Kali ini Ziyad lagi di dalam mimpi dan tertidur berbaring di kasur setelah mengerjakan Tajwid
Pada saat itu Ziyad bermimpi tentang Quraisy dan ini akan segera terjadi
Di dalam mimpi, Ziyad berdiri di tengah pasar yang ramai. Suara pedagang saling bersahutan, orang-orang berlalu lalang, dan aroma rempah-rempah bercampur dengan debu jalanan. Namun, ada sesuatu yang terasa berbeda—udara begitu berat, seakan ada sesuatu yang akan terjadi.
Dari kejauhan, terdengar suara lantang. Seorang pria Quraisy berdiri di atas sebuah batu besar, menghadap kerumunan. Wajahnya dipenuhi kemarahan, tangannya mengepal.
"Kita tidak bisa membiarkan Muhammad dan pengikutnya terus menyebarkan ajaran mereka!" suaranya menggema di seluruh pasar.
Orang-orang mulai berbisik satu sama lain, beberapa mengangguk setuju, sementara yang lain tampak ragu.
"Kita harus bertindak sebelum mereka semakin kuat!" lanjut pria itu, suaranya semakin meninggi. "Jika kita tidak menghentikan mereka, Mekkah akan berubah selamanya!"
Ziyad melihat sekeliling. Wajah-wajah di sekitarnya tampak serius, beberapa menunjukkan ketakutan, sementara yang lain penuh kebencian.
Tiba-tiba, suara lain muncul dari sudut pasar.
"Apakah kalian tidak melihat bahwa apa yang mereka bawa adalah kebenaran?"
Semua kepala menoleh. Seorang pria tua dengan janggut putih berdiri di antara kerumunan.
"Selama ini kita menyembah berhala yang tak bisa berbicara, tak bisa mendengar. Tapi Muhammad mengajak kita menyembah Allah yang Maha Esa! Apa salahnya?"
Kerumunan menjadi gaduh. Beberapa orang mulai berteriak marah, sementara yang lain tampak mulai ragu.
Ziyad merasa dadanya sesak. Ada sesuatu yang begitu nyata dalam mimpi ini, seolah-olah ia benar-benar berada di tengah peristiwa yang telah lama terjadi.
Tiba-tiba, seseorang dari kerumunan maju dan menampar pria tua itu.
"Cukup bicaramu, orang tua!" bentaknya.
Pria tua itu terjatuh ke tanah, tetapi ia tetap menatap mereka dengan penuh ketenangan.
"Kebenaran tidak akan bisa kalian padamkan..." suaranya pelan, tapi menusuk.
Ziyad ingin bergerak, ingin menolongnya, tetapi kakinya terasa berat. Ia mencoba berteriak, tetapi suaranya tidak keluar.
Kemudian, dari kejauhan, terdengar suara lain. Suara lembut tapi penuh wibawa.
"Umatku... Umatku..."
Ziyad menoleh cepat. Di ujung pasar, seorang pria berdiri dalam cahaya. Sosoknya samar, tetapi auranya begitu kuat.
Dadanya berdebar kencang.
Ia ingin mendekat, tetapi sebelum ia bisa bergerak, semuanya perlahan memudar.
Ziyad terbangun.
Nafasnya tersengal, keringat dingin membasahi dahinya.
Tangannya mengepal.
Mimpi itu terasa begitu nyata.
Dan ia tahu, ini bukan sekadar bunga tidur.
Pada keesokan harinya
Ziyad akhirnya merasa trauma dengan mimpi mimpi yanga ada di dalamnya ia trauma dengan Lucid dream dan tidur, bahkan sampai tidak mau tidur lagi, oleh karena itu membuat ia terasa lemas sekali dan berat setelah mengetahui itu
Tengah jalan yang ramai
Mereka semua sibuk, tahukan di depan umum?! Nah aku juga begitu
Author sedang menulis di HP, para orang orang lainnya pulang kerja, ada yang mau pulang kampung jalan kaki, sedangkan Ziyad hanya diam merasa ketakutan ketika berada di keramaian depan umum.
Tiba tiba lantai licin
"Duh kok ini licin banget lantainya"
"Astaga!! Nanti kalau gw kepleset di depan umum, nanti di ketawain atau diliat gitu?! ih serem" -Ucapnya s Ziyad
Ziyad akhirnya berhati hati di tengah jalan akhirnya ia harus mencoba untuk tidak berisik di depan umum dan mencoba untuk diam.