Ziyad duduk di dalam Masjid Nabawi, menatap ke arah mihrab dengan hati yang masih dipenuhi kegelisahan. Perjalanan ke Madinah ini telah memberinya banyak tanda-tanda yang sulit dijelaskan. Dan kini, ia kembali merasakan sesuatu yang berbeda.
Suara azan Zuhur mulai berkumandang. Namun, ada sesuatu yang aneh—suara itu begitu merdu, begitu menyentuh, seakan berasal dari masa lalu. Setiap kata yang dilantunkan terasa memenuhi setiap sudut hatinya.
"Allahu Akbar, Allahu Akbar..."
Ziyad menoleh ke sekeliling. Orang-orang tetap khusyuk mendengarkan azan, tetapi bagi Ziyad, suara itu bukan hanya sekadar panggilan salat. Ada sesuatu yang membawanya kembali, membawa jiwanya ke waktu yang berbeda.
Saat ia memejamkan mata, ia merasa angin berembus lembut, dan tiba-tiba, suasana di sekitarnya berubah.
Ia berdiri di sebuah tempat yang lebih sederhana. Masjid Nabawi terlihat berbeda—atapnya dari pelepah kurma, tiangnya dari batang kurma, dan tanahnya masih berdebu.
Di depan, seorang pria berdiri di atas Ka’bah, mengumandangkan azan dengan penuh kekhidmatan. Kulitnya hitam, suaranya lantang, dan wajahnya bercahaya dengan ketulusan.
Itu Bilal bin Rabah.
Ziyad menahan napas. Ia tahu bahwa ia sedang melihat peristiwa dari masa lalu. Suara azan Bilal begitu menusuk hatinya, membawa perasaan haru yang tidak dapat dijelaskan.
Setiap kalimat yang dikumandangkan terasa lebih dalam, lebih bermakna. Ia bisa merasakan bagaimana kaum Muslimin saat itu mendengarkan azan pertama di Madinah dengan mata berbinar, merasakan betapa Islam telah mengubah hidup mereka.
Namun, sebelum ia bisa mendekat atau berbicara, segalanya memudar kembali.
Saat Ziyad membuka matanya, ia kembali berada di Masjid Nabawi.
Azan Zuhur baru saja selesai, dan orang-orang mulai bersiap untuk salat.
Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha memahami semua yang terjadi.
Mimpi atau kenyataan?
Yang jelas, suara azan Bilal tetap menggema di hatinya.
"Duh kok gw laper ya perasaan disini gak ada makanan deh gw lihat mana pengen buang Air besar lagi" -Ucap Ziyad
Akhirnya ziyad terpaksa untuk mencari makanan di sekitar sini
Saat melihat keramaian sama seperti berada di jalan raya kemarin sebelum ke Madinah Ziyad melihat semua orang ada yang megang hp, ada yang sibuk sana sini, dan jalan zebra cross. Apalagi kalau udah di tengah tengah, malah ngeri itu
"Duh kok keliatannya kayak serem gitu ya?! Apa jangan jangan ini aku hanya halusinasi atau tidak, plis plis plis jangan deh" -Kata ziyad di dalam hari
Ziyad harus berani terhadap orang asing bahkan sering banget dipertanyakan alamat terhadap orang asing di Pesawat
Mengingat kembali
"Hai bang, kamu biasanya kalau naik pesawat turun disini ya?!" -Ucap si orang asing itu
"Eh iya kak bener hehe......Ada apa ya mempertanyakan disini?!" -Ucap ziyad
"Eh gak apa apa kok........Nomor alamat di mana ya?!" -Ucap si orang itu
"oh di jalan Sulaiman, RT 3. Blok E3/16, dan perumahan Hijau bukit"
-Ucap si ziyad
"Baik" -Kata si orang itu
Ziyad malah mengingat itu kata yang benar adalah "Lebih baik bohong di transportasi umum dari pada jujur" kenapa?! Jika orang asing mempertanyakan alamatmu jangan kamu jawab jujur karena takutnya dia malah membahayakan kita
Ziyad akhirnya menyesal telah Jujur di transportasi umum
"Pliss aku nyesel banget jujur, kalau tahu alamatku apa yang terjadi ya?!" -Jawab ziyad dengan panik.