melihat para pasukan muslim dan Quraisy yang berperang dan itu makin lama semakin menjalankan ibadah ziyad
Permasalahannya adalah Quraisy menantang dakwah Islam dengan menyembah berhala dan seperti yang kita ucapkan adalah
Kaum Quraisy menentang dakwah Islam dengan berbagai cara, di antaranya:
Propaganda
Kaum Quraisy menyebarkan berita bohong tentang Nabi Muhammad, seperti bahwa ia adalah dukun, tukang sihir, atau orang gila.
Pemboikotan
Kaum Quraisy memboikot segala jual-beli, pernikahan, dan hubungan sosial dengan Bani Hasyim.
Ancaman pembunuhan
Kaum Quraisy membujuk Abu Thalib, paman Nabi Muhammad, untuk menyerahkan Nabi Muhammad kepada mereka agar dibunuh.
Tawaran harta, wanita, dan jabatan
Kaum Quraisy menawarkan harta, jabatan, dan pangkat raja kepada Nabi Muhammad.
Penghujatan dan caci maki
Kaum Quraisy melakukan penghujatan dan caci maki terhadap Nabi Muhammad.
Kaum Quraisy tidak senang dengan perkembangan Islam karena dianggap mengganggu mereka yang menyembah berhala. Mereka percaya bahwa menyembah berhala akan mendekatkan diri kepada Tuhan mereka.
Meskipun mengalami berbagai kesulitan, Nabi Muhammad SAW tetap bertekad untuk melanjutkan dakwahnya. Akhirnya, sedikit demi sedikit orang-orang mulai mau menerima Islam.
Begitulah ceritanya
Perang Badar: Kemenangan Pertama Islam
Langit gurun membentang luas, menyaksikan dua pasukan yang berhadapan di sebuah lembah tandus bernama Badar. Hari itu, 17 Ramadan tahun ke-2 Hijriah, menjadi saksi pertempuran besar pertama antara kaum Muslimin dan kaum Quraisy Makkah.
Rasulullah ﷺ berdiri di atas bukit kecil, memandang pasukan Muslim yang berjumlah hanya 313 orang, dengan persenjataan seadanya—hanya memiliki dua ekor kuda dan sekitar 70 unta. Di sisi lain, pasukan Quraisy datang dengan 1.000 prajurit, lengkap dengan baju besi, ratusan kuda, dan perlengkapan perang yang jauh lebih unggul.
Malam Sebelum Perang
Malam sebelum pertempuran, Rasulullah ﷺ berdiri dalam doa yang panjang. Dengan penuh kepasrahan, beliau mengangkat tangannya dan berdoa:
"Ya Allah, jika Engkau membinasakan pasukan kecil ini, maka tidak akan ada lagi yang menyembah-Mu di muka bumi ini."
Tangis beliau mengiringi doa yang terus dipanjatkan hingga menjelang subuh. Sahabat Abu Bakar r.a. datang dan menenangkan beliau, “Wahai Rasulullah, cukuplah, sesungguhnya Allah pasti akan menolong kita.”
Dan benar, Allah menjanjikan kemenangan.
Jalannya Pertempuran
Ketika matahari mulai terik, dua pasukan bergerak maju. Sebelum pertempuran besar dimulai, duel satu lawan satu terjadi. Dari pasukan Muslim, maju tiga orang sahabat mulia:
1. Hamzah bin Abdul Muthalib (singa Allah)
2. Ali bin Abi Thalib
3. Ubaidah bin Harits
Mereka menghadapi tiga pendekar Quraisy: Utbah, Syaibah, dan Walid bin Utbah. Dalam duel sengit itu, Hamzah dan Ali berhasil mengalahkan lawan mereka, sementara Ubaidah terluka parah namun berhasil menang sebelum akhirnya gugur sebagai syahid.
Setelah duel usai, pasukan Quraisy mulai menyerang dengan penuh amarah. Namun, Rasulullah ﷺ memerintahkan pasukan Muslim untuk tetap bertahan di posisinya. Begitu musuh mendekat, pasukan Muslim mulai menyerang dengan panah, menewaskan banyak prajurit Quraisy.
Saat pertempuran semakin memanas, Rasulullah ﷺ mengambil segenggam pasir dan melemparkannya ke arah pasukan Quraisy sambil berseru:
"Wajah-wajah itu telah dikalahkan!"
Tiba-tiba, keajaiban terjadi. Allah mengirimkan pasukan malaikat untuk membantu kaum Muslimin. Para sahabat melihat pasukan putih turun dari langit, menunggangi kuda, memegang pedang yang bersinar.
Pasukan Quraisy panik. Mereka melihat sesuatu yang tidak kasat mata bagi mereka—para malaikat memporak-porandakan barisan mereka.
Kemenangan Islam
Dalam waktu singkat, pasukan Quraisy mulai melarikan diri. 70 orang Quraisy terbunuh, termasuk para pemimpin mereka seperti Abu Jahal, Umayyah bin Khalaf, dan banyak tokoh besar lainnya. 70 orang lainnya tertawan.
Sementara itu, dari pihak Muslim, hanya 14 orang yang gugur sebagai syahid.
Perang Badar bukan sekadar kemenangan militer, tetapi bukti nyata pertolongan Allah bagi umat Islam. Kemenangan ini mengubah sejarah Islam selamanya, menjadikan kaum Muslimin sebagai kekuatan yang diperhitungkan.
Setelah perang usai, Rasulullah ﷺ dan para sahabat kembali ke Madinah dengan hati penuh syukur. Ramadan tahun itu menjadi Ramadan yang penuh keberkahan, kemenangan, dan tanda bahwa kebenaran telah tegak di muka bumi.