Loading...
Logo TinLit
Read Story - Between Us
MENU
About Us  

Sangho tiba di apartemen Seungjae dengan napas yang tersengal-sengal. Ketika melihat tubuh temannya yang terbaring lemas di sofa, wajahnya memucat. Seolah sudah bersiap, Sangho melihat Dami sudah memakai tas ransel Seungjae yang kebetulan ada di ruang tamu. Tanpa banyak bicara, Samgho segera memapah Seungjae, menempatkan satu tangan Seungjae di bahunya, sementara Dami membantu menahan di sisi lainnya. Keduanya berusaha sebisa mungkin membuat Seungjae tetap berdiri saat mereka menuju mobil.

Di rumah sakit, suasana menjadi lebih tegang. Sangho memutuskan untuk langsung mengurus administrasi, meninggalkan Dami untuk menemani Seungjae di ruang tunggu. Dami duduk di samping Seungjae yang terbaring lemah di ranjang pemeriksaan. Wajah Seungjae pucat, dan keringat masih mengalir di dahinya.

Beberapa menit berlalu dalam keheningan sebelum akhirnya Seungjae membuka matanya sedikit, suaranya serak dan hampir tak terdengar. "Air," katanya lemah.

Dami dengan cekatan mengambil gelas air dari meja di dekatnya dan membantu Seungjae minum. Setelah meneguk beberapa kali, Seungjae mencoba untuk menggerakkan tubuhnya lebih tegak, meskipun masih terlihat sangat lemas. Matanya yang tadinya buram mulai lebih fokus, dan ia memandang Dami dengan tatapan bingung.

"Kau adiknya Sangho, ya?" tanyanya, suaranya masih terdengar serak tapi lebih jelas. Matanya memperhatikan tangannya yang kini tengah dipasang jarum infus.

Dami mengangguk pelan, sedikit canggung. "Iya, aku Dami," jawabnya dengan nada lembut.

Setelah itu, keheningan kembali menyelimuti mereka. Tidak ada satu pun dari mereka yang membuka mulut. Seungjae, meski baru saja bangun dari pingsan, tampak lebih terjaga dan mulai mencari-cari sesuatu.

"Apakah kau membawa tasku?" tanyanya.

Dami sempat bingung sesaat dengan pertanyaan Seungjae, tapi dia mengangguk juga. Ia memberikan tasnya pada Seungjae dengan segera.

Seungjae dengan tangan yang masih diinfus, mengeluarkan laptopnya dari tas dan langsung tenggelam dalam pekerjaannya. Jari-jarinya mulai menari di atas keyboard, seolah dunia luar tak lagi ada. Dami hanya bisa menggelengkan kepala, bingung melihat orang yang sakit parah masih saja bekerja.

Sementara itu, Dami mengambil ponselnya dan mulai menonton drama Korea untuk menghabiskan waktu, sesekali melirik Seungjae yang tampak begitu serius menulis. Suara ketikan di laptop Seungjae dan video yang dimainkan Dami adalah satu-satunya suara di ruang kecil itu, seolah dunia mereka hanya terdiri dari layar laptop dan ponsel.

Tak lama kemudian, pintu ruangan terbuka, dan Sangho masuk. Wajahnya sedikit lega setelah berhasil menyelesaikan administrasi. "Bagaimana dia?" tanya Sangho, memandang Dami dengan cemas.

Dami menoleh dan menunjuk Seungjae dengan dagunya. "Dia sudah bangun dan... dia malah menulis," jawabnya, menunjukkan sedikit kebingungan di wajahnya.

Sangho hanya menghela napas dan menggelengkan kepala, menghampiri Seungjae yang masih tenggelam dalam pekerjaannya. Dengan gerakan cepat, Sangho mengambil laptop dari tangan Seungjae, membuat Seungjae protes lemah.

"Hei, kau ini harus istirahat, bukannya kerja terus!" Sangho menegur dengan nada yang lebih tegas dari biasanya.

Seungjae hanya bisa memandang Sangho dengan mata setengah tertutup. "Aku harus menyelesaikan ini," gumamnya sebelum kepalanya kembali terjatuh di atas bantal. Badannya tampak menyerah pada kelelahan.

Sangho mendudukkan dirinya di kursi, sementara Dami memutuskan untuk keluar sebentar. "Aku keluar sebentar dulu, Oppa," ucapnya sambil melirik Seungjae yang sudah setengah tertidur. Sangho mengangguk, mengucapkan terima kasih pada adiknya sebelum Dami meninggalkan ruangan.

***

Setelah ijin keluar sebentar, Dami segera menelepon temannya, Jian, untuk menceritakan kejadian yang baru saja ia alami di apartemen Seungjae dan rumah sakit. "Aku benar-benar tidak menyangka, Jian. Dia pingsan begitu saja, badannya panas sekali!" kata Dami sambil duduk di kursi pengunjung di taman rumah sakit.

"Serius? Kasian banget Seungjae-ssi. Mungkin dia terlalu capek," jawab Jian dengan nada prihatin di ujung sana. "Kapan kita ketemu lagi? Aku pengen denger ceritanya langsung."

Dami mengangguk meski Jian tidak bisa melihatnya. "Nanti deh, kita atur waktu. Aku pasti cerita lebih lengkap."

***

Di rumah sakit, setelah Sangho memastikan Seungjae tertidur nyenyak, dia menaruh laptop Seungjae jauh dari jangkauannya. "Kau ini, kerja terus. Istirahatlah dulu," gumam Sangho pelan pada dirinya sendiri. Dia tahu betapa kerasnya Seungjae bekerja, tetapi ada saat-saat di mana tubuh harus diberi waktu untuk pulih.

Saat Sangho duduk di kursi di samping ranjang, teleponnya tiba-tiba berdering. Ia mengangkatnya dan tampak semakin serius setelah mendengar isi pembicaraannya. "Ya, saya akan segera ke sana," kata Sangho sebelum menutup telepon.

Ia menatap Seungjae yang masih tertidur lelap. "Dami," panggilnya sambil melirik pintu. Dami yang baru saja kembali, menoleh langsung.

"Ada apa, Oppa?"

"Aku harus kembali ke kantor segera. Seungjae masih butuh diawasi, kau bisa jaga dia sementara?" tanya Sangho dengan nada penuh harap.

Dami, meski awalnya ragu, akhirnya mengangguk setuju. "Baiklah. Aku akan tunggu di sini."

Sangho tersenyum tipis, merasa lega karena Dami bisa diandalkan dalam situasi mendadak ini. "Gomawo, aku nggak akan lama," ucapnya sebelum cepat-cepat pergi.

***

Waktu berlalu, dan suasana kembali sunyi di dalam ruangan rumah sakit. Dami duduk di kursi dekat tempat tidur Seungjae, sesekali menatap ponselnya, menunggu kabar dari Sangho atau sekadar mengisi waktu.

Tiba-tiba, telepon Dami berdering. Nama Sangho muncul di layar, membuat Dami mengernyitkan dahi. Mengapa Sangho menelepon? Bukankah dia bilang tidak akan lama?

"Ne, Oppa?" jawab Dami setelah mengangkat telepon.

Suara di ujung telepon tidak seperti yang Dami harapkan. Itu bukan suara Sangho. Suara seseorang yang terdengar tegang dan serius. "Apakah Anda keluarga dari Tuan Song Sangho?"

Hati Dami mencelos. "Iya, saya adiknya. Ada apa?" tanyanya dengan suara gemetar.

"Maaf, tapi Tuan Song Sangho mengalami kecelakaan. Dia sedang dibawa ke rumah sakit terdekat," suara itu menjelaskan dengan cepat dan penuh formalitas, tapi cukup untuk membuat dunia Dami berputar.

Dami membeku sejenak, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Kecelakaan?" bisiknya lemah, hampir tak terdengar.

"Benar, kami sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit Mirae," lanjut suara di telepon.

Ponsel Dami hampir terlepas dari genggamannya. Hatinya terasa hampa, perasaannya bercampur aduk antara kaget dan takut. Pandangannya beralih ke arah Seungjae yang masih terbaring lemah di ranjang, belum sadar sepenuhnya dari kelelahan.

"Aku harus pergi," Dami bergumam pada dirinya sendiri, mencoba mengumpulkan kekuatan. Tapi bagaimana dengan Seungjae? Jika ia meninggalkannya sendirian, siapa yang akan menjaganya?

Ah persetanlah. Kakaknya lebih penting untuknya. Toh masih satu rumah sakit ini. Dia hanya perlu naik turun saja jika diperlukan.

[TBC]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Pelukan Ibu Guru
605      455     0     
Short Story
Kisah seorang anak yang mencari kehangatan dan kasih sayang, dan hanya menemukannya di pelukan ibu gurunya. Saat semua berpikir keduanya telah terpisah, mereka kembali bertemu di tempat yang tak terduga.
Janji-Janji Masa Depan
15706      3627     12     
Romance
Silahkan, untuk kau menghadap langit, menabur bintang di angkasa, menyemai harapan tinggi-tinggi, Jika suatu saat kau tiba pada masa di mana lehermu lelah mendongak, jantungmu lemah berdegup, kakimu butuh singgah untuk memperingan langkah, Kemari, temui aku, di tempat apa pun di mana kita bisa bertemu, Kita akan bicara, tentang apa saja, Mungkin tentang anak kucing, atau tentang martabak mani...
Rain Murder
2557      677     7     
Mystery
Sebuah pembunuhan yang acak setiap hujan datang. Apakah misteri ini bisa diungkapkan? Apa sebabnya ia melakukannya?
Dessert
1054      555     2     
Romance
Bagi Daisy perselingkuhan adalah kesalahan mutlak tak termaafkan. Dia mengutuk siapapun yang melakukannya. Termasuk jika kekasihnya Rama melakukan penghianatan. Namun dia tidak pernah menyadari bahwa sang editor yang lugas dan pandai berteman justru berpotensi merusak hubungannya. Bagaimana jika sebuah penghianatan tanpa Daisy sadari sedang dia lakukan. Apakah hubungannya dengan Rama akan terus b...
Can You Be My D?
97      87     1     
Fan Fiction
Dania mempunyai misi untuk menemukan pacar sebelum umur 25. Di tengah-tengah kefrustasiannya dengan orang-orang kantor yang toxic, Dania bertemu dengan Darel. Sejak saat itu, kehidupan Dania berubah. Apakah Darel adalah sosok idaman yang Dania cari selama ini? Ataukah Darel hanyalah pelajaran bagi Dania?
Loker Cantik
549      415     0     
Short Story
Ungkapkan segera isi hatimu, jangan membuat seseorang yang dianggap spesial dihantui dengan rasa penasaran
Too Late
8077      2093     42     
Romance
"Jika aku datang terlebih dahulu, apakah kau akan menyukaiku sama seperti ketika kau menyukainya?" -James Yang Emily Zhang Xiao adalah seorang gadis berusia 22 tahun yang bekerja sebagai fashionist di Tencent Group. Pertemuannya dengan James Yang Fei bermula ketika pria tersebut membeli saham kecil di bidang entertainment milik Tencent. Dan seketika itu juga, kehidupan Emily yang aw...
Kepada Gistra
521      390     0     
Short Story
Ratusan hari aku hanya terfokus mengejar matahari. Namun yang menunggu ku bukan matahari. Yang menyambutku adalah Bintang. Kufikir semesta mendukungku. Tapi ternyata, semesta menghakimi ku.
FAYENA (Menentukan Takdir)
535      350     2     
Inspirational
Hidupnya tak lagi berharga setelah kepergian orang tua angkatnya. Fayena yang merupakan anak angkat dari Pak Lusman dan Bu Iriyani itu harus mengecap pahitnya takdir dianggap sebagai pembawa sial keluarga. Semenjak Fayena diangkat menjadi anak oleh Pak Lusman lima belas tahun yang lalu, ada saja kejadian sial yang menimpa keluarga itu. Hingga di akhir hidupnya, Pak Lusman meninggal karena menyela...
THE HISTORY OF PIPERALES
2112      824     2     
Fantasy
Kinan, seorang gadis tujuh belas tahun, terkejut ketika ia melihat gambar aneh pada pergelangan tangan kirinya. Mirip sebuah tato namun lebih menakutkan daripada tato. Ia mencoba menyembunyikan tato itu dari penglihatan kakaknya selama ia mencari tahu asal usul tato itu lewat sahabatnya, Brandon. Penelusurannya itu membuat Kinan bertemu dengan manusia bermuka datar bernama Pradipta. Walaupun begi...