atau di tengah hujan, nonton film romance, dengerin musik pakai satu earphone, foto di photo booth, pakai baju couple, itu contoh aja, ya.

Sora: πŸ’—

Sora: banyak banget adegan manis di novel yang pingin aku lakuin, Rai.

Rai: kita punya banyak waktu kok.

Rai: mau buat list?

Sora: ide bagusss!

Rai: Besok aku jemput kita buat list di Kafe gimana?

Rai: kita udah 3 hari  nggak ketemu lagi setelah class meeting.

Rai: Kamu mau liburan sama Sera dan Om Arsen?

Sora: baru bisa Minggu depan liburan sama Papa dan Sera. Minggu pertama Papa belum bisa.

Rai: jadi besok bisa?

Sora: tentu!

Gigi Sora akan kering karena kebanyakan nyengir kala membaca chat-chat dari Rai. Rambutnya pun sudah acak-acakan karena setiap salting ia akan berguling-guling di kasur.

Keberadaan Sera yang ada di depan meja rias Sora pun tidak dihiraukan. Sera hanya menggedikkan bahunya mendapati tingkah aneh kakaknya itu. Dia sudah terbiasa.

"Besok bantuin Kakak pilih baju ya, Seryl, ya!" ujar Sora.

"Kakak mau ke mana?" tanya Sera sembari mencoba memoleskan lipstik bewarna peach di bibirnya. Anak itu sedang bereksperimen dengan makeup milik Sora.

"Kafe."

"Sama Kak Rai, ya? Kalau sama Kak Davian mah Kakak nggak peduli sama outfit."

"Yup!"

"Kakak pacaran? Sama Papa udah dibolehin?"

Sora jadi tertegun. Papanya tidak banyak berkomentar akan kehadiran Rai, hanya pernah menyatakan keberatan kala Rai terlalu sering menjemputnya untuk berangkat sekolah bersama selebihnya Papa diam.

Selama ini ia dan Papa belum membahas soal pacaran. Dan sepertinya Sora harus membahas itu, terlebih ia sudah menerima pernyataan cinta Rai.

"Menurut kamu Papa bakal ngelarang?"

"Emm, aku nggak tahu. Tapi Papa bukan ayah yang galak."

Sora mengangguk-anggukkan kepalanya. Kemungkinan Papa bakal marah itu saat mengetahui ia berpacaran dengan Rai itu 50%.

"Tapi Kakak sebentar lagi ulang tahun. Minta kado ulang tahun ke Papa buat izin Kakak pacaran sama Kak Rai aja!"

Wow, ide adiknya itu sangat brilian dan licik. Sera memang anak yang pintar.

"Seryl umur kamu masih dua belas kamu jangan cinta-cintaan dulu, ya! Awas sampai kalau ketahuan Kakak!"

Sera berdecak sebal. "Nggak-nggak, Kak. Sudah lima orang yang memperingatkan aku, Tante Ersa, Om Irwan, Kak Davian, Papa, dan sekarang Kakak."

"Karena kamu itu kesayangan kita semua, si bungsu." Sora beranjak dan menerjang memeluk Sera membuat Sera salah memoles lipstik ke pipinya.
Walau kesal Sera membalas pelukan kakaknya.

🍬🍬🍬

 

"Kenapa cuma keluarin jeans aja? Nggak mau pakai rok?" Sera memperhatikan Sora yang sibuk mengeluarkan berbagai jeans dari lemarinya.

"Kan Rai bawa motor kalau pakai rok repot nanti," balas Sora sambil beralih mengeluarkan atasan-atasanya.

Sora menunjuk baju-baju yang sudah berserakan di atas ranjangnya. "Sekarang bantu pilihin."

Sera memilah-milah celana Sora, beberapa kali ia menempelkan celana itu ke kaki kakaknya. Dia akan berdecak atau menggeleng saat tidak puas, sudah seperti seorang ahli fashion saja.

Senyum Sera merekah ketika pilihannya jatuh pada celana jeans bootcut warna biru. "Lalu atasannya?" tanya Sora.

"Aku udah jatuh cinta sama ini!" Sora menunjuk atasan peplum dengan lengan pendek dan garis leher persegi berwarna putih. "Nyambung kok sama jeansnya."

"Ya udah aku cobain dulu." Sora pergi ke kamar mandi di kamarnya. Tak butuh waktu lama untuk berganti pakaian. Begitu selesai ia segera berdiri di depan cermin disaksikan Sera.

"Kan cantik!"

Sora tersenyum, mengangguk setuju. Badannya terlihat lebih tinggi dengan pakaian yang ia pakai.

"Nanti pakai juga kalung milik Mama. Yang mutiara-mutiara putih!"

"Oke, ide bagus. Sekarang Kakak mau make up dulu!"

Selama merias wajahnya Sora tak henti-hentinya diawasi oleh Sera. Sera memang banyak menaruh minat pada make up. Begitu semuanya sudah siap Sera mengajak Sora selfie untuk mengabadikan first date Sora.

 

🍬🍬🍬

 

"Wah, tambah ganteng aja!" Sora memamerkan seringai lebar sambil memandangi penampilan Rai. "Jadi kita couple nih?"

"Kan kita emang udah pacaran, Ra," jawab Rai.

"Baju kita maksudku, Rai. Kita sama-sama pakai baju putih dan jeans biru padahal nggak janjian!" jelas Sora.

Rai tersenyum lebar. "Namanya juga udah sehati!"

"Ya udah sini helmnya. Aku udah nggak sabar nyobain mint choco drink di Mumma Kafe."

"Biar aku pasangin." Rai memasangkan helm dan chinstrap membuat wajah mereka berdekatan. Mata mereka beradu dan senyum mereka sama-sama merekah.

Rai mengalihkan wajahnya lebih dulu sebab wajahnya terasa panas, ia juga tidak ingin Sora melihat wajahnya yang memerah. Sora terkekeh mendapati Rai salah tingkah, sengaja ia mengusap pipi Rai lembut. "Ganteng," ucapnya.

"Tahu, kamu udah bilang dua kali. Udah sekarang naik biar kita cepat sampai di Kafe."

Sora menaiki motor Rai. Jantung Rai berdegup kencang saat Sora melingkarkan tangannya di perutnya. Sebelum mengegas motornya Rai mengelus tangan Sora di perutnya, ia menoleh dan berucap, "Kamu juga cantik."

Sora mendekatkan wajahnya di samping wajah Rai. "Terima kasih," balasnya sambil tersenyum.

Perjalanan mereka diisi keheningan, bukan keheningan yang canggung, mereka hanya sama-sama menikmati momen itu. Setelah sampai mereka segera memesan dan duduk di kursi dekat jendela.

Sembari menunggu pesanan datang Sora mengambil note kecil dan pulpen dari sling bagnya. "Kita buat list-nya yuk!"

"Boleh-boleh. Kita nulisnya bergantian aja gimana? Kayak nomor satu kamu mau ngapain, nomor duanya aku," saran Rai yang langsung disetujui Sora.

Sora menuliskan kegiatan pertama yang ingin ia lakukan bersama Rai.

1. Menonton film 10 Things I Hate About You, tonton sampai menit terakhir!

Selesai menulis Sora menunjukkannya kepada Rai. "Katanya mau nonton Turtles All The Way Down? Atau kamu mau nonton yang ini dulu?" tanya Rai.

"Ini dulu aja! Yang ini aku beneran pingin nonton sama kamu."

"Baiklah. Di rumahku kan?"

"Boleh aja."

Rai selanjutnya bergantian menulis keinginannya. Ia puas setelah menulis keinginan pertamanya itu.

2. Main basket bareng, sama si Belle.

"Belle?" Glabela Sora berkerut ketika membaca keinginan Rai.

"Bolas basket kamu. Masa lupa? Kamu pernah main basket sama Bang Davian pakai si bola Belle."

Tawa Sora pecah dan baru berkurang saat waiters mengantarkan pesanan mereka. "Kamu tahu Belle?" tanya Sora setelah waiters beranjak dari mejanya.

"Aku baca tweet-nya Bang Davian." Masih segar diingatkan Rai ia uring-uringan gara-gara tweet itu.

"Kalau keberatan sama list yang aku tulis kamu komplain aja, ya," ujar Sora seraya menulis list selanjutnya.

"Selagi nggak membahayakan nyawa dan melanggar aturan aku nggak keberatan."

Sora pura-pura memberengut. "Jadi kamu nggak cinta mati sama aku, Rai?"

"Cinta itu sewajarnya aja, Sora. Cinta kadang bikin buta, cuman nggak sampai harus merenggang nyawa juga. Jadi horor kalau gitu."

"Jadi menurut kamu cinta masih kayak permen karet?" Sora menyilangkan tangannya di depan dada. "Sekarang kita lagi di manis-manisnya?"

"Ya," jawab Rai, "kita nggak bisa menutup mata, Ra, kalau suatu saat nanti kita pasti akan ribut-ribut kecil atau besar. Namun, kita nggak selamanya ribut-ribut juga, pasti kita bisa melakukan hal-hal menyenangkan juga."

Sora tidak tersinggung oleh jawaban Rai, sebab menurutnya jawaban itu sangat realistis. Teman aja masih sering ribut, apalagi yang hubungan lebih dari itu? Malah ia akan geli kalau Rai menjawab dengan manis misalnya, "Hubungan kita akan selamanya manis, Ra. Kamu akan menjadi cinta pertama dan terakhirku."

Dan, ayolah mereka masih remaja yang menginjak umur 17 tahun. Masa depan masih panjang. Percintaan mereka sekarang bisa jadi bertahan hingga mereka besar atau malah menjadi kenangan.

"Aku suka jawaban kamu."

"Nggak ngambek?"

Sora berdecak sebal, kemudian mengangsurkan list yang sudah ia tambah pada Rai.

3. Ke Gramedia bareng.

"Ah, aku jadi keinget waktu PMS dulu. Yang kamu tiba-tiba cerita telat bagun gara-gara baca novel, terus novelnya bikin kamu kesel itu," ujar Rai antusias.

Glabela Sora berkerut mengingat-ingat kejadian yang disebutkan Rai. Begitu ingat Sora langsung terkekeh, bahkan di hari itu Rai meminjamkan jaketnya padahal ia sakit perut karena pms buka masuk angin.

"Ra, seandainya kamu mau cerita-cerita ke aku novel yang sedang kamu baca boleh banget. Setiap cerita film atau novel kamu selalu antusias." Tangan Rai terulur mengacak rambut Sora.

"Si Milo juga pernah memprediksi kalau kamu mau ajak date ke Gramedia," lanjut Rai.

"Itu mimpi semua jomblo yang suka baca buku macam aku sama Milo, Rai!"

"Sekarang kamu nggak jomblo."

"Jadi kamu nggak keberatan?" Sora menaikkan satu alisnya.

"Kenapa keberatan?"

"Takutnya kamu keberatan."

"Nggak kok. Aku emm juga udah mulai baca novel." Jari telunjuk Rai menggaruk-garuk hidungnya menandakan ia sedang salah tingkah.

"Eh?"

"Awalnya Milo yang nyuruh agar belajar dari cowok-cowok fiksi caranya pdkt," jelas Rai sambil tersipu.

Sora meledakkan tawanya. Membayangkan tampang Rai yang disuruh Milo membaca novel pasti sangat konyol. "Tapi belajar sama mereka nggak ada salahnya kok. Nyatanya kamu nerima aku dan kita pacaran."

"Iya-iya. Sekarang yang nomor empat apa?"

Kegiatan membuat list kencan itu terus berlanjut hingga siang. Sampai mereka dua kali memesan minuman dan makanan. Dan begitu senja datang mereka memilih keluar dari Kafe dan berjalan ke taman dekat TK Harapan Kasih, menikmati langit yang berubah warna.

 

🍬🍬🍬

 

"Papa di mana, Ra?" tanya Sora pada Sera yang sedang menonton TV.

"Sedang sama Tom di belakang, Kak," jawab Sera.

Di taman kecil belakang rumah Arsen sedang mengutak-atik alat pancingnya. Sudah lama sekali ia tidak memancing. Menyadari kedatangan anak sulungnya Arsen menoleh kemudian menyuruh Sora duduk di kursi sebelahnya.

"Papa mau mancing? Papa udah lama juga nggak mancing kan?" tanya Sora.

"Nggak, Ra. Ini Papa cuman lihat si Tom rusak apa nggak soalnya kelamaan ditaruh di gudang," jawab Arsen.

"Mau mancing juga nggak papa kok, Pa. Kapan terakhir Papa menikmati waktu sendiri? Sudah lama banget kayaknya. Papa juga berhak bersenang-senang, jangan terus-terusan nemenin aku sama Sera mulu, Pa."

Arsen terkekeh hingga kerutan di sudut matanya terlihat jelas. "Bersama dengan kalian Papa lebih senang."

Karena Arsen pernah melewatkan kebersamaan bersama Sora dan Sera ketika mereka tumbuh. Karena Arsen tidak tahu berapa banyak waktu yang mereka punya untuk terus bersama. Dia kehilangan Indi begitu cepat, padahal dulu ia percaya mereka bisa menua bersama.

"Kalau memang ada yang pingin Papa lakuin, lakuin aja. Jangan ditahan-tahan hanya karena aku dan Sera, kita nggak akan ke mana-mana, Pa."

"Iya-iya, Nak." Arsen mengusap lembut kepala Sera. "Tadi gimana ngedate-nya sama Rai?"

Sora membelalak. "Eh? Seryl ya yang bilang?"

Arsen mengangguk sembari kembali terkekeh akibat ekspresi lucu Sora yang terkejut.

"Sora pacaran sama Rai, Pa," aku Sora. Perasaan bersalah merambati hati Sora. Seharusnya ia bilang lebih awal.

"Papa tahu." Pada akhirnya Arsen akan menghadapi anak-anaknya yang mulai menyukai lawan jenis. Ingin sekali ia bersikap protektif pada Sora, tetapi ia tidak ingin mengekang anak sulungnya itu. Sekarang yang bisa dilakukannya adalah menjelaskan bagaimana mereka harus menjaga sikap juga batasan dan prioritas mereka.

"Papa marah?" tanya Sora takut-takut.

"Nggak, Sora. Papa tahu sebelum kamu mengambil keputusan kamu sudah menimbang-nimbang dulu kan? Papa hanya ingin kamu tidak berbuat lebih jauh bersama Rai sampai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Menjaga batasan dan sikap. Dan kamu tahu kan prioritas kamu sekarang?"

Tentu saja Sora mengerti apa itu 'hal-hal yang tidak diinginkan'. Umurnya sudah mau beranjak 17 tahun sebentar lagi. Untuk prioritas Rai bukanlah di posisi pertama, prioritasnya sekarang adalah belajar, menggapai cita-cita, dan bisa membanggakan Papa dan Mama.

"Tahu, Pa."

"Bagus. Papa percaya sama kamu." Arsen kembali mengulas Surai hitam putri sulunya.



[ ]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
PUZZLE - Mencari Jati Diri Yang Hilang
583      431     0     
Fan Fiction
Dazzle Lee Ghayari Rozh lahir dari keluarga Lee Han yang tuntun untuk menjadi fotokopi sang Kakak Danzel Lee Ghayari yang sempurna di segala sisi. Kehidupannya yang gemerlap ternyata membuatnya terjebak dalam lorong yang paling gelap. Pencarian jati diri nya di mulai setelah ia di nyatakan mengidap gangguan mental. Ingin sembuh dan menyembuhkan mereka yang sama. Demi melanjutkan misinya mencari k...
Cinta Pertama Bikin Dilema
5254      1434     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...
Renata Keyla
6813      1577     3     
Romance
[ON GOING] "Lo gak percaya sama gue?" "Kenapa gue harus percaya sama lo kalo lo cuma bisa omong kosong kaya gini! Gue benci sama lo, Vin!" "Lo benci gue?" "Iya, kenapa? Marah?!" "Lo bakalan nyesel udah ngomong kaya gitu ke gue, Natt." "Haruskah gue nyesel? Setelah lihat kelakuan asli lo yang kaya gini? Yang bisanya cuma ng...
Si 'Pemain' Basket
5137      1364     1     
Romance
Sejak pertama bertemu, Marvin sudah menyukai Dira yang ternyata adalah adik kelasnya. Perempuan mungil itu kemudian terus didekati oleh Marvin yang dia kenal sebagai 'playboy' di sekolahnya. Karena alasan itu, Dira mencoba untuk menjauhi Marvin. Namun sayang, kedua adik kembarnya malah membuat perempuan itu semakin dekat dengan Marvin. Apakah Marvin dapat memiliki Dira walau perempuan itu tau ...
One Step Closer
2387      998     4     
Romance
Allenia Mesriana, seorang playgirl yang baru saja ditimpa musibah saat masuk kelas XI. Bagaimana tidak? Allen harus sekelas dengan ketiga mantannya, dan yang lebih parahnya lagi, ketiga mantan itu selalu menghalangi setiap langkah Allen untuk lebih dekat dengan Nirgi---target barunya, sekelas juga. Apakah Allen bisa mendapatkan Nirgi? Apakah Allen bisa melewati keusilan para mantannya?
Premium
Cheossarang (Complete)
22070      2000     3     
Romance
Cinta pertama... Saat kau merasakannya kau tak kan mampu mempercayai degupan jantungmu yang berdegup keras di atas suara peluit kereta api yang memekikkan telinga Kau tak akan mempercayai desiran aliran darahmu yang tiba-tiba berpacu melebihi kecepatan cahaya Kau tak akan mempercayai duniamu yang penuh dengan sesak orang, karena yang terlihat dalam pandanganmu di sana hanyalah dirinya ...
Ruang Suara
209      146     1     
Inspirational
Mereka yang merasa diciptakan sempurna, dengan semua kebahagiaan yang menyelimutinya, mengatakan bahwa β€˜bahagia itu sederhana’. Se-sederhana apa bahagia itu? Kenapa kalau sederhana aku merasa sulit untuk memilikinya? Apa tak sedikitpun aku pantas menyandang gelar sederhana itu? Suara-suara itu terdengar berisik. Lambat laun memenuhi ruang pikirku seolah tak menyisakan sedikitpun ruang untukk...
Aldi. Tujuh Belas. Sasha.
513      296     1     
Short Story
Cinta tak mengenal ruang dan waktu. Itulah yang terjadi kepada Aldi dan Sasha. Mereka yang berbeda alam terikat cinta hingga membuatnya tak ingin saling melepaskan.
Jalan Menuju Braga
516      376     4     
Romance
Berly rasa, kehidupannya baik-baik saja saat itu. Tentunya itu sebelum ia harus merasakan pahitnya kehilangan dan membuat hidupnya berubah. Hal-hal yang selalu ia dapatkan, tak bisa lagi ia genggam. Hal-hal yang sejalan dengannya, bahkan menyakitinya tanpa ragu. Segala hal yang terjadi dalam hidupnya, membuat Berly menutup mata akan perasaannya, termasuk pada Jhagad Braga Utama--Kakak kelasnya...
Pertualangan Titin dan Opa
3570      1363     5     
Science Fiction
Titin, seorang gadis muda jenius yang dilarang omanya untuk mendekati hal-hal berbau sains. Larangan sang oma justru membuat rasa penasarannya memuncak. Suatu malam Titin menemukan hal tak terduga....