Loading...
Logo TinLit
Read Story - Between Us
MENU
About Us  

Saat Dami baru saja sampai di unit apartemen Seungjae, pandangannya langsung tertuju pada kotak berisi mainan dan makanan yang diletakkan di atas meja ruang tamu. Di samping kotak itu, Seungjae tampak sudah siap dengan pakaian rapi seperti hendak pergi ke suatu tempat. Dami mengernyit, sedikit bingung. Ia baru saja sampai dan tidak tahu apa yang sedang terjadi.

"Kau mau pergi ke suatu tempat?" tanya Dami penasaran, menghampiri kotak yang tampak penuh dengan barang-barang.

Seungjae, yang sedang memakai jaket, menoleh sambil tersenyum tipis. "Aku berpikir untuk mengajakmu keluar hari ini. Kita akan ke panti asuhan," jawabnya santai, seolah itu hal yang biasa.

Dami menatap Seungjae dengan tatapan tidak percaya. "Ke panti asuhan? Untuk?"

Seungjae hanya mengangkat bahu sambil tersenyum kecil. "Untuk memberimu hari libur, dan siapa tahu, kau akan menikmati waktumu di sana. Ayo, ikut saja, kau akan tahu nanti."

Dami masih bingung, tapi akhirnya mengangguk setuju. "Baiklah, kalau begitu."

Tidak lama setelah itu, mereka berdua turun ke parkiran. Kali ini, Seungjae yang akan mengemudi. Dami langsung teringat perjalanan mereka sebelumnya ke pantai, di mana dia yang memegang kendali setir. Kali ini, Seungjae mengambil alih, dan Dami hanya bisa duduk di kursi penumpang sambil memperhatikan.

Mereka berkendara dengan suasana santai, berbicara ringan tentang hal-hal sepele. Dami merasa sedikit lebih rileks, menikmati kebersamaan yang tenang. Tapi kebahagiaan itu seketika berubah ketika mereka mendekati jembatan Sungai Han. Tanpa peringatan, dadanya terasa sesak. Napasnya tersendat, dan dunia di sekitarnya seolah berputar.

Dami memejamkan mata dan memegang seatbelt-nya erat-erat, seperti berusaha mencari pegangan di tengah kepanikan yang tiba-tiba menyerang. Jantungnya berdegup kencang, semakin cepat seiring dengan jarak mereka yang semakin dekat dengan jembatan.

Seungjae menoleh sekilas, merasakan ada yang tidak beres. "Dami, kau baik-baik saja?" tanyanya cemas, tangan kirinya siap untuk menginjak rem dan berhenti.

"Tidak, terus saja," Dami berbisik lemah. Suaranya terdengar tertekan, namun tegas. "Jangan berhenti."

Seungjae ragu, namun akhirnya menuruti permintaan Dami. Ia melanjutkan perjalanan melewati jembatan, sambil sesekali melirik Dami yang tampak berjuang menahan diri.

Dengan cepat, Seungjae mengulurkan kantong kertas ke arah Dami. "Bernapaslah lewat ini," perintahnya lembut namun tegas.

Dami meraih kantong itu dengan tangan gemetar, mencoba menarik napas dalam-dalam melalui kantong tersebut. Setiap tarikan napas terasa berat dan lambat, seolah paru-parunya tidak mampu menerima cukup udara. Kepanikan di matanya masih jelas, meski ia berusaha keras mengatasinya.

***

Begitu mereka berhasil melewati jembatan, Seungjae mengebutkan mobil dan menepi di pinggir jalan, agak jauh dari jembatan Sungai Han. Begitu mobil berhenti, Dami buru-buru membuka pintu dan keluar. Tubuhnya terasa lemas, namun dorongan untuk muntah lebih kuat. Dia membungkuk, dan tanpa bisa dicegah, seluruh isi perutnya keluar.

Tubuhnya gemetar, perutnya terasa mual, dan ia tidak bisa menahannya lagi. Dami terus muntah sampai tak ada yang tersisa di perutnya. Nafasnya tersengal-sengal, mencari udara segar, tapi tubuhnya tak lagi punya tenaga. Dia jatuh terduduk di pinggir jalan, merasa kelelahan luar biasa.

Dami menghirup udara dengan rakus, berusaha memenuhi paru-parunya yang terasa seakan kosong. Keringat dingin mengalir di pelipisnya, tubuhnya lemas tak berdaya. Setelah beberapa saat, Seungjae mendekat, menepuk lembut bahunya, memberikan sedikit sentuhan kenyamanan di tengah kepanikannya.

"Minumlah ini." Seungjae menyerahkan botol air minum kepadanya.

Dami menerima botol itu dengan tangan gemetar, perlahan membuka tutupnya dan meneguk air dengan hati-hati. Rasanya sedikit membantu, tapi tubuhnya masih lemas.

"Aku bantu kembali ke mobil, ya?" tawar Seungjae, melihat kondisi Dami yang jelas masih terlalu lemah untuk bangkit sendiri. Dami hanya mengangguk pelan.

Seungjae segera memapahnya, membantunya kembali ke kursi penumpang dengan hati-hati. Dami masih terlihat pucat, namun perlahan dia mulai bisa bernapas lebih stabil. Setelah memastikan Dami duduk dengan nyaman, Seungjae menatapnya dengan penuh kekhawatiran.

"Apa yang terjadi?" tanya Seungjae pelan, matanya tak lepas dari wajah Dami yang masih pucat. "Kau sering mengalami ini?"

Dami menggeleng pelan, mencoba mengatur napasnya yang masih tersengal. "Aku juga tidak tahu. Setiap kali aku melewati jembatan itu, aku selalu seperti ini. Sudah hampir setahun. Padahal dulu aku tidak pernah punya masalah."

Seungjae terdiam, matanya menyipit seolah sedang berpikir keras. "Jadi, ini terjadi setiap kali kau melewati jembatan Sungai Han?"

"Iya, tapi aku tidak tahu kenapa," jawab Dami sambil menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. "Aku belum menemukan alasan pastinya. Rasanya aneh, seperti tubuhku bereaksi tanpa aku bisa kendalikan."

Seungjae terdiam sejenak, menatap Dami dengan ekspresi serius. Ia tahu ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang mungkin bahkan Dami sendiri belum sadari. Namun, ia memilih untuk tidak menekan Dami lebih jauh. "Kau sudah merasa lebih baik?" tanyanya lembut, suaranya penuh perhatian.

Dami mengangguk pelan, meski wajahnya masih terlihat lelah. "Iya, sudah agak baikan. Kita bisa lanjutkan perjalanan."

Seungjae tidak langsung mengemudi. Ia memandang Dami sekali lagi, memastikan benar-benar tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan sebelum akhirnya menyalakan mesin mobil. "Kalau kau merasa tidak enak, bilang saja, ya? Kita bisa berhenti kapan saja."

Dami hanya mengangguk sebagai balasan. Seungjae menatap jalan di depannya, perasaan khawatir masih membayang di pikirannya. Ia tidak pernah melihat Dami dalam keadaan seperti ini sebelumnya. Pikirannya berkecamuk karna khawatir, tapi ia memutuskan untuk menunggu sampai Dami siap bercerita lebih banyak.

Mereka melanjutkan perjalanan dalam keheningan, namun suasana di antara mereka kini berbeda. Ada sesuatu yang belum terucap, tapi keduanya sama-sama tahu bahwa ini bukan saat yang tepat untuk membicarakannya. Seungjae hanya berharap Dami akan baik-baik saja sepanjang sisa hari itu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Like a Dandelion
3076      1082     2     
Romance
Berawal dari kotak kayu penuh kenangan. Adel yang tengah terlarut dengan kehidupannya saat ini harus kembali memutar ulang memori lamanya. Terdorong dalam imaji waktu yang berputar ke belakang. Membuatnya merasakan kembali memori indah SMA. Bertemu dengan seseorang dengan sikap yang berbanding terbalik dengannya. Dan merasakan peliknya sebuah hubungan. Tak pernah terbesit sebelumnya di piki...
The DARK SWEET
714      503     2     
Romance
°The love triangle of a love story between the mafia, secret agents and the FBI° VELOVE AGNIESZKA GOVYADINOV. Anggota secret agent yang terkenal badas dan tidak terkalahkan. Perempuan dingin dengan segala kelebihan; Taekwondo • Karate • Judo • Boxing. Namun, seperti kebanyakan gadis pada umumnya Velove juga memiliki kelemahan. Masa lalu. Satu kata yang cukup mampu melemahk...
Alex : He's Mine
2475      935     6     
Romance
Kisah pemuda tampan, cerdas, goodboy, disiplin bertemu dengan adik kelas, tepatnya siswi baru yang pecicilan, manja, pemaksa, cerdas, dan cantik.
The World Between Us
2417      1041     0     
Romance
Raka Nuraga cowok nakal yang hidupnya terganggu dengan kedatangan Sabrina seseorang wanita yang jauh berbeda dengannya. Ibarat mereka hidup di dua dunia yang berbeda. "Tapi ka, dunia kita beda gue takut lo gak bisa beradaptasi sama dunia gue" "gue bakal usaha adaptasi!, berubah! biar bisa masuk kedunia lo." "Emang lo bisa ?" "Kan lo bilang gaada yang gabis...
Dua Puluh Dua
447      246     2     
Short Story
Kehidupan Rion berubah total di umurnya yang ke dua puluh dua. Dia mulai bisa melihat hal-hal yang mengerikan. Kehadiran Krea di hidupnya membuat Rion jauh lebih baik. Tapi Rion harus menyelesaikan misi agar dirinya selamat.
How Precious You're in My Life
14132      2530     2     
Romance
[Based on true story Author 6 tahun] "Ini bukanlah kisah cinta remaja pada umumnya." - Bu Ratu, guru BK. "Gak pernah nemuin yang kayak gini." -Friends. "Gua gak ngerti kenapa lu kayak gini sama gua." -Him. "I don't even know how can I be like this cause I don't care at all. Just run it such the God's plan." -Me.
Time Travel : Majapahit Empire
53367      5561     10     
Fantasy
Sarah adalah siswa SMA di surabaya. Dia sangat membenci pelajaran sejarah. Setiap ada pelajaran sejarah, dia selalu pergi ke kantin. Suatu hari saat sekolahnya mengadakan studi wisata di Trowulan, sarah kembali ke zaman kerajaan Majapahit 700 tahun yang lalu. Sarah bertemu dengan dyah nertaja, adik dari raja muda Hayam wuruk
IMPIANKU
27764      4206     14     
Mystery
Deskripsi Setiap manusia pasti memiliki sebuah impian, dan berusaha untuk mewujudkan impiannya itu. Walau terkadang suka terjebak dengan apa yang diusahakan dalam menggapai impian tersebut. Begitu pun yang dialami oleh Satria, dalam usaha mewujudkan segala impiannya, sebagai anak Broken Home. Walau keadaan keluarganya hancur karena keegoisan sang ayah. Satria mencoba mencari jati dirinya,...
Titisan Iblis
287      230     0     
Romance
Jika suatu saat aku mati, aku hanya ingin bersamamu, Ali .... Jangan pernah pergi meninggalkanku..... "Layla "
The Diary : You Are My Activist
14872      2528     4     
Romance
Kisah tentang kehidupan cintaku bersama seorang aktivis kampus..