Loading...
Logo TinLit
Read Story - Liera and friends
MENU
About Us  

Elara mencoba terus menyadarkan Indah dan Chloe tentang pentingnya persahabatan. Ia mengingatkan mereka tentang kenangan indah yang telah mereka lalui bersama Liera, dan betapa bodohnya mereka membiarkan masalah kecil menghancurkan segalanya.

 

"Kalian tahu, Liera adalah teman yang baik," kata Elara, dengan suara lembut. "Dia selalu ada untuk kita, selalu mendukung kita. Kenapa kita harus menyakitinya seperti ini hanya karena masalah cowok dan kecemburuan?"

 

Kata-kata Elara menyentuh hati Indah dan Chloe. Mereka mulai merenungkan tindakan mereka. Mereka menyadari betapa egoisnya mereka, dan betapa salahnya mereka menyalahkan Liera atas semua yang terjadi.

 

"Kamu benar, Elara," kata Indah, dengan suara lirih. "Kami salah. Kami tidak seharusnya menyalahkan Liera."

 

"Kami minta maaf," tambah Chloe, dengan suara menyesal. "Kami terlalu dibutakan oleh kecemburuan."

 

Elara merasa lega melihat teman-temannya akhirnya sadar. Ia tahu, ini adalah langkah awal untuk memperbaiki persahabatan mereka.

 

"Kalau begitu, ayo kita bicara dengan Liera," kata Elara. "Kalian minta maaf padanya."

Indah dan Chloe mengangguk. Mereka bertiga berjalan menuju tempat tidur Liera, yang masih asyik dengan buku sketsanya dan earphone di telinganya.

 

"Liera," panggil Elara, dengan suara pelan.

Liera tidak mendengar. Ia terlalu fokus pada gambarnya dan musik yang didengarkannya.

 

"Liera," panggil Elara lagi, sedikit lebih keras.

Liera akhirnya mendengar namanya. Ia melepas earphone dan menatap teman-temannya dengan bingung.

 

"Ada apa?" tanyanya.

 

"Kami ingin bicara denganmu," kata Indah.

Liera merasa curiga. Ia tidak tahu apa yang diinginkan teman-temannya.

 

"Kami minta maaf, Liera," kata Chloe, dengan suara tulus. "Kami salah. Kami tidak seharusnya menjauhimu."

 

"Kami terlalu cemburu," tambah Indah. "Kami minta maaf karena telah menyakitimu."

 

Liera terkejut mendengar permintaan maaf teman-temannya. Ia tidak menyangka mereka akan mengakui kesalahan mereka.

 

"Kalian tidak perlu minta maaf," kata Liera, dengan suara lembut. "Aku mengerti."

 

"Tidak, kami salah," kata Elara. "Kami seharusnya tidak membiarkan masalah kecil menghancurkan persahabatan kita."

Liera tersenyum. Ia merasa lega dan bahagia melihat teman-temannya akhirnya bersatu kembali.

 

"Aku memaafkan kalian," kata Liera. "Yang penting, kita bisa berteman lagi."

Indah, Chloe, dan Elara tersenyum lega. Mereka bertiga berpelukan, merasa bahagia karena persahabatan mereka telah pulih.

 

"Terima kasih, Liera," kata Indah. "Kamu teman yang baik."

 

"Iya, terima kasih," tambah Chloe. "Kami janji, kami tidak akan mengulangi kesalahan kami."

"Sama-sama," kata Liera. "Aku senang kita bisa berteman lagi."

 

Mereka bertiga duduk di tempat tidur Liera, bercanda dan tertawa seperti dulu. Suasana tegang di kamar itu akhirnya hilang, digantikan oleh kehangatan persahabatan. Liera merasa bahagia karena ia tidak lagi sendirian. Ia tahu, persahabatan mereka akan lebih kuat dari sebelumnya.

 

Hubungan Liera, Indah, Chloe, dan Elara semakin membaik. Mereka kembali menjadi sahabat dekat, saling mendukung dan menghabiskan waktu bersama. Suatu siang, mereka berkumpul di salah satu warung makan favorit di sekitar Kampung Inggris, menikmati makan siang bersama teman-teman cowok mereka, Ryan, Kai, dan Leo.

 

Liera merasa sangat bahagia dengan persahabatan mereka. Ia merasa bersyukur karena masalah yang lalu tidak menghancurkan hubungan mereka. Tiba-tiba, ia mendapat ide cemerlang.

 

"Teman-teman, bagaimana kalau kita liburan ke pantai?" kata Liera, dengan mata berbinar. "Kita bisa camping bersama, menikmati matahari terbenam, dan membuat api unggun."

 

Ide Liera disambut dengan antusias oleh teman-temannya. Mereka setuju untuk pergi berlibur ke pantai dan mulai merencanakan semuanya bersama.

 

"Kita bisa pergi akhir pekan depan," kata Ryan, sambil melihat kalender di ponselnya.

 

"Kita bisa menyewa tenda dan peralatan camping," kata Kai.

 

"Dan jangan lupa membawa makanan dan minuman yang banyak," tambah Leo, sambil tertawa.

 

Liera tersenyum senang melihat teman-temannya begitu antusias. Ia kemudian teringat pada Mr. William, yang baru saja putus cinta. Ia merasa ingin mengajaknya untuk ikut serta, mungkin bisa sedikit menghibur gurunya itu.

 

"Oh ya, bagaimana kalau kita ajak Mr. William juga?" tanya Liera. "Dia baru saja putus cinta, mungkin liburan ini bisa membuatnya merasa lebih baik."

 

Teman-temannya terkejut mendengar ide Liera. Mereka tidak menyangka Liera akan mengajak guru mereka untuk ikut berlibur.

 

"Mr. William? Serius?" tanya Indah, dengan alis terangkat.

 

"Kenapa kita mengajak guru kita?" tanya Chloe, dengan nada bingung.

 

Elara, yang tahu segalanya tentang hubungan Liera dan Mr. William, akhirnya menjelaskan.

 

"Liera sangat dekat dengan Mr. William," kata Elara. "Mereka sudah seperti sahabat karib, saling curhat tentang masalah pribadi dan kehidupan."

 

"Oh, begitu," kata Indah, mengangguk mengerti.

 

"Ya, Mr. William selalu ada untukku," kata Liera. "Dia selalu memberikan nasihat yang baik dan membuatku merasa lebih baik."

 

"Kalau begitu, tidak masalah," kata Ryan. "Kita bisa mengajak Mr. William."

 

Mereka pun sepakat untuk mengajak Mr. William berlibur ke pantai bersama. Mereka yakin, liburan ini akan menjadi momen yang tak terlupakan bagi mereka semua.

 

Keesokan harinya, setelah semua kelas selesai, Liera bergegas mencari Mr. William di warung kopi tempat ia biasa menghabiskan waktu. Ia menemukannya sedang duduk sendirian, menikmati secangkir kopi.

 

"Mr. William!" sapa Liera, dengan senyum cerah.

 

"Liera, ada apa?" jawab Mr. William, tersenyum ramah.

 

Liera duduk di hadapan Mr. William dan mulai bercerita. Ia menceritakan tentang masalahnya dengan teman-temannya yang sudah selesai, dan tentang rencana liburan ke pantai yang mereka buat.

 

"Dan, kami ingin mengajak Anda ikut serta," kata Liera, dengan nada penuh harap.

Mr. William terkejut mendengar ajakan Liera. Ia merasa tidak yakin, karena ia merasa tidak terlalu dekat dengan teman-teman Liera.

 

"Aku... Aku merasa tidak enak," kata Mr. William. "Aku tidak terlalu mengenal teman-temanmu."

 

"Jangan khawatir, Mr. William," kata Liera. "Mereka semua baik-baik. Mereka pasti akan senang mengenal Anda lebih dekat. Lagipula, Anda kan teman saya juga."

 

Mr. William terdiam sejenak, menimbang-nimbang ajakan Liera. Ia melihat mata Liera yang berbinar-binar, dan ia tidak bisa menolak.

 

"Baiklah," kata Mr. William, tersenyum. "Saya akan ikut."

 

Liera bersorak gembira. Ia senang karena Mr. William bersedia ikut berlibur bersama mereka.

 

"Terima kasih, Mr. William!" kata Liera, dengan suara riang. "Ini akan menjadi liburan yang menyenangkan!"

 

Mr. William tersenyum. Ia merasa senang karena Liera menganggapnya sebagai teman. Ia juga merasa antusias untuk berlibur bersama teman-teman Liera.

 

"Saya juga tidak sabar," kata Mr. William.

Mereka pun mulai merencanakan liburan bersama. Mr. William memberikan beberapa saran tentang tempat-tempat yang bagus untuk dikunjungi di pantai, dan tentang kegiatan-kegiatan yang bisa mereka lakukan. Liera merasa senang karena Mr. William begitu antusias. Ia yakin, liburan ini akan menjadi momen yang tak terlupakan bagi mereka semua.

 

 

 

 

Hari liburan yang dinanti-nantikan pun tiba. Mereka berangkat bersama-sama menuju pantai, menggunakan motor sewaan. Liera, Elara, Indah, Chloe, Ryan, Kai, Leo, dan Mr. William berboncengan, dengan pasangan yang sudah diatur oleh Elara: Elara dengan Leo, Liera dengan Mr. William, Chloe dengan Ryan, dan Indah dengan Kai. Evan tidak bisa ikut karena harus pulang ke rumah orang tuanya.

 

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, mereka tiba di pantai yang indah. Mereka segera mendirikan tenda, membuat api unggun, dan mulai bersenda gurau. Suasana akrab dan penuh kebahagiaan menyelimuti mereka.

 

Elara, yang selalu penuh ide, mengusulkan untuk bermain truth or dare. Semua orang setuju, dan permainan pun dimulai.

 

"Oke, Liera, truth or dare?" tanya Elara, dengan senyum nakal.

 

"Dare," jawab Liera, dengan percaya diri.

 

"Aku tantang kamu untuk membuat puisi spontan tentang orang yang duduk di sebelah kananmu," kata Elara, sambil menunjuk Mr. William.

 

Liera terkejut, tapi ia menerima tantangan itu. Ia berpikir sejenak, lalu mulai membacakan puisi:

 

"Di sini, di sampingku, seorang guru berdiri,

Bijaksana dan ramah, selalu memberikan nasehat,dengan kata-kata lembut, hati pun terobati, Terima kasih, Mr. William, telah menemani."

Semua orang bertepuk tangan, terkesan dengan puisi Liera. Mr. William tersenyum hangat, merasa tersentuh.

 

"Sekarang giliranmu, Mr. William," kata Liera, dengan senyum menggoda. "Truth or dare?"

 

 

"Truth," jawab Mr. William, dengan sedikit gugup.

"Siapa orang yang paling kamu kagumi di sini?" tanya Chloe.

 

Mr. William terdiam sejenak, lalu menatap Liera. "Liera," jawabnya, dengan senyum tulus. "Dia adalah orang yang sangat baik dan perhatian, dan memiliki semangat belajar yang luar biasa."

 

Liera terdiam mendengar jawaban Mr. William. Ia merasa tersentuh oleh kata-kata gurunya itu.

 

"Sekarang giliran Leo!" seru Ryan, dengan semangat. "Leo, truth or dare?"

 

"Dare," jawab Leo, dengan percaya diri.

 

"Aku tantang kamu untuk mencium Elara," kata Ryan, sambil menunjuk ke arah Elara.

Leo tersenyum dan menatap Elara. Ia mendekatkan wajahnya ke arah Elara dan mencium pipinya dengan lembut.

 

"Cieee!" seru teman-temannya, menggoda Leo dan Elara. Elara tersipu malu, tapi ia tersenyum bahagia. 

 

Permainan berlanjut, dengan berbagai pertanyaan dan tantangan yang semakin seru.

 

"Ryan, truth or dare?" tanya Kai.

 

"Dare," jawab Ryan, dengan percaya diri.

"Aku tantang kamu untuk menirukan gaya bicara Mr. William selama lima menit," kata Kai, sambil tertawa.

 

Ryan menerima tantangan itu dan mulai menirukan gaya bicara Mr. William. Semua orang tertawa terbahak-bahak, terhibur dengan aksi Ryan.

 

"Indah, truth or dare?" tanya Leo.

 

"Truth," jawab Indah, dengan sedikit gugup.

 

"Siapa orang yang paling kamu sukai di sini?" tanya Leo, dengan senyum menggoda.

 

Indah terdiam sejenak, wajahnya memerah. Ia melirik ke arah Kai, lalu menjawab, "Kai."

Kai tidak menyangka mendengar jawaban Indah. Ia merasa kaget karena Indah menyukainya.

 

"Chloe, truth or dare?" tanya Indah.

 

"Dare," jawab Chloe, dengan percaya diri.

 

"Aku tantang kamu untuk menyanyikan lagu romantis sambil menatap orang yang kamu sukai," kata Indah, sambil menunjuk Ryan.

 

Chloe menerima tantangan itu dan mulai menyanyikan lagu romantis sambil menatap Ryan. Ryan juga tidak kalah kaget seperti kai, ia tersenyum malu, merasa tersentuh dengan nyanyian Chloe.

 

Permainan truth or dare terus berlanjut, dengan berbagai tantangan dan pertanyaan yang seru dan lucu. Mereka semua tertawa dan bersenang-senang, melupakan semua masalah dan beban hidup mereka.

Malam semakin larut, api unggun mulai meredup, dan bintang-bintang bersinar terang di langit. Mereka semua duduk mengelilingi api unggun, menikmati kebersamaan dan kehangatan malam itu.

 

"Ini adalah liburan yang sempurna," kata Indah, dengan senyum bahagia.

 

"Ya, aku sangat senang kita bisa berkumpul seperti ini," kata Chloe.

 

"Terima kasih, Liera, sudah mengajak kami berlibur," kata Ryan.

 

Liera tersenyum. Ia merasa bahagia melihat teman-temannya begitu menikmati liburan ini. Ia ingin, persahabatan mereka akan semakin kuat setelah liburan ini.

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • laven

    Annyeong 👋

    Comment on chapter POV William
Similar Tags
Sang Musisi
379      245     1     
Short Story
Ini Sekilas Tentang kisah Sang Musisi yang nyaris membuat kehidupan ku berubah :')
Reandra
1635      1058     66     
Inspirational
Rendra Rangga Wirabhumi Terbuang. Tertolak. Terluka. Reandra tak pernah merasa benar-benar dimiliki oleh siapa pun. Tidak oleh sang Ayah, tidak juga oleh ibunya. Ketika keluarga mereka terpecah Cakka dan Cikka dibagi, namun Reandra dibiarkan seolah keberadaanya hanya membawa repot. Dipaksa dewasa terlalu cepat, Reandra menjalani hidup yang keras. Dari memikul beras demi biaya sekolah, hi...
mutiara hati
758      327     1     
Short Story
sosok ibu
FAYENA (Menentukan Takdir)
438      318     2     
Inspirational
Hidupnya tak lagi berharga setelah kepergian orang tua angkatnya. Fayena yang merupakan anak angkat dari Pak Lusman dan Bu Iriyani itu harus mengecap pahitnya takdir dianggap sebagai pembawa sial keluarga. Semenjak Fayena diangkat menjadi anak oleh Pak Lusman lima belas tahun yang lalu, ada saja kejadian sial yang menimpa keluarga itu. Hingga di akhir hidupnya, Pak Lusman meninggal karena menyela...
The Twins
4506      1580     2     
Romance
Syakilla adalah gadis cupu yang menjadi siswa baru di sekolah favorit ternama di Jakarta , bertemu dengan Syailla Gadis tomboy nan pemberani . Mereka menjalin hubungan persahabatan yang sangat erat . Tapi tak ada yang menyadari bahwa mereka sangat mirip atau bisa dikata kembar , apakah ada rahasia dibalik kemiripan mereka ? Dan apakah persahabatan mereka akan terus terjaga ketika mereka sama ...
Kenzo Arashi
1954      725     6     
Inspirational
Sesuai kesepakatannya dengan kedua orang tua, Tania Bowie diizinkan melakukan apa saja untuk menguji keseriusan dan ketulusan lelaki yang hendak dijodohkan dengannya. Mengikuti saran salah satu temannya, Tania memilih bersandiwara dengan berpura-pura lumpuh. Namun alih-alih dapat membatalkan perjodohannya dan menyingkirkan Kenzo Arashi yang dianggapnya sebagai penghalang hubungannya dengan Ma...
Dear Diary
644      432     1     
Short Story
Barangkali jika siang itu aku tidak membongkar isi lemariku yang penuh buku dan tumpukan berkas berdebu, aku tidak akan pernah menemukan buku itu. Dan perjalanan kembali ke masa lalu ini tidak akan pernah terjadi. Dear diary, Aku, Tara Aulia Maharani umur 25 tahun, bersedia melakukan perjalanan lintas waktu ini.
Mutiara -BOOK 1 OF MUTIARA TRILOGY [PUBLISHING]
14039      2840     7     
Science Fiction
Have you ever imagined living in the future where your countries have been sunk under water? In the year 2518, humanity has almost been wiped off the face of the Earth. Indonesia sent 10 ships when the first "apocalypse" hit in the year 2150. As for today, only 3 ships representing the New Kingdom of Indonesia remain sailing the ocean.
Trasfigurasi Mayapada
205      159     1     
Romance
Sekata yang tersurat, bahagia pun pasti tersirat. Aku pada bilik rindu yang tersekat. Tetap sama, tetap pekat. Sekat itu membagi rinduku pada berbagai diagram drama empiris yang pernah mengisi ruang dalam memori otakku dulu. Siapa sangka, sepasang bahu yang awalnya tak pernah ada, kini datang untuk membuka tirai rinduku. Kedua telinganya mampu mendengar suara batinku yang penuh definisi pasrah pi...
Let Me Go
2666      1115     3     
Romance
Bagi Brian, Soraya hanyalah sebuah ilusi yang menyiksa pikirannya tiap detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun. Soraya hanyalah seseorang yang dapat membuat Brian rela menjadi budak rasa takutnya. Soraya hanyalah bagian dari lembar masa lalunya yang tidak ingin dia kenang. Dua tahun Brian hidup tenang tanpa Soraya menginvasi pikirannya. Sampai hari itu akhirnya tiba, Soraya kem...