Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Snow That Slowly Melts
MENU
About Us  

Matahari pagi menerobos gorden tipis kamar rawat inap, menebarkan cahaya lembut di dalam ruangan. Yura sudah bersiap sejak subuh, meninggalkan kamar Minhyuk untuk turun ke lobi rumah sakit. Dengan langkah cepat, dia menuju minimarket terdekat, memutar otak sambil menatap rak berisi pakaian dalam pria.

"Ukuran apa ya?" gumamnya sambil memiringkan kepala. Pilihan di rak tidak banyak, tetapi untungnya ada beberapa ukuran standar yang bisa dipilih. Dia menghela napas. "Ah, ini semua karena Appa," ujarnya pelan, sedikit sebal karena tugas yang tak terduga ini.

Setelah membayar dan kembali ke kamar Minhyuk, Yura mendapati lelaki itu masih tidur dengan wajah yang cukup damai. Dia meletakkan tas kertas di atas kasur Minhyuk, lalu duduk di sofa, membuka bukunya, dan mulai membaca sambil menunggu.

Tak lama, Minhyuk mulai bergerak, kelopak matanya terbuka perlahan. Tatapannya langsung tertuju pada Yura yang terlihat sibuk di sampingnya. Namun, tas kertas yang diletakkan di kasurnya menarik perhatian lebih dulu.

"Itu apa?" tanyanya, suaranya serak karena baru bangun.

Yura menoleh dan menyengir kecil. "Oh, itu? Aku beli pakaian untukmu. Sekalian dalaman juga. Kau tidak membawa apa-apa, kan?"

Minhyuk berdeham, merasa sedikit tidak enak. "Gomawo. Tapi..." Dia melirik Yura dengan alis terangkat. "Bagaimana kau tau ukuranku?"

Yura membeku sejenak, lalu wajahnya memerah. Dia tidak berpikir sejauh itu sebelumnya. Astaga, kenapa ini bisa terdengar seperti sesuatu yang salah? "I-Itu... Aku bertanya pada Appa. Jangan berpikir macam-macam!" ujarnya tergagap, buru-buru mengalihkan pandangannya.

Minhyuk mendengus pelan, senyum tipis yang nyaris tidak terlihat muncul di wajahnya. "Hm. Kalau begitu, aku mau mandi. Tolong panggilkan suster untuk melepas infus ini."

Yura mengangguk cepat, merasa lega karena topik pembicaraan berganti. "Baiklah. Aku juga mau ke perpustakaan untuk mengganti buku," katanya sambil beranjak dari sofa.

***

Di perjalanan kembali dari perpustakaan, Yura bertemu dengan papanya yang sedang berjalan santai di koridor.

"Bagaimana keadaan pasienmu?" tanya sang papa, melirik tumpukan buku yang dibawa Yura.

"Sudah membaik," jawab Yura dengan datar. Dia melirik buku-bukunya, lalu mengeluh pelan, "Tapi kenapa aku yang harus mengurus lelaki itu? Aku bahkan tidak mengenalnya, Appa."

Sang Appa tertawa kecil, menepuk bahu anaknya. "Jangan merengek. Anggap saja kau sedang membantu orang lain. Bukankah itu tujuanmu jadi dokter?"

Yura mendesah panjang. "Baiklah, baiklah..."

Setelah percakapan singkat itu, Yura kembali ke kamar Minhyuk.

***

Minhyuk, yang sudah selesai mandi dan terlihat lebih segar, memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman rumah sakit. Dia bosan terkurung di kamar dan memutuskan butuh udara segar.

Di taman, langkahnya terhenti ketika melihat Yura sedang mengumpulkan buku yang terjatuh, tampaknya karena tertabrak anak kecil yang berlari. Yura hanya tersenyum sambil mengusap rambut anak itu, kemudian melanjutkan jalannya ke arah kamar.

Minhyuk hendak memanggilnya, tetapi tersadar bahwa dia tidak tau nama perempuan itu. Untungnya, Yura sudah melihatnya lebih dulu. Dengan buku tebal di pelukannya, dia berjalan mendekat.

"Kau sedang apa di sini? Bukannya harus istirahat?" tanya Yura, menatapnya dengan dahi berkerut.

"Bosan," jawab Minhyuk singkat.

"Cih, singkat sekali jawabannya." Yura mendengus. "Duduk dulu di sana," perintahnya sambil membantu Minhyuk mendorong tiang infus ke bangku taman terdekat.

Keduanya duduk diam menikmati semilir angin pagi. Matahari sudah mulai tinggi di atas kepala mereka, tapi suasana taman masih cukup sejuk.

"Namaku Yura, by the way," ujar Yura tiba-tiba, memecah keheningan.

"Aku tidak bertanya," balas Minhyuk datar.

Yura mendelik, menahan kekesalan. "Aku hanya memberi tau. Masa iya aku tau namamu, tapi kau tidak tau namaku?"

"Tidak peduli," jawab Minhyuk, meskipun sebenarnya dia penasaran juga.

Yura mendesah panjang. "Kau memang selalu sediam ini? Selalu sejutek ini?"

Minhyuk hanya berdeham pelan, tidak memberi jawaban langsung.

"Lalu, kapan kau akan kembali ke Korea? Atau kau akan tinggal di sini?" tanya Yura lagi, mencoba mengalihkan percakapan.

"Bisakah kau diam dulu? Aku ingin menikmati suasana sunyi," potong Minhyuk, menatap lurus ke depan.

"Cih, baiklah."

Setelah itu, keduanya benar-benar terdiam. Suara burung yang berkicau mulai terdengar jelas, diselingi langkah kaki orang-orang yang lewat di sekitar mereka. Keheningan itu terasa damai, mengisi udara di antara mereka tanpa perlu banyak kata.

Setelah beberapa saat, Yura akhirnya berkata, "Kau perlu kembali ke kamar. Kau butuh istirahat."

Minhyuk hanya mengangguk pelan, membiarkan Yura membantunya kembali ke kamar.

***

Di kamar, Yura menyadari makanan pagi Minhyuk masih utuh di meja. Dia segera menyiapkan makanan itu untuk lelaki itu.

"Kau ini sedang sakit, jadi nurut saja. Aku ini dokter juga. Tenang," ujar Yura tegas ketika Minhyuk mencoba menolak untuk disuapi.

Minhyuk mendesah kecil, menyerah. Yura menyuapinya dengan tenang, tanpa keluhan sama sekali.

Setelah selesai, Yura membantu mendorong meja makan ke sisi ruangan, lalu kembali ke sofanya. Dia menyiapkan buku tebal dan tablet yang ia bawa dari perpustakaan, lengkap dengan kacamata yang bertengger di hidungnya.

Minhyuk memperhatikan setiap gerak-geriknya dengan pandangan penuh rasa ingin tau. "Kau tidak makan?" tanyanya akhirnya.

"Sudah tadi pagi," jawab Yura tanpa mengalihkan perhatian dari bukunya.

Minhyuk melirik buku tebal yang sedang dibaca Yura. "Sebenarnya, apa yang kau baca sejak kemarin?"

Barulah Yura mengangkat kepalanya, menatap Minhyuk dengan kacamata yang melorot sedikit di hidungnya. Wajahnya terlihat lucu dalam pandangan Minhyuk, hampir membuatnya tersenyum.

"Ini?" Yura mengangkat bukunya. "Buku tentang penyakit anak-anak, penyakit yang sering terjadi pada mereka. Kemarin aku membaca buku anatomi anak-anak."

Minhyuk mengangguk, pura-pura tidak peduli, lalu menyalakan televisi dengan suara kecil agar tidak mengganggunya. Dalam hati, dia mulai mengakui bahwa perempuan ini... menarik, dengan caranya sendiri.

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ibu Mengajariku Tersenyum
2981      1188     1     
Inspirational
Jaya Amanah Putra adalah seorang psikolog berbakat yang bekerja di RSIA Purnama. Dia direkomendasikan oleh Bayu, dokter spesialis genetika medis sekaligus sahabatnya sejak SMA. Lingkungan kerjanya pun sangat ramah, termasuk Pak Atma sang petugas lab yang begitu perhatian. Sesungguhnya, Jaya mempelajari psikologi untuk mendapatkan kembali suara ibunya, Puspa, yang senantiasa diam sejak hamil Jay...
Ginger And Cinnamon
7733      1711     4     
Inspirational
Kisah Fiksi seorang wanita yang bernama Al-maratus sholihah. Menceritakan tentang kehidupan wanita yang kocak namun dibalik itu ia menyimpan kesedihan karena kisah keluarganya yang begitu berbeda dari kebanyakan orang pada umumnya itu membuat semua harapannya tak sesuai kenyataan.
Premium
The Devil Soul of Maria [18+]
16132      3807     3     
Inspirational
Ambisi besar Meira nyaris tercapai namun halangan mengesalkan datang dan membuatnya terhenti sejenak Di saat tak berdaya itu seorang pria menawarkan kesepakatan gila padanya Melihat adanya peluang Meira pun akhirnya masuk dalam permainan menarik kehidupan
God's Blessings : Jaws
1884      857     9     
Fantasy
"Gue mau tinggal di rumah lu!". Ia memang tampan, seumuran juga dengan si gadis kecil di hadapannya, sama-sama 16 tahun. Namun beberapa saat yang lalu ia adalah seekor lembu putih dengan sembilan mata dan enam tanduk!! Gila!!!
Annyeong Jimin
30054      4051     27     
Fan Fiction
Aku menyukaimu Jimin, bukan Jungkook... Bisakah kita bersama... Bisakah kau tinggal lebih lama... Bagaimana nanti jika kau pergi? Jimin...Pikirkan aku. cerita tentang rahasia cinta dan rahasia kehidupan seorang Jimin Annyeong Jimin and Good Bye Jimin
Behind The Scene
1358      607     6     
Romance
Hidup dengan kecantikan dan popularitas tak membuat Han Bora bahagia begitu saja. Bagaimana pun juga dia tetap harus menghadapi kejamnya dunia hiburan. Gosip tidak sedap mengalir deras bagai hujan, membuatnya tebal mata dan telinga. Belum lagi, permasalahannya selama hampir 6 tahun belum juga terselesaikan hingga kini dan terus menghantui malamnya.
Semesta Berbicara
1424      825     10     
Romance
Suci Riganna Latief, petugas fasilitas di PT RumahWaktu, hanyalah wajah biasa di antara deretan profesional kelas atas di dunia restorasi gedung tua. Tak ada yang tahu, di balik seragam kerjanya yang lusuh, ia menyimpan luka, kecerdasan tersembunyi, dan masa lalu yang rumit. Dikhianati calon tunangannya sendiri, Tougo—teman masa kecil yang kini berkhianat bersama Anya, wanita ambisius dari k...
Between Us
3295      1367     5     
Romance
Song Dami jelas bukanlah perempuan yang banyak bicara, suka tersenyum. Oke, mungkin iya, dulunya, tapi sekarang tidak. Entahlah, dia juga lupa alasan kenapa dia lebih banyak menyembunyikan emosinya dan memilih untuk melakukan apa yang disuruh padanya. Dan karna itu, Sangho, oppanya meminta dia untuk berhenti dari pekerjaannya yang sekarang karna Dami ternyata ditindas oleh sunbaenya. Siapa ya...
Too Late
8084      2093     42     
Romance
"Jika aku datang terlebih dahulu, apakah kau akan menyukaiku sama seperti ketika kau menyukainya?" -James Yang Emily Zhang Xiao adalah seorang gadis berusia 22 tahun yang bekerja sebagai fashionist di Tencent Group. Pertemuannya dengan James Yang Fei bermula ketika pria tersebut membeli saham kecil di bidang entertainment milik Tencent. Dan seketika itu juga, kehidupan Emily yang aw...
Last Hour of Spring
1535      811     56     
Romance
Kim Hae-Jin, pemuda introvert yang memiliki trauma masa lalu dengan keluarganya tidak sengaja bertemu dengan Song Yoo-Jung, gadis jenius yang berkepribadian sama sepertinya. Tapi ada yang aneh dengan gadis itu. Gadis itu mengidap penyakit yang tak biasa, ALS. Anehnya lagi, ia bertindak seperti orang sehat lainnya. Bahkan gadis itu tidak seperti orang sakit dan memiliki daya juang yang tinggi.