Suatu hari ziyad pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat tarawih.
Pada malam tersebut sesuatu datang kembali dengan adanya di mimpi tersebut, tiba tiba ada yang muka bercahaya berkilau, dan ia adalah sebagai seorang iman, di muka bumi ini.
"Siapa itu?!" -ucap ziyad
Suaranya merdu sekali, semua orang pun langsung merinding dan bergetar, ia orangnya tampan sekali, dan bercahaya yang berkilau, dan itu adalah.........Nabi Muhamad Saw.
"Ya nabi?!" -Kata ziyad di dalam hati
Tak menyangka bahwa itu adalah nabi Muhamad Saw bahkan itu bukan haluannya sendiri oleh karena itu ia harus mengetahui bahwa itu adalah nabi Muhammad Saw.
Ziyad berdiri terpaku dalam mimpinya, tubuhnya bergetar. Cahaya yang terpancar dari sosok di hadapannya begitu terang hingga membuatnya sulit menatap langsung. Namun, hatinya meyakini, tidak ada keraguan lagi—itu adalah Nabi Muhammad SAW.
Suasana di sekelilingnya begitu hening, seolah waktu berhenti. Orang-orang yang berada di sekitar Nabi tampak tertunduk penuh takzim, merasakan keagungan yang terpancar darinya.
Ziyad ingin melangkah mendekat, tetapi kakinya terasa berat, seolah ada kekuatan besar yang menahannya di tempat. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena takut, tetapi karena perasaan haru yang mendalam.
Kemudian, suara Nabi Muhammad SAW terdengar, lembut namun penuh wibawa.
"Wahai umatku..."
Suara itu menggema di seluruh penjuru, merasuk ke dalam hati Ziyad dan semua yang mendengarnya.
"Mengapa kau ragu? Apakah kau takut?"
Ziyad menelan ludah, mencoba menjawab, tetapi lidahnya kelu. Matanya mulai berkaca-kaca.
"A-aku... aku tidak takut, ya Rasulullah. Aku hanya..."
Nabi Muhammad SAW tersenyum, cahaya di wajahnya semakin bersinar.
"Maka, janganlah ragu. Ketahuilah bahwa keimanan harus lebih kuat dari keraguan. Aku di sini bukan untuk membuatmu takut, tetapi untuk menguatkan hatimu."
Ziyad mengangguk, merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya—ketenangan yang begitu dalam. Namun, sebelum ia bisa berkata lebih banyak, tiba-tiba suasana di sekelilingnya berubah.
Langit menjadi gelap, angin bertiup kencang, dan suara genderang perang terdengar dari kejauhan. Ziyad menoleh, melihat bayangan pasukan berkuda berbaris rapi di kejauhan.
Ia sadar, sesuatu yang besar akan terjadi.
Dan ia harus siap menghadapinya.
Ziyad tak kerasa bahwa ini adalah hari hari di mana ia selalu melakukan apa ajaran ajaran yang dilakukan oleh nabi,
contohnya adalah Akidah, Syari'ah, dan Akhlaq.
Ini adalah ajaran yang terpenting oleh para nabi dan rosul oleh karena itu ia harus mengikuti ajaran ajarannya lagi yang ternyata itu adalah ajarannya.
"Wahai nabiku aku bagaimana caranya ini?!"
Nabi Muhammad SAW menatap Ziyad dengan lembut, senyumnya menenangkan, namun sorot matanya penuh makna.
"Wahai umatku, apakah kau ragu?"
Ziyad menggeleng cepat, meski hatinya masih bimbang.
"Aku... aku tidak ragu, ya Rasulullah. Tapi aku tidak tahu harus berbuat apa. Semua ini terasa nyata, tetapi aku juga sadar ini hanyalah mimpi."
Nabi Muhammad SAW mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Ziyad mendekat. Dengan langkah ragu, Ziyad akhirnya maju, berdiri lebih dekat dengan sosok yang selama ini hanya ia dengar dari kisah-kisah.
"Ziyad, keimanan tidak hanya tentang mengetahui, tetapi juga tentang meyakini. Kau berada di sini bukan tanpa alasan. Allah telah menempatkan di tempat ini untuk memahami sesuatu yang lebih besar."
Ziyad menelan ludah, hatinya berdebar. "Apa maksudnya, ya Rasulullah? Apakah ini ujian?"
Nabi Muhammad SAW mengangguk.
"Setiap umatku diuji dengan cara yang berbeda. Kau berada di sini untuk melihat, merasakan, dan memahami bagaimana perjuangan Islam dimulai. Perang yang akan kau saksikan bukan sekadar pertempuran, tetapi sebuah keyakinan yang diperjuangkan dengan darah dan air mata."
Tiba-tiba, suara terompet perang menggema dari kejauhan. Ziyad menoleh ke arah suara itu dan melihat pasukan Quraisy dalam jumlah besar, bersiap menyerang. Di sisi lain, pasukan Muslim tampak jauh lebih sedikit, namun wajah mereka dipenuhi keyakinan yang tak tergoyahkan.
Ziyad menoleh kembali ke arah Nabi Muhammad SAW, wajahnya penuh kebingungan dan ketakutan.
"Lalu aku harus bagaimana? Aku hanya seorang yang terlempar ke masa ini, aku bukan prajurit, bukan sahabatmu, aku bahkan tidak tahu cara berperang!"
Nabi Muhammad SAW tersenyum, sorot matanya penuh kelembutan.
"Bukan pedang yang memenangkan perang ini, wahai umatku, tetapi keimanan. Lihatlah, rasakanlah, dan pelajarilah. Karena dari sinilah kemenangan Islam bermula."
Ziyad menggigit bibirnya, hatinya bergetar hebat. Ia sadar, apa yang akan ia saksikan bukan sekadar peristiwa sejarah, tetapi awal dari sebuah perjuangan besar.
Dan ia ada di dalamnya.