Loading...
Logo TinLit
Read Story - Between Us
MENU
About Us  

Ternyata, apa yang dibicarakan oleh Seungjae kemarin itu bukanlah hanya omongan belaka. Dia benar-benar menepati janjinya.

Tadi pagi, saat Dami sampai di apartemennya, Seungjae sedang cuci puring. Wangi kopi semerbak di seluruh ruangan tamu.

"Kau sedang apa?" Pertanyaan bodoh. Jelas-jelas dia sedang mencuci piring, Dami.

Dami berjalan meletakkan tasnya di atas sofa dan berangsur ke dapur. "Tadi aku habis makan. Langsung ku cuci lah piringnya." Jawaban Seungjae tentu saja sedikit mengejutkan perempuan itu.

Reaksi terkejut dengan mata yang mengerjap itu menarik senyum simpul di wajah Seungjae. "Kenapa? Kau terlihat kaget?"

"Bukankah biasanya aku yang melakukannya?"

Seungjae menggeleng cepat sambil mengeringkan tangannya menggunakan kain yang tergantung di dekat wastafel. "Kan aku sudah bilang kalau kau sudah lulus dari uji ku. Jadi kau hanya perlu melakukan yang selayaknya seorang manajer terhadap penulis lakukan saja."

"Kau serius?" Tampaknya Dami masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Seungjae barusan. Benar-benar seperti itu, kah?

Lelaki itu menghela napas, menyandarkan tangannya di atas meja makan tempat Dami duduk sekarang, "aku serius. Kenapa kau anggap bercanda sih?"

Dami terkekeh kecil. "Baiklah. Tapi kalau memasak saja, aku masih sanggup kok. Jadi biarkan aku masak oke?"

"Ta--"

"Tidak ada tapi. Toh aku tidak punya banyak pekerjaan juga."

"Baiklah. Baiklah. Aku kembali ke ruang kerja dulu. Karna masih ada yang harus ditulis. Mungkin kapan-kapan akan ku perlihatkan padamu untuk baca terlebih dahulu. Bagaimana? Kau tertarik?"

Dami nyaris tidak bisa menahan senyumnya yang langsung meluap. Matanya berbinar penuh antusiasme, seperti anak kecil yang baru diberi hadiah. Siapa yang tidak senang mendapatkan kesempatan langka ini? Karya seorang Lim Seungjae, penulis ternama yang selalu menghasilkan buku-buku laris. 

"Aku mau, aku mau," katanya sumringah, membuat Seungjae tersenyum kecil dan secara tak sadar mengacak rambutnya sambil berlalu ke ruang kerjanya. Meninggalkan Dami yang sekarang mematung terkejut dan rona merah di wajah yang mulai muncul. Dami tertegun sejenak. Pipinya memanas, jantungnya berdetak lebih cepat.

 Apa-apaan ini? batinnya, sambil berusaha menenangkan diri dengan satu tarikan napas.

***

 Kedua kaki Dami bergoyang ke depan dan belakang. Merasa sedikit bosan karna biasanya ada perkejaan yang dia kerjakan, tapi sekarang leluasa sekali waktunya. Matanya sesekali memperhatikan Nemo yang sedang tertidur diatas kasurnya dengna manis. 

Merasa bosan menunggu waktu untuk menyiapkan makan siang, Dami berjalan pelan untuk mengelus Nemo yang perlahan membuka matanya dan menggoyangkan ekornya dengan senang kala mendapati Dami sedang berjalan ke arahnya. "Aigoo, Nemo-ya. Neon eojjeom ireohge gwiyeowosseulkka? Aigoo aigoo. Sinnasseo? Sinnattne." Tangan Dami sibuk mengelus perut Nemo yang terbuka terhadapnya seakan memang minta dielus. Bermain dengan Nemo seperti ini membuat Dami jadi tersenyum sendiri karna seperti mendapatkan energi positif dari seekor anjing.

Drrttt drrttt

Mendengar ada suara getar dari hapenya yang diletakkan diatas meja tadi, Dami sedikit bergegas untuk mengangkatnya. Terdapat nama 'JIAN-KU' di layar ponselnya yang membuatnya sedikit senang. Karna ada teman yang bisa menemaninya.

"Jian!"

"Mwoya? Wae ireohge sinnasseo? Joheun ili saengyeottna?" tanya Jian bercanda di seberang telepon itu. (Apa ini? Kenapa kau terlihat senang sekali? Apakah ada hal baik yang terjadi?)

Dami melemparkan tubuhnya ke sofa dan tersenyum lebar. "Kau tahu? Aku sudah berbaikan dengan Seungjae-ssi."

"Oh benarkah? Berarti sia-sia kau kesal kemarin?"

"Tidak juga sih. Wajar kan jika aku kesal? Akan kuceritakan nanti."

"Iya iya. Aku tunggu ceritamu ya."

Senyum Dami semakin lebar mendengar dukungan dari temannya itu. "Kau sedang tidak bekerja?"

"Aku se--"

Drrrggg

Suara pintu ruang kerja yang terbuka, menyita perhatian Dami sebentar. Ia menutup speaker hapenya dan berbalik menatap Seungjae yang baru saja keluar dari ruangan. "Ada yang ingin kubantu?"

Seungjae tersenyum dan menggeleng. Tangannya mengisyaratkan untuk Dami lanjut telepon saja. Sedangkan dirinya pergi ke dapur untuk menuangkan air putih ke dalma cangkir. 

"Eo? Apa Jian? Aku tadi sedang bicara dengan Seungjae sebentar."

Terdengar helaan lelah dari seberang sana yang seakan menandakan sudah lelah bicara ternyata tidak didengar. "Kau ini. Aku sudah bicara ternyata tidak didengar. Aku sedang di luar tadi dari membeli makan. Ini sudah di kantor. Kau juga kembalilah sana. Semangat!!"

"Kau tidak merajuk kan?" ledek Dami iseng. 

"Aku tidak merajuk, Song Dami. Aku harus bekerja lagi sekarang."

Dami terkekeh, "baiklah. Sampai ketemu lain kali!"

***

Jarum di jam dinding yang tergantung pada runag tengah sudah menunjukkan pukul 2.45 siang. Tapi lelaki yang sedari tadi bekerja di ruang kerja itu belum ada tanda-tanda akan keluar untuk makan sama sekali. 

Dami sampai harus rebahan lagi di sofa karna menunggu Seungjae yang tak kunjung kelaur dari ruang kerjanya. Sesekali ia juga melihat jam dinding tersebut, menunggu suara pintu terbuka, tapi tak ada sama sekali. Dami juga sudah lapar sekali sekarang. 

Jarum jam terus bergerak mendekati pukul tiga sore, dan perut Dami mulai keroncongan. Tapi bukan hanya rasa laparnya yang mengusik pikirannya, melainkan kekhawatirannya terhadap Seungjae. Apakah dia benar-benar berniat melewatkan makan siang lagi? Wajahnya mengingatkan Dami pada kejadian beberapa waktu lalu, saat Seungjae terlalu sibuk sampai akhirnya tumbang karena sakit.

Dia tidak boleh terlalu keras pada dirinya sendiri, pikir Dami sambil menghela napas, akhirnya memutuskan untuk mengetuk pintu ruang kerjanya.

Dengan segala pertimbangan, Dami berdiri dari sofa dan berjalan pelan ke ruang kerja Seungjae. Mengetuknya tiga kali dengan pelan. 

Terdengar suara samar-samar yang menjawab dari dalam ruangan itu, "Ne?"

"Seungjae-ssi. Kau tidak mau makan siang? Ini sudah jam setengah tiga siang," jawab Dami dengan halus dan telinga yang didekatkan ke pintu ruang kerja itu, menunggu jawaban selanjutnya.

Lalu, ada suara kaki kursi yang digerakkan, dilanjutkan dengan suara sepasang kaki yang berjalan mendekat. Tak lama, pintu ruang kerja itu terbuka, menampilkan Seungjae dengan pakaian santainya dengan rambut sedikit berantakan dan kacamata yang bertengger agak turun di hidungnya, menambah kesan seorang penulis yang terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. 

"Kau bisa makan duluan, Dami-ssi." 

Dami mengerjapkan matanya sejenak, mencoba menenangkan diri sebelum menjawab. "Tidak. Sibuk atau tidak, kau harus tetap makan. Kau tidak boleh terus memforsir dirimu sendiri, ingat kan? Aku tidak mau kau jatuh sakit lagi seperti waktu itu."

Suaranya terdengar lembut, tetapi tegas. Tangannya yang kecil menggenggam lengan Seungjae, menariknya dengan mantap ke arah meja makan. "Ini juga bagian dari tugasku sebagai manajermu," tambahnya, memberi senyum tipis yang penuh makna.

Dami menyuruh Seungjae untuk duduk dan memberikan peralatan makan padanya. 

"Mau sesibuk apapun, harus makan," katanya tegas sambil memberikan sumpit dan sendok pada Seungjae yang diterima dengan senyuman tulus Seungjae. 

Jarang sekali ada yang mengingatkannya untuk makan seperti ini. Selama ini dengan Sangho, dia jarang dipaksa makan seperti ini karna Sangho juga hampir tidak ada waktu untuk memperhatikannya secara khusus. Dia memegang 5 penulis di perusahaannya. jadi semua harus terbagi rata.

Seungjae tersenyum dan mengangguk patuh. "Baiklah. Terimakasih banyak."

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
NADA DAN NYAWA
14596      2707     2     
Inspirational
Inspirasi dari 4 pemuda. Mereka berjuang mengejar sebuah impian. Mereka adalah Nathan, Rahman, Vanno dan Rafael. Mereka yang berbeda karakter, umur dan asal. Impian mempertemukan mereka dalam ikatan sebuah persahabatan. Mereka berusaha menundukkan dunia, karena mereka tak ingin tunduk terhadap dunia. Rintangan demi rintangan mereka akan hadapi. Menurut mereka menyerah hanya untuk orang-orang yan...
PENTAS
1106      652     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".
Premium
Ilalang 98
6036      2013     4     
Romance
Kisah ini berlatar belakang tahun 1998 tahun di mana banyak konflik terjadi dan berimbas cukup serius untuk kehidupan sosial dan juga romansa seorang mahasiswa jurusan Sastra Indonesia bernama Ilalang Alambara Pilihan yang tidak di sengaja membuatnya terjebak dalam situasi sulit untuk bertahan hidup sekaligus melindungi gadis yang ia cintai Pada akhirnya ia menyadari bahwa dirinya hanya sebuah il...
Stay With Me
180      152     0     
Romance
Namanya Vania, Vania Durstell tepatnya. Ia hidup bersama keluarga yang berkecukupan, sangat berkecukupan. Vania, dia sorang siswi sekolah akhir di SMA Cakra, namun sangat disayangkan, Vania sangat suka dengan yang berbau Bk dan hukumuman, jika siswa lain menjauhinya maka, ia akan mendekat. Vania, dia memiliki seribu misteri dalam hidupnya, memiliki lika-liku hidup yang tak akan tertebak. Awal...
Nothing Like Us
34021      4156     51     
Romance
Siapa yang akan mengira jika ada seorang gadis polos dengan lantangnya menyatakan perasaan cinta kepada sang Guru? Hal yang wajar, mungkin. Namun, bagi lelaki yang berstatus sebagai pengajar itu, semuanya sangat tidak wajar. Alih-alih mempertahankan perasaan terhadap guru tersebut, ada seseorang yang berniat merebut hatinya. Sampai pada akhirnya, terdapat dua orang sedang merencanakan s...
Jangan Datang Untuk Menyimpan Kenangan
512      366     0     
Short Story
Kesedihan ini adalah cerita lama yang terus aku ceritakan. Adakalanya datang sekilat cahaya terang, menyuruhku berhenti bermimpi dan mencoba bertahan. Katakan pada dunia, hadapi hari dengan berani tanpa pernah melirik kembali masa kelam.
KATAK : The Legend of Frog
411      331     2     
Fantasy
Ini adalah kisahku yang penuh drama dan teka-teki. seorang katak yang berubah menjadi manusia seutuhnya, berpetualang menjelajah dunia untuk mencari sebuah kebenaran tentangku dan menyelamatkan dunia di masa mendatang dengan bermodalkan violin tua.
About Us
2490      987     2     
Romance
Cinta segitiga diantara mereka...
BlueBerry Froze
3436      1071     1     
Romance
Hari-hari kulalui hanya dengan menemaninya agar ia bisa bersatu dengan cintanya. Satu-satunya manusia yang paling baik dan peka, dan paling senang membolak-balikkan hatiku. Tapi merupakan manusia paling bodoh karena dia gatau siapa kecengan aku? Aku harus apa? . . . . Tapi semua berubah seketika, saat Madam Eleval memberiku sebotol minuman.
After School
2448      1146     0     
Romance
Janelendra (Janel) bukanlah cowok populer di zaman SMA, dulu, di era 90an. Dia hanya cowok medioker yang bergabung dengan geng populer di sekolah. Soal urusan cinta pun dia bukan ahlinya. Dia sulit sekali mengungkapkan cinta pada cewek yang dia suka. Lalu momen jatuh cinta yang mengubah hidup itu tiba. Di hari pertama sekolah, di tahun ajaran baru 1996/1997, Janel berkenalan dengan Lovi, sang...