Sudut Pandang Reno
Keesokan harinya, aku sudah tidak sabar untuk bertemu Lita. Aku ingin segera menyelesaikan kesalahpahaman ini dan kembali di dekatnya. Aku berangkat sekolah lebih awal dari biasanya, berharap bisa bertemu Lita sebelum bel masuk berbunyi.
Di sekolah, aku mencari Lita di kelasnya, tapi dia belum datang. Aku mencarinya di kantin, perpustakaan, tapi tetap tidak ada. Aku mulai khawatir. Apa Lita tidak masuk sekolah?. Akhirnya, saat bel masuk berbunyi, aku melihat Lita berjalan di koridor. Aku segera mendekatinya.
"Lita, tunggu!" panggilku.
Lita berhenti dan menoleh ke arahku. Wajahnya terlihat terkejut.
"Apa?"
“Lita, gue mau bicara sama lu,” ucapku dengan gugup.
"Tentang apa?" tanyanya singkat.
"Tentang kita," jawabku.
Lita terdiam sesaat. Lalu, dia menghela napas.
"Baiklah, mari kita bicara di taman belakang sekolah," ajaknya.
Aku mengangguk dan mengikuti Lita menuju taman belakang sekolah. Tempatnya cukup sepi, sehingga kita bisa berbicara dengan tenang.
“Lita, kenapa kamu menjauh?” tanyaku setelah kita duduk di bangku taman.
Lita melihatnya dengan sedih.
"Siska bilang ke gua kalau kalian pacaran, jadi gue ga mau jadi orang ketiga" jelas Lita.
Aku terkejut mendengar kata Lita. Bagaimana bisa Siska mengatakan hal seperti itu? Aku tidak pernah pacaran dengan Siska.
"Itu tidak benar, Lita. Gue gak ada hubungan apa-apa dengan Siska," bantahku.
“Tapi, Siska bilang sendiri” kata Lita dengan nada suara yang mulai meninggi.
“Gue gak tahu apa maksud Siska, tapi gue bisa jelaskan semuanya,” ucapku.
Aku menceritakan kepada Lita tentang kejadian di taman waktu itu. Aku juga menceritakan tentang perasaanku yang sebenarnya terhadap Lita. Aku mengatakan bahwa aku tidak pernah pacaran dengan Siska. Hubunganku dengan Siska hanya sebatas teman masa kecil.
Lita mendengarkan ceritaku dengan penuh perhatian. Setelah aku selesai berbicara, dia terdiam sejenak.
“Gue percaya sama lu, Reno,” ucapnya akhirnya.
Aku lega mendengar kata Lita. Aku tahu, Lita adalah orang yang baik dan jujur. Saya yakin dia tidak akan berbohong.
"Maafin gue, Reno. Gue udah salah paham sama lu," kata Lita dengan nada menyesal.
"Tidak apa-apa, Lita. Aku mengerti," jawabku.
“Gua juga minta maaf karena sudah menjauhi lu,” ucap Lita.
"Gue senang kita bisa menyelesaikan masalah ini," kataku.
Lita tersenyum padaku. Aku tahu, hubungan kami akan kembali seperti semula. Aku berjanji pada diriku sendiri, aku akan menjaga Lita dan tidak akan pernah membuatnya kecewa lagi.
"Reno, aku..." Ucap lita yang tiba-tiba mengganti yang tadinya lu-gua jadi aku kamu
Lita menggantungkan kalimatnya. Aku menatap dengan penasaran.
“Aku juga suka sama kamu,” ucapnya akhirnya.
Aku terkejut mendengar pengakuan Lita. Aku tidak menyangka bahwa Lita juga menyukaiku.
"Aku... aku juga suka sama kamu, Lita," balasku.
Lita malu tersenyum-malu. Aku mengulurkan tangan dan memegang tangan.
“Aku janji akan selalu ada di samping kamu, Lita,” ucapku.
"Aku juga, Reno," jawab Lita.
Aku dan Lita berpegangan tangan dan saling tersenyum. Aku yakin, hubungan kami akan berjalan dengan baik. Aku percaya, cinta kami akan semakin kuat seiring berjalannya waktu.