Setelah ziyad selesai ziyad akhirnya hanya duduk diam saja dan bermain ponsel
Pada akhirnya ziyad tertidur di masjid seperti ia tidur di rumah
Terbangun dari mimpi
"Di mana mereka?! Tunggu dulu k- k kamu?!" -ziyad dengan bangun terkejut
Ziyad malah melihat Khalid bin walid
Khalid bin Walid berdiri tegap di hadapan Ziyad. Sorot matanya tajam, penuh kewaspadaan seperti seorang panglima perang yang selalu siap menghadapi musuh. Ziyad terperangah, jantungnya berdetak kencang.
"Kau... Khalid bin Walid?" tanyanya dengan suara bergetar.
Khalid mengangguk. "Apa yang kau lakukan di sini, wahai anak muda?"
Ziyad menelan ludah. Ia tak tahu harus berkata apa. Pikirannya masih kacau, belum bisa membedakan apakah ini mimpi atau kenyataan.
Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari kejauhan. Debu berterbangan, dan dalam sekejap, Ziyad melihat pasukan berkuda melaju dengan cepat. Bendera berkibar tinggi, di satu sisi ada kaum Muslimin, di sisi lain pasukan Quraisy.
Ziyad tersentak. Ini... ini Perang Uhud!
Khalid menatapnya dalam-dalam. "Jika kau di sini, berarti kau harus melihat apa yang terjadi. Saksikan bagaimana kesalahan kecil bisa membawa malapetaka besar."
Ziyad mengikuti arah pandangan Khalid. Ia melihat pasukan pemanah Muslim yang ditempatkan di atas bukit mulai turun ke medan perang, meninggalkan posisi mereka.
"Tidak... jangan turun! Rasulullah sudah melarang kalian!" Ziyad berteriak, tapi suaranya seakan hilang dalam kegaduhan pertempuran.
Dari kejauhan, pasukan Quraisy yang dipimpin Khalid bin Walid—di masa itu ia masih berada di pihak musuh—melihat celah pertahanan kaum Muslimin terbuka. Dengan cepat, ia memerintahkan pasukannya untuk berbalik dan menyerang dari belakang.
Ziyad menyaksikan semuanya dengan ngeri. Kaum Muslimin yang tadinya hampir menang kini terdesak. Banyak yang gugur, dan yang lebih mengejutkan lagi, ia melihat Rasulullah ﷺ sendiri terjatuh, terluka.
"Ya Allah..." Ziyad gemetar.
Khalid bin Walid yang berdiri di sampingnya—versi Khalid setelah masuk Islam—menatapnya dengan dalam. "Inilah akibat ketidaktaatan terhadap perintah Rasulullah. Aku dulu berada di pihak musuh, dan kemenangan itu bukan karena kehebatanku, tapi karena kesalahan pasukan Muslim sendiri."
Ziyad tak bisa berkata apa-apa. Matanya terus melihat pertempuran yang berlangsung di hadapannya. Suara pedang beradu, teriakan kesakitan, dan debu yang mengepul seakan membuatnya sulit bernapas.
Tiba-tiba, semuanya mengabur.
Ziyad terbangun dengan napas tersengal-sengal. Ia masih berada di masjid. Tangannya berkeringat, jantungnya berdegup kencang.
Ia baru saja menyaksikan salah satu momen paling tragis dalam sejarah Islam.
Bangun lagi
"Eh masyaallah" -Kata ziyad
Tak ada orang di sekitarnya tetapi hanya ada 3 orang aja.
Tetapi pada saat itu Ziyad mal****ah teringat tentang masa masa nabi Muhamad dan mencoba mempelajarinya
Pada saat itu ziyad mengingat tentang persoalan tentang Para sahabat sahabat dan lainnya ia malah tertarik untuk mempelajari.
Tetapi tunggu dulu ia melihat Ruby adalah sepupu dan saudara dia sebagai adik yang sangat di perhatikan sekarang ia lagi melanjutkan perjalanan umrah bersama Sepupu lainnya
"Eh itu bukannya Ruby ya?!"
-ucap ziyad
Ziyad langsung memegang pundak si Ruby, dan Ruby polos terperanjat bersamaan dengan ziyad
"Eh monyet- apaan?!" -Kata Ruby
"Heh!! Ini gw ziyad" -Jawab ziyad
"Oh ku kira apaan" -Kata ruby
"Lah?! Kok lu cuek aja sih, biasanya lu malah ribut" -ucap ziyad
"Kalau di tengah keramaian kalau di rumah mah ribut wae" -Ucap ruby