Loading...
Logo TinLit
Read Story - Luka dalam Asmara
MENU
About Us  

Setetes darah mengalir pelan dari luka yang tergores potongan besi kecil dari jari jemarinya. Warna yang begitu pekat dan kental lalu jatuh ke atas tanah membuat aromanya menguar jauh lebih kuat. Tanpa mengenakan alas sesosok gadis berambut hitam berjalan keluar dari ruangan—menapaki jalan yang tergenang sungai darah. Dia tidak menunjukkan ekspresi apa pun bahkan tatapan matanya terlihat kosong seolah di dalam tubuh mungil itu tidak ada jiwa. 

 

Sesekali dia bergumam lirih, entah apa yang disebutkannya tapi beberapa orang di sekitar telah menggila dan berlari ke arahnya. Tepat setelah mereka berniat menyerang gadis itu, Eva terbangun dari tidurnya. Namun dia tidak benar-benar sedang sadar atau lebih tepatnya berjalan tidur di dini hari. 

 

“Aku tidak mungkin berada di tempat ini sepanjang waktu,” ucapnya. 

 

Kecuali Ash yang tidak terlihat batang hidungnya, baik Sena maupun kakek, tidak ada yang sadar akan kepergian Eva. Dini hari ini sangat sepi tanpa adanya aktivitas keseharian penduduk kota sehingga membuat Eva berjalan bebas tanpa hambatan. Sosok Eva yang sekarang nampak bukan seperti Eva sendiri melainkan orang lain yang sedang merasuki tubuhnya dan membawa dia pergi menuju ke suatu tempat.

 

Pedesaan terpencil tanpa nama sudah hancur berkeping-keping. Menyisakan sedikit abu serta puing-puing yang sudah tidak berguna. Terdapat segelintir para petugas tak berseragam berkumpul di sana sembari berdiskusi dengan sebuah kain simbol yang mereka bawa. Eva berada di kejauhan, memandang mereka dengan tatapan rendah seakan jijik. 

 

“Kenapa mereka ada di sana?” 

 

Eva melanjutkan langkahnya—menghampiri mereka. Bahkan berdiri di samping mereka saja tidak ada yang sadar sama sekali, seolah-olah Eva tidak ada di sana.

 

“Kain simbol ini kalian temukan di mana?”

“Kami menemukannya di genggaman mayat. Mayat seorang pria.”

“Dia terkena wabah?”

“Benar. Itu ditemukan dalam genggaman tangan pria itu. Apa perlu kita selidiki?”

“Tidak usah. Mayat yang sudah hangus mana mungkin bisa dikenali, bahkan jejak yang tersisa hanyalah abu tulang tangannya 'kan?”

“Benar.” 

 

Terdapat sebuah simbol aneh di atas kain lusuh itu. Anehnya gambar simbol masih utuh begitu juga dengan kainnya, sedangkan yang lain bahkan tubuh manusia sudah hangus terbakar. Lelaki yang mengenakan kacamata hitam memeriksa kain itu dengan seksama, mencoba mencari tahu lebih lanjut agar tidak melewati sesuatu yang penting tapi berujung sia-sia karena hanya kain bersimbol itu saja yang tersisa. 

 

“Baiklah semua kembali menjadi buntu. Petunjuk yang dikumpulkan tidak pernah mengarah ke satu hal sehingga kita tidak bisa memecahkannya.”

“Anda benar. Tapi saya rasa ini belum berakhir. Jika saja ada orang yang selamat, mungkin kita akan mengetahui sesuatu yang lain.”

 

Tak berselang lama setelah percakapan mereka berakhir, hawa kesadaran Eva membuat sekelompok petugas itu tersentak kaget. Bahkan ada yang sampai jatuh terjungkal, ada juga yang mulutnya menganga dan situasi pun mendadak hening seketika. 

 

“Akulah orang yang selamat dari desa terpencil ini. Mendengar kalian membutuhkan aku, itu berarti aku boleh ikut campur, 'kan?” sahut Eva sambil tersenyum lebar. Pandangannya masih kosong tapi dia berbicara seolah-olah sadar.

 

Tiba-tiba saja seorang gadis datang, semua orang di sana sangat terkejut hingga sulit mengatakan apa pun. Termasuk lelaki berkacamata hitam, Ash, mendapati sosok Eva yang janggal—dia merasa kebingungan.

 

“Kenapa kalian semua diam? Aku tidak sedang berbohong.” Sisi Eva yang lain mencoba menjelaskan keberadaannya di sini dan semua yang dia katakan bukanlah kebohongan. 

 

Kehadirannya saja sudah mencurigakan terlebih dia muncul saat dini hari membuat mereka berspekulasi buruk tentangnya. Tidak yakin dan tetap menaruh curiga, salah satunya hendak mengajukan sebuah pertanyaan namun Ash merentangkan lengan kanannya agar orang itu tidak perlu angkat bicara. 

 

“Aku mengenalnya. Kalian bubarlah, hari ini sampai sini saja.” 

“Baik.” 

 

Kelompok petugas itu kemudian dibubarkan, yang tersisa hanya Eva dan Ash saling bertatapan satu sama lain. Eva tersenyum sedangkan Ash mengerutkan kening tanda menahan amarah. 

 

“Aku tahu yang saat ini sedang aku hadapi bukanlah gadis yang aku kenal. Sebenarnya kamu itu siapa?” Ash mengajukan pertanyaan.

 

“Aku Eva, memangnya ada siapa lagi? Daripada memikirkan hal itu, aku ingin kita menyelidiki tentang wabah ini secepatnya.” Dia kembali mengalihkan pembicaraan. 

 

Kening Ash kian mengerut, tangannya mengepal seakan ingin meninju. Ash berupaya keras tuk menahan amarah selagi bisa dikendalikan lantaran sosok orang ini tengah mendiami tubuh gadis yang dia dambakan. Ash tidak akan melakukan hal keji itu padanya.

 

“Silahkan saja kalau kamu ingin memukulku, itu hakmu. Aku juga telah merepotkanmu selama dua hari ini dan setelahnya juga akan tetap begitu. Maaf,” kata Eva. 

 

“Ini terdengar ambigu. Pertama, katakan dulu siapa dirimu.” Dengan jelas Ash meminta pernyataan. 

 

Eva kemudian menjawab, “Sudah kubilang aku Eva. Tidak ada seorang pun yang lain.” Lalu menggelengkan kepala. 

 

Rasanya sulit dipercaya saat ini ada sosok lain di dalam tubuh Eva namun sosok ini tidak pernah mau mengungkapkan jati dirinya sehingga membuat Ash kerepotan. 

 

“Baiklah, anggap saja kamu adalah Eva. Lalu apa yang membawamu kemari sampai-sampai kamu meminta kerja sama agar dapat menyelidiki wabah ini bersama?” tanya Ash dengan suara yang tegas. Di sana dia menekankan kalau sosok itu tidak berhak ikut campur. 

 

“Mau bagaimana lagi kalau kamu tidak percaya tapi aku bisa pastikan satu hal mengenai simbol yang ada di situ,” katanya sembari menunjuk kain bersimbol. 

 

Eva mengetahui sesuatu tentang kain bersimbol itu, dan berkata bahwa kain bersimbol memang ada hubungannya dengan wabah darah yang selama ini tidak ketemu titik terangnya. Hal yang membuat Ash kewalahan hingga beberapa tahun terakhir menemukan sebuah kunci di mana kunci itu adalah sebuah petunjuk besar. 

 

Tepat berada di hadapannya ada sebuah petunjuk. Mana mungkin Ash bisa melewatkannya, akan tetapi dia tidak bisa percaya begitu saja dan terlebih lagi orang yang membicarakan ini saja tidak mau mengungkapkan jati diri aslinya. 

 

“Baiklah aku akan mengikutsertakan dirimu.” Ash menunjuk sosok itu dan kembali bicara saat Eva tertawa girang, “Tapi kembalikan Eva sekarang.” 

 

Gadis itu mengangguk sembari tersenyum dan beberapa saat kemudian dia langsung tidak sadarkan diri. Lekas Ash menangkapnya tepat sebelum terjatuh ke tanah. Dia hanya menyentuhnya sedikit tapi tubuh Eva sangat dingin seperti baru saja keluar dari lemari es. Tidak hanya itu bahkan dia keluar tanpa mengenakan alasnya lagi. 

 

Meski sosok itu sudah pergi namun Ash masih menyimpan banyak sekali pertanyaan di dalam benak. Selain sosok lainnya muncul tiba-tiba, Eva yang mampu melewati hutan saat langit gelap dan berhasil memasuki desa tanpa sedikitpun terluka adalah hal yang paling janggal. Mengingat Eva hanyalah gadis desa maka tak seharusnya dia memiliki rahasia yang berkaitan dengan wabah darah. 

 

“Tapi apa bedanya denganku yang juga memiliki rahasia tapi aku tidak pernah mengungkapnya pada gadis ini.”

 

Di suatu tempat yang tidak jauh dari pedesaan terdapat sebuah pos ronda yang terbuat dari bambu-bambu. Dekat dengan persawahan, di sanalah mereka berdua berada. Ash menemani Eva yang tengah tertidur pulas dalam pangkuannya, dia terlihat sangat kecil seperti anak balita dan itu membuat Ash tersenyum senang. Nampaknya dia benar-benar memperlakukan Eva seperti anak kecil. 

 

“Hei gadis cengeng. Jika kamu tidak segera bangun maka aku akan meninggalkanmu sendirian di sini.” 

“Maafkan aku.” 

 

Ash mengedipkan matanya beberapa kali lantaran terkejut begitu mendengar respon Eva. Padahal Ash hanya bermaksud menggodanya kala gadis ini masih tertidur tetapi siapa sangka dia sudah terbangun bahkan mendengar ucapannya barusan. Eva masih terlihat sangat lelah dan lemah seakan energinya terkuras karena sewaktu itu. Sosok lainnya tidak lagi muncul—kali ini benar-benar Eva. 

 

“Eva, apa kamu mengingat sesuatu kemarin?” tanya Ash memastikan. 

 

Selama beberapa menit setelah dia mengubah posisinya menjadi duduk, Eva tidak menjawab pertanyaan Ash sama sekali. Kepalanya tertunduk ke bawah tanpa menunjukkan sedikit ekspresi seolah memang tidak mau menjawab. Hal itu membuat Ash berpikir bahwa yang dihadapinya saat ini adalah sosok lain Eva. 

 

“Kamu bukan lagi Eva? Kenapa malah muncul?”

 

Begitu Ash spontan melontarkan pertanyaan, sontak Eva memicingkan mata. Gadis itu sangat terkejut melihatnya marah secara mendadak seperti ini. 

 

“Apa yang kamu katakan? Eva adalah aku. Kenapa malah menganggap aku ini orang lain?” sahut Eva yang kesal. 

 

Selama beberapa hari ini hidupnya tidak tenang bahkan saat tidur pun dia terbawa mimpi buruk sepanjang malam. Perasaan gelisah akan bahaya yang mungkin masih menunggunya itu telah menjadikan Eva cepat sekali marah. Setelah mendengar penyangkalannya, Ash seketika sadar yang berhadapan dengannya saat ini adalah Eva sungguhan. 

 

“Eva, ini sungguh kamu?” 

 

Ash meraih kedua tangan kecil itu, membelai wajahnya yang lembut dia menunjukkan ekspresi khawatir. Kening Ash mengerut, bibirnya terus mengucapkan banyak hal yang berkaitan dengan Eva sendiri. Terlihat begitu jelas kalau orang ini sangat mengkhawatirkan dirinya. 

 

Apa yang membuat Ash begitu cemas dan apa yang membuatnya begitu memperhatikan keadaannya, Eva sama sekali tidak mengerti. Secara samar-samar dia mengingat kejadian pada dini hari namun dia masih belum paham apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan dirinya pun menyimpan sebuah rahasia yang tidak diketahuinya sendiri. 

 

Eva menarik dan membuang napas secara berulang kali dengan perlahan. Luka di bagian kedua kakinya membuat Eva kembali meringis kesakitan. Luka itu masih belum kering dan sepertinya bertambah lagi tanpa kejelasan yang pasti. Namun Eva merasa lukanya sudah diobati. Dia menatap Ash dengan berpikir dialah yang merawatnya saat terjadi sesuatu.

 

“Aku tidak mengingat apa yang terjadi tapi apa memang benar sudah terjadi hal buruk padaku? Atau padamu?” Eva bertanya dengan lemah lembut. 

“Sepertinya aku tidak bisa berbohong.” 

 

Ash tidak dapat menyembunyikan perihal ini di depan Eva sendiri. Dia pun menjelaskan semua yang diketahui mulai dari awal hingga Eva berakhir tertidur di tempat ini. Diceritakan sesingkat mungkin namun tetap pada inti cerita yang takkan disembunyikan. Meskipun terdengar aneh tapi Eva terlihat mempercayai semua omongannya tanpa ragu.

 

“Aku merepotkanmu lagi. Maafkan aku, Ash.”

“Tidak. Lagi pula kamu cukup membantu.”

“Membantu?” 

 

Ash menganggukkan kepala lalu kembali menunjukkan kain bersimbol sembari menjelaskan bahwa hanya dengan keberadaan sosok lain Eva saja sudah mengarahkan mereka ke sebuah petunjuk besar lainnya. Mau bagaimanapun wabah darah sulit diatasi dan begitu tertular tidak akan bisa disembuhkan dengan segala cara. Secara tidak langsung Ash mengisyaratkan kalau Eva memang memiliki petunjuk itu di dalam tubuhnya sendiri.

 

Kain bersimbol dengan bentuk yang mirip dengan lingkaran sihir dari negeri barat serta memiliki kemiripan dengan simbol okultisme dari timur itu nyatanya memiliki petunjuk. Bisa dikatakan benda itu bukan berasal dari dunia ini. Munculnya wabah darah saja sudah tidak masuk akal. Seberapa keras Ash mencoba berpikir pun tidak akan sampai dengan pikirannya yang penuh logika. 

 

“Aku tidak percaya dengan hal semacam itu. Kalau begini caranya, para petugas bukan lagi ahlinya dalam memecahkan kasus ini,” pikir Ash. Dia kemudian menghela napas kecewa.

 

Meski Ash berpikir begitu tapi Eva tidak. 

 

“Jangan menyerah, Ash.” 

 

Eva menggenggam tangan Ash sembari menyunggingkan senyum manis. Raut wajahnya terlihat lebih baik setelah Ash mengungkapkan semua fakta tentang dirinya. Dia juga sangat yakin bahwa wabah darah ini bisa diatasi dengan segala petunjuk yang ada. Entah dari mana datangnya kepercayaan diri itu namun anehnya Ash merasa tenang dan percaya. 

 

“Jangan sembarangan menyentuh lelaki, nona muda. Apa kamu tidak takut jika aku akan menerkam dirimu nanti?” ujar Ash setengah meledek. Dia tersenyum sembari mengangkat tangan gadis itu lantas mendekatkannya ke bibir seolah sedang mengecupnya. 

 

Bagai tersengat panas di siang bolong, wajah Eva merah memanas. Dia tidak terbiasa dengan gombalan manis Ash sehingga sering dibuat salah paham. Eva pun mengamuk karenanya. Protes di setiap tindakan Ash yang berlebihan dan mencoba memberinya peringatan agar tidak bersikap seperti ini lagi.

 

Eva menarik tangannya lalu memeluk tubuhnya sendiri seakan sedang melindungi diri dari bahaya yang berada di dekatnya. Berbeda dengan Eva, Ash justru tertawa bahak-bahak dan berpikir ini sangat lucu. Reaksi malu-malunya malah membuat Ash tertawa girang. Dia merasa senang karena berhasil menggoda Eva berulang kali sehingga dapat mengubah ekspresi muramnya.

 

Berawal dari pertemuan di hutan pada malam hari itu hingga berbagi rasa suka maupun duka di setiap kali mereka berbincang telah menumbuhkan rasa yang bahkan sulit dipahami oleh orang dewasa. Ini bukan mengenai nafsu sesaat karena melihat gadis cantik ataupun pria tampan melainkan tentang perasaan nyaman yang jarang mereka temui dalam kehidupan ini. 

 

Kenyamanan sesaat yang membuat mereka akan kesepian begitu tidak saling bertemu satu sama lain. Entah ini merupakan kabar baik atau buruk tetapi pandangan mereka berdua sudah menyatakan perasaan terdalam masing-masing tanpa sadar. Jari jemari kedua orang itu saling bertaut dan di setiap sentuhan di antara mereka yang intens dan terasa panas telah membuat keduanya saling terpikat begitu dalam. Kapan saja mereka bisa terjatuh bersama namun pengingat dari kak Sena menyadarkan Ash. 

 

Ash menarik dirinya sembari memalingkan wajah. Dia menutupi wajah memerah malu itu dengan tangannya yang gemetar dan bahkan berjaga jarak. Eva terkejut karena Ash tiba-tiba melakukan hal ini, dia pun kecewa namun tidak berbicara apa-apa selain menatap langit dengan ekspresi seperti biasa. 

 

“Aku tahu Ash bukanlah lelaki yang akan menerima perasaan dari seorang gadis. Aku juga tahu bahwa wanitamu bisa kamu pilih sendiri dan aku yakin aku tidaklah cocok untukmu,” tutur Eva. 

 

"Bukan seperti itu." Ash membatin, dia menyangkal namun tidak berani mengatakan ini secara langsung. Mengatakan kalau apa yang dipikirkan Eva tidaklah benar entah mengapa terasa sulit baginya.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kisah yang Kita Tahu
5804      1746     2     
Romance
Dia selalu duduk di tempat yang sama, dengan posisi yang sama, begitu diam seperti patung, sampai-sampai awalnya kupikir dia cuma dekorasi kolam di pojok taman itu. Tapi hari itu angin kencang, rambutnya yang panjang berkibar-kibar ditiup angin, dan poninya yang selalu merumbai ke depan wajahnya, tersibak saat itu, sehingga aku bisa melihatnya dari samping. Sebuah senyuman. * Selama lima...
Goddess of War: Inilah kekuatan cinta yang sesungguhnya!
7128      1806     5     
Fantasy
Kazuki Hikaru tak pernah menyangka hidupnya akan berubah secepat ini, tepatnya 1 bulan setelah sekembalinya dari liburan menyendiri, karena beberapa alasan tertentu. Sepucuk surat berwarna pink ditinggalkan di depan apartemennya, tidak terlihat adanya perangko atau nama pengirim surat tersebut. Benar sekali. Ini bukanlah surat biasa, melainkan sebuah surat yang tidak biasa. Awalnya memang H...
Chahaya dan Surya [BOOK 2 OF MUTIARA TRILOGY]
11766      2199     1     
Science Fiction
Mutiara, or more commonly known as Ara, found herself on a ship leading to a place called the Neo Renegades' headquarter. She and the prince of the New Kingdom of Indonesia, Prince Surya, have been kidnapped by the group called Neo Renegades. When she woke up, she found that Guntur, her childhood bestfriend, was in fact, one of the Neo Renegades.
One hour with Nana
419      295     3     
Short Story
Perkelahiannya dengan Mandala sore itu, membuat Egi dalam masalah. Mandala tewas setelahnya dengan tubuh penuh luka tusukan. Semua orang, pasti akan menuduh Egi sebagai pelaku. Tapi tidak bagi seorang Nana. Bagaimana Gadis berwajah pucat itu menangkap pelaku sebenarnya? Bisakah Egi selamat dari semua kejadian ini?
Cute Monster
683      394     5     
Short Story
Kang In, pria tampan yang terlihat sangat normal ini sebenarnya adalah monster yang selalu memohon makanan dari Park Im zii, pekerja paruh waktu di minimarket yang selalu sepi pengunjung. Zii yang sudah mencoba berbagai cara menyingkirkan Kang In namun selalu gagal. "Apa aku harus terbiasa hidup dengan monster ini ?"
Edelweiss: The One That Stays
2382      953     1     
Mystery
Seperti mimpi buruk, Aura mendadak dihadapkan dengan kepala sekolah dan seorang detektif bodoh yang menginterogasinya sebagai saksi akan misteri kematian guru baru di sekolah mereka. Apa pasalnya? Gadis itu terekam berada di tempat kejadian perkara persis ketika guru itu tewas. Penyelidikan dimulai. Sesuai pernyataan Aura yang mengatakan adanya saksi baru, Reza Aldebra, mereka mencari keberada...
Dominion
247      195     4     
Action
Zayne Arkana—atau yang kerap dipanggil Babi oleh para penyiksanya—telah lama hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Perundungan, hinaan, dan pukulan adalah makanan sehari-hari, mengikis perlahan sisa harapannya. Ia ingin melawan, tapi dunia seolah menertawakan kelemahannya. Hingga malam itu tiba. Seorang preman menghadangnya di jalan pulang, dan dalam kepanikan, Zay merenggut nyawa untuk p...
Mysterious Call
506      338     2     
Short Story
Ratusan pangilan asing terus masuk ke ponsel Alexa. Kecurigaannya berlabuh pada keisengan Vivian cewek populer yang jadi sahabatnya. Dia tidak sadar yang dihadapinya jauh lebih gelap. Penjahat yang telah membunuh teman dekat di masa lalunya kini kembali mengincar nyawanya.
The War Galaxy
13200      2674     4     
Fan Fiction
Kisah sebuah Planet yang dikuasai oleh kerajaan Mozarky dengan penguasa yang bernama Czar Hedeon Karoleky. Penguasa kerajaan ini sungguh kejam, bahkan ia akan merencanakan untuk menguasai seluruh Galaxy tak terkecuali Bumi. Hanya para keturunan raja Lev dan klan Ksatrialah yang mampu menghentikannya, dari 12 Ksatria 3 diantaranya berkhianat dan 9 Ksatria telah mati bersama raja Lev. Siapakah y...
IRIS
531      396     2     
Short Story
Alf terlahir dalam dunianya yang gelap, sementara Faye hidup dalam sisi yang berlawanan dengannya. Namun, siapa sangka jika ternyata sesekali Faye menginginkan hidup di posisi Alf. Sedangkan Alf telah memutuskan untuk mengakhiri kehidupan hitamnya, bukan beralih ke dunia putih milik Faye, namun ke kehidupan yang sebelumnya telah dipilih ibunya, Sang Pengkhianat.