Loading...
Logo TinLit
Read Story - Between Us
MENU
About Us  

Setelah tiba di rumah dan mengunci pintu, Dami menjatuhkan tubuhnya di atas sofa dengan napas lega. Hari itu sangat melelahkan, tetapi juga penuh dengan momen-momen yang membuatnya tersenyum. Dia masih bisa merasakan sisa angin pantai di kulitnya dan suara debur ombak di telinganya. Ia meraba sakunya, mengambil ponsel yang sempat mengganggu tidurnya tadi.

Begitu ponsel menyala, ada notifikasi pesan dari Jian. Dami langsung membuka dan membaca pesannya.

Jian:
Dami-ya, mwohae?

Dami tersenyum, merasa bersalah karena tak sempat membalas lebih cepat. Ia segera mengetik balasan.

Song-Da:
mian baru lihat pesannya
tadi baru pulang dari pantai
neon?

Tidak lama setelah pesan terkirim, ponsel Dami kembali bergetar—kali ini panggilan dari Jian. Tanpa ragu, Dami langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Eo, Jian-ie!" sapa Dami dengan semangat.

"Yo, Dami-ya! Bagaimana harimu? Pantai? Wah, pasti seru!" jawab Jian dengan suara ceria.

Dami tertawa kecil dan mengangguk meskipun Jian tak bisa melihatnya. "Hm, cukup seru. Aku pergi bersama Seungjae. Sebenarnya lebih untuk menenangkan pikirannya. Dia sedang kena writer's block."

"Oh? Bagaimana bisa? Jadi kau dan Seungjae makin akrab sekarang, ya?" tanya Jian, terdengar menggoda.

Dami tertawa pelan, merasa sedikit tersipu. "Bukan seperti itu! Hanya... ya, dia butuh refreshing, dan aku membantunya."

Percakapan pun berlanjut. Malam itu, Dami menghabiskan waktunya bercerita panjang lebar kepada Jian tentang segala hal yang terjadi di pantai, mulai dari makan kerang rebus hingga percakapan mendalam mereka. Jian, seperti biasanya, mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali menambahkan komentar atau tertawa mendengar kisah-kisah kecil yang lucu.

"Jadi kalian makan kerang dan tanganmu kena letusan air panas? Wah, Dami-ya, kau benar-benar ceroboh!" Jian tertawa lepas, membuat Dami ikut tertawa.

"Iya, tapi aku baik-baik saja. Hanya sedikit kaget, tidak terlalu sakit, kok," jawab Dami.

Setelah obrolan panjang itu, keduanya mengucapkan selamat malam. Jian bilang bahwa mereka harus segera bertemu lagi untuk minum kopi atau jalan-jalan seperti biasanya. Dami menyetujui dengan senang hati sebelum menutup telepon dan menatap langit-langit kamarnya. Hari itu memang melelahkan, tetapi penuh dengan kebahagiaan kecil yang membuatnya merasa lebih hidup.

***

Keesokan paginya, Dami kembali ke tempat Seungjae seperti biasa. Pekerjaan sebagai manajernya membuatnya sering bolak-balik ke apartemen sang penulis, tetapi kali ini ada sesuatu yang berbeda. Begitu ia membuka pintu, aroma harum makanan langsung menyambutnya. Dami berjalan pelan menuju dapur, merasa sedikit bingung, tetapi juga penasaran.

Di dapur, Seungjae berdiri dengan apron hitam, sibuk memasak sesuatu di atas kompor. Dami berhenti sejenak, tidak percaya dengan pemandangan di depannya. Biasanya, dia yang sibuk mengurus keperluan Seungjae, termasuk urusan makanan. Namun, pagi itu Seungjae tampak sibuk memasak sendiri.

"Seungjae-ssi?" panggil Dami dengan nada bingung.

Seungjae menoleh sejenak dan tersenyum. "Ah, kau sudah datang. Duduk saja, aku hampir selesai memasaknya."

Dami melangkah mendekat, tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Kau memasak? Untukku?"

"Ya, apa ada yang salah? Aku pikir kau butuh istirahat setelah hari yang panjang kemarin," jawab Seungjae dengan nada ringan.

Dami tersenyum dan akhirnya duduk di meja makan. Dia tidak menyangka Seungjae akan melakukan hal seperti ini. Biasanya, Seungjae tidak terlalu memedulikan hal-hal kecil seperti ini, tetapi pagi ini terasa berbeda. Mungkin mereka mulai merasa lebih nyaman satu sama lain setelah perjalanan ke pantai kemarin.

Tak lama kemudian, Seungjae membawa dua piring berisi makanan yang tampak lezat. Ada nasi, lauk-pauk, dan sup sederhana yang terlihat sangat menggugah selera. Dami memandang hidangan itu dengan mata berbinar.

"Ini terlihat enak!" Dami tak bisa menahan senyumnya.

Seungjae duduk di depannya, melepas apron dan menaruhnya di kursi samping. "Coba dulu, baru kau bisa memujinya."

Dami tertawa kecil dan mulai menyuapkan makanan ke mulutnya. Rasanya ternyata lebih enak daripada yang ia bayangkan. "Wah, ini enak! Aku tidak tahu kau bisa memasak sebaik ini."

Seungjae mengangkat bahu dengan santai. "Aku harus belajar memasak ketika tinggal sendiri. Ternyata ada gunanya juga."

Mereka berdua makan dalam suasana yang tenang, hingga tiba-tiba ponsel di saku Dami bergetar. Ia mengambilnya dan melihat nama Jian muncul di layar.

"Aku pamit sebentar, ada telepon masuk," kata Dami sambil berdiri dari meja makan.

Seungjae mengangguk, memperhatikan Dami yang berjalan keluar dari ruang makan untuk menjawab telepon. Raut wajahnya menunjukkan sedikit kebingungan, tetapi ia tidak berkata apa-apa.

Dami mengangkat telepon sambil berusaha menjaga suaranya tetap rendah. "Eo, Jian, wae?"

Di seberang sana, Jian terdengar agak menyesal. "Dami-ya, aku minta maaf, tapi sepertinya aku tidak bisa pergi akhir pekan ini. Ada urusan kantor yang mendadak."

Dami tersenyum, meskipun Jian tidak bisa melihatnya. "Tidak apa-apa. Urusan keluarga tentu lebih penting. Kita bisa bertemu lain kali."

Setelah berbicara sebentar lagi, Dami menutup telepon dan kembali ke meja makan. Seungjae sedang menyantap makanannya, tetapi ia menoleh ke arah Dami ketika dia duduk kembali di kursinya.

"Itu dari Jian," kata Dami sambil memasukkan ponselnya kembali ke saku.

Seungjae mengangkat alis, menatap Dami dengan pandangan yang penasaran. "Jian?" tanyanya dengan nada datar, tapi rasa ingin tahu tampak di wajahnya. "Ada apa?"

"Biasanya kami suka pergi bersama-sama, terutama di akhir pekan. Tapi sepertinya minggu ini dia tidak bisa karena ada urusan keluarga."

"Oh... Tapi Jian itu siapa?"

"Jian itu..."

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
SEPATU BUTUT KERAMAT: Antara Kebenaran & Kebetulan
7094      2157     13     
Romance
Hidup Yoga berubah total setelah membeli sepatu butut dari seorang pengemis. Sepatu yang tak bisa dibuang dan selalu membawa sial. Bersama Hendi, teman sekosnya, Yoga terjebak dalam kekacauan: jadi intel, menyusup ke jaringan narkoba, hingga menghadapi gembong kelas kakap. Di tengah dunia gelap dan penuh tipu daya, sepatu misterius itu justru jadi kunci penyelamatan. Tapi apakah semua ini nyata,...
Faith Sisters
3185      1520     4     
Inspirational
Kehilangan Tumbuh Percaya Faith Sisters berisi dua belas cerpen yang mengiringi sepasang muslimah kembar Erica dan Elysa menuju kedewasaan Mereka memulai hijrah dari titik yang berbeda tapi sebagaimana setiap orang yang mengaku beriman mereka pasti mendapatkan ujian Kisahkisah yang relatable bagi muslimah muda tentang cinta prinsip hidup dan persahabatan
Your Secret Admirer
2297      796     2     
Romance
Pertemuan tak sengaja itu membuat hari-hari Sheilin berubah. Berubah menjadi sesosok pengagum rahasia yang hanya bisa mengagumi seseorang tanpa mampu mengungkapkannya. Adyestha, the most wanted Angkasa Raya itulah yang Sheilin kagumi. Sosok dingin yang tidak pernah membuka hatinya untuk gadis manapun, kecuali satu gadis yang dikaguminya sejak empat tahun lalu. Dan, ada juga Fredrick, laki-l...
Wilted Flower
345      263     3     
Romance
Antara luka, salah paham, dan kehilangan yang sunyi, seorang gadis remaja bernama Adhira berjuang memahami arti persahabatan, cinta, dan menerima dirinya yang sebenarnya. Memiliki latar belakang keluarga miskin dengan ayah penjudi menjadikan Adhira berjuang keras untuk pendidikannya. Di sisi lain, pertemuannya dengan Bimantara membawa sesuatu hal yang tidak pernah dia kira terjadi di hidupnya...
God's Blessings : Jaws
1877      854     9     
Fantasy
"Gue mau tinggal di rumah lu!". Ia memang tampan, seumuran juga dengan si gadis kecil di hadapannya, sama-sama 16 tahun. Namun beberapa saat yang lalu ia adalah seekor lembu putih dengan sembilan mata dan enam tanduk!! Gila!!!
Kamu Tidak Harus Kuat Setiap Hari
2405      1352     0     
Inspirational
Judul ini bukan hanya sekadar kalimat, tapi pelukan hangat yang kamu butuhkan di hari-hari paling berat. "Kamu Tidak Harus Kuat Setiap Hari" adalah pengingat lembut bahwa menjadi manusia tidak berarti harus selalu tersenyum, selalu tegar, atau selalu punya jawaban atas segalanya. Ada hari-hari ketika kamu ingin diam saja di sudut kamar, menangis sebentar, atau sekadar mengeluh karena semua teras...
Cincin dan Cinta
1411      837     22     
Short Story
Ada yang meyakini, jika sama-sama memiliki cincin tersebut, kisah cinta mereka akan seperti Vesya dan Zami. Lalu, bagaimanakah kisah cinta mereka?
STORY ABOUT THREE BOYS AND A MAN
14997      2981     34     
Romance
Kehidupan Perkasa Bagus Hartawan, atau biasa disapa Bagus, kadang tidak sesuai dengan namanya. Cintanya dikhianati oleh gadis yang dikejar sampai ke Osaka, Jepang. Belum lagi, dia punya orang tua yang super konyol. Papinya. Dia adalah manusia paling happy sedunia, sekaligus paling tidak masuk akal. Bagus adalah anak pertama, tentu saja dia menjadi panutan bagi kedua adiknya- Anggun dan Faiz. Pan...
PENTAS
1229      721     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".
Dia & Cokelat
587      415     3     
Short Story
Masa-masa masuk kuliah akan menjadi hal yang menyenangkan bagi gue. Gue akan terbebas dari segala peraturan semasa SMA dulu dan cerita gue dimulai dengan masa-masa awal gue di MOS, lalu berbagai pertemuan aneh gue dengan seorang pria berkulit cokelat itu sampai insiden jari kelingking gue yang selalu membutuhkan cokelat. Memang aneh!