Kejadian itu membuat Azra lebih giat belajar karena dia sudah mendapatkan informasi bahwa sekitar tiga bulan lagi akan ada event lomba akuntansi lainnya. "Ya kali ini aku harus belajar lebih giat lagi!" tekad Azra. Hampir setiap ada waktu kosong dia selalu ke perpustakaan sekolah dan begitu pun di rumah dia lebih sering berada di perpustakaan daripada di dalam kamar.
Pagi itu saat jam istirahat Azra membaca buku di perpustakaan. Bu Reyn yang melihat Azra begitu keras dalam belajar menghampirinya. "Assalamualaikum," sapa Bu Reyn.
"Wa'alaikumussalam," jawab Azra seraya menoleh ke belakang. "Eh Bu Reyn, ada apa Bu?" tanya Azra.
"Ibu perhatikan tiga hari terakhir ini kamu serius sekali belajarnya," ujar Bu Reyn.
"Hmmm.... Nggak juga kok Bu, memang biasanya seperti ini dari dulu," jelas Azra.
"Ibu senang dengan semangatmu Azra, Ibu ada sebuah tawaran untukmu tapi jika kamu mau sih?" ujar Bu Reyn.
"Tawaran apa Bu?" tanya Azra penasaran.
"Ibu tahu kamu sudah berusaha keras dalam persiapan seleksi kemarin, ibu salut dengan kerja kerasmu juga hasil seleksi kemarin bagi Ibu itu sangat memuaskan karena kamu satu-satunya siswa kelas 10 yang sampai ke tahap itu. Nah jika kamu berkenan Ibu ingin kamu ikut belajar bareng tim yang akan dikirimkan siapa tahu untuk event selanjutnya kamu bisa bergabung bersama mereka," tawar Bu Reyn.
Azra yang mendengar tawaran Bu Reyn begitu bahagia. "Serius Bu?" tanya Azra tidak percaya dengan tawaran itu.
"Iya Azra. Ibu yakin kamu nantinya akan menjadi penerus perjuangan kakak tingkatmu," ujar Bu Reyn.
"Terima kasih Bu atas kesempatannya," ucap Azra.
"Udah Ibu mau ke ruang guru dulu, Ibu harus menyelesaikan tugas dari kepala sekolah. Oh iya jagan lupa sore ini kita latihan!" ujar Bu Reyn.
"Baik Bu," ujar Azra bahagia.
"Assalaamu'alaikum." pamit Bu Reyn seraya meninggalkan Azra.
"Wa'alaikumussalam," jawab Azra.
Azra begitu bahagia mendengar berita itu walaupun dia tidak ikut lomba itu tapi setidaknya ia bisa bergabung bersama tim peserta lomba. "Alhamdulillah Ya Rabb akhirnya aku bisa belajar bersama orang-orang hebat," lirih Azra.
Azra kemudian meninggalkan perpustakaan menuju ke kelasnya.
***
Setelah jam pelajaran berakhir Azra langsung menemui Bu Reyn, ia begitu bersemangat untuk mengikuti latihan bersama tim peserta lomba itu. "Assalamualaikum," ujar Azra mengucapkan salam.
"Wa'alaikumussalam," jawab Bu Reyn. "Eh Azra, hari ini kita latihan di kelas 12 Akuntansi 3 jadi kamu boleh gabung kesana dengan kakak tingkatmu nanti Ibu menyusul karena Ibu masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan," tutur Bu Reyn.
"Oh, baiklah Ibu," jawab Azra mengiyakan. "Azra langsung kesana ya Bu, Assalaamu'alaikum," pamit Azra.
"Wa'alaikumussalam," jawab Bu Reyn. "Semangat anak itu sungguh luar biasa," batinnya kagum.
Azra berjalan menuju ruang kelas 12 Akuntansi 3, awalnya dia malu untuk masuk tapi tekadnya untuk belajar mematahkan segalanya. Dengan langkah pelan ia menuju pintu kelas itu kemudian mengucapka salam "Assalamualaikum."
Seisi ruangan menoleh dan menjawab salam. "Wa'alaikumussalam."
"Eh, Azra," ujar Lestari.
"Iya Kak," jawab Azra seraya tersenyum.
"Kamu lagi nyari siapa?" tanya Lestari.
"Azra disuruh Bu Reyn untuk gabung dengan kakak-kakak semua disini!" tuturnya.
"Oalah. Duduk-duduk," tawar Lestari.
"Terima kasih kak" Ucap Azra.
"Selamat bergabung ya Azra" Ujar seorang lelaki yang berperawakan tinggi dan gagah.
"Terima kasih kak atas sambutannya" Ucap Azra.
"Oh, Iya perkenalkan nama saya Ryadi" Ujar lelaki itu seraya menyodorkan tangannya ke arah Azra.
Azra mengatup kedua tangannya seraya berkata "Iya Kak saya Azra," ujarnya.
Ryadi menarik tangannya, ia begitu bingung mengapa Azra tidak mau menjabat tangannya. "Hmmm... Bukankah dia siswi teladan di sekolah ini? Mengapa dia begitu sombong?" ujarnya kebingungan.
Lestari yang melihat Ryadi kebingungan langsung meluruskan maksud Azra. "Dalam agama Islam laki-laki dan perempuan yang bukan mahram tidak boleh bersentuhan Ryadi," jelas Lestari.
"Ohhh.... Begitu ya! Mahram itu apa?" tanyanya penasaran.
"Hmmm... Nanti aku jelasin deh, sekarang kita tunggu Bu Reyn aja dulu" Ujar Lestari.
"Okaylah," jawab Ryadi mengiyakan padahal ia begitu penasaran dengan itu semua.
Sekitar sepuluh menit kemudian Bu Reyn memasuki ruangan. "Assalamualaikum," ujar Bu Reyn mengucapkan salam.
"Wa'alaikumussalam Bu," jawab Azra dan yang lainnya hampir bersamaan.
"Baiklah hari ini kita lanjutkan pembelajaran kita, tapi sebelum kita mulai Ibu akan memperkenalkan junior kalian. Azra maju nak!" pinta Bu Reyn.
"Baik Bu," jawab Azra mengiyakan seraya berjalan kearah Bu Reyn.
"Perkenalkan dirimu," pinta Bu Reyn.
Azra memperkenalkan dirinya "Baiklah Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ujar Azra memulai.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," Jawab yang lainnya.
"Nama saya Afischa Azra, biasa dipanggil Azra terkadang juga Afischa. Saya tinggal di komplek citra..." Belum selesai ia memperkenalkan diri Lestari terkejut sampai mengeluarkan suara "Apa?" kaget Lestari.
"Ada apa kak?" tanya Azra kebingungan.
"Komplek Citra itu adalah komplek ter-elit di kota ini, Demi Allah aku tidak menyangka kalo Azra tinggal disana. Kamu begitu sederhana untuk orang se-elit itu Azra. Pantas dirimu menjadi siswi teladan di sekolah ini. Aku salut dengan dirimu," ujar Lestari seraya mengacungkan kedua jempolnya.
Ryadi mendengar pernyataan Lestari terancak kagum dengan Azra. "Hmm.... Ternyata dia tidak seburuk yang aku kira. Malah dia begitu baik, dia adalah mutiara di antara perhiasaan kain-kain sutra," batinnya.
"Semua itu bukan milikku kak tapi titipan Allah kepada keluargaku," ujar Azra merendah. Azra akhirnya melanjutkan perkenalannya. Setelah selesai ia langsung kembali ke tempat duduknya.
Ryadi kembali terdiam mengagumi Azra. "Yesus.... Jiwa Bunda Maria kah yang Engkau titipkan padanya? Bunda Maria dalam balutan Islami," lirih Ryadi dalam hati.
Mereka akhirnya mulai mempelajari materi yang akan dipelajari untuk persiapan lomba cerdas cermat akuntansi itu.
***
Sejak saat itu Azra ikut latihan untuk persiapan lomba hingga dirinya harus izin kepada Ibu Shalihah untuk tidak latihan sambung ayat bersama Azmi. "Bu, Azra boleh minta izin nggak untuk seminggu ini Azra tidak ikut latihan dulu karena Azra mau ikut latihan bersama tim lomba cerdas cermat akuntansi, Azra nggak ikut lomba sih Bu tapi Azra ingin belajar untuk persiapan lomba selanjutnya," pinta Azra.
"Oalah... Tidak apa-apa kok Ra, lagian acara kita masih satu bulan lagi kok. Yaudah semangat ya! Semoga berhasil, oh iya tolong kamu sampaikan dengan Azmi kalau kita seminggu ini free dulu," pinta Bu Shalihah.
"Baik Bu, terima kasih," ucap Azra senang.
"Sama-sama,"
Azra bingung bagaimana dia harus menyampaikan pesan Bu Shalihah kepada Azmi, sementara dirinya belum sanggup untuk bertemu dengan Azmi. "Ya Allah... Bagaimana ini?" rintihnya.
Ia berjalan menyusuri koridor kelas menuju perpustakaan. Karena tidak fokus dengan jalan Azra menabrak Tiara. "Aduh....," keluh Azra. Azra menoleh ke arah orang yang ditabraknya. "Maaf Ti," ucap Azra.
"Hmmm... Nggak apa-apa kok Ra," ujar Tiara.
Tiba-tiba otak Azra merespon sebuah ide "Iya Tiara, aku minta tolong Tiara aja untuk nyampein pesan dari Bu Shalihah," bisiknya dalam hati. "Eh,Ti aku boleh minta tolong nggak?" tanya Azra.
"Minta tolong apa Ra?" tanya Tiara.
Tadi Aku bertemu dengan Bu Shalihah, beliau memintaku untuk menyampaikan pesan kepada Azmi. Tapi.... Aku....." Belum selesai ia bicara, Tiara yang sudah mengerti maksud Azra langsung memotong ucapannya "Kamu minta tolong untuk menyampaikan pesan itu ke Azmi kan!" tebak Tiara.
Azra mengangguk.
Karena mengerti kegalauan hati sahabatnya itu Tiara langsung mengiyakan "Baiklah, apa pesan dari Bu Shalihah biar aku sampaikan!" ujar Tiara.
"Makasih Ti," ujar Azra seraya memeluk sahabatnya itu penuh haru. "Kamu emang selalu mengerti diriku Ti" ujar Azra seraya meneteskan air mata.
"Eh.... Kok malah nangis!" tanya Tiara.
"Tak perlu kau tanyakan mengapa aku menangsi, karena tangisku ini adalah tangis bahagia, aku bahagia memiliki sahabat sepertimu Ti," ujar Azra.
"Oalah Ra.... Ra..... Aku juga bahagia mempunyai sahabat sepertimu," ujar Tiara membalas pelukan Azra.
Persahabatan kedua insan karena Allah melahirkan cinta yang begitu suci dan murni menghiasi cakrawala langit arunika.
***
Buku demi buku dilahap habis olehnya, setiap soal ia coba jawab dengan sebaik-baiknya. Mulai dari persamaan dasar, jurnal, buku besar, penyesuaian, hingga laporan keuangan dipelajarinya tanpa henti. Hingga akhirnya hari ini adalah hari terakhirnya latihan bersama perwakilan sekolahnya dalam lomba cerdas cermat akuntansi esok pagi.
Azra menata ruangan di sekitarnya namun ada yang kurang disana, iya Lestari tidak ada di ruangan itu. Karena merasa bingung Azra akhirnya memberanikan diri untuk bertanya kepada Ryadi. "Permisi kak," sapa Azra.
"Kenapa Ra?" tanya Ryadi.
"Kak Lestari mana Kak? Masih di kelasnya atau dimana?" tanya Azra.
"Oh, iya Lestari sakit Ra. Tadi aja dia nggak masuk, kabarnya dia terkena demam berdarah," jelas Ryadi.
"Innalillah, beneran kak?" tanya Azra tidak percaya.
"Iya Ra," jawab Ryadi.
"Ya Allah sembuhkanlah Kak Lestari" doa Azra.
"Aamiin..."
Beberapa jurus kemudian Bu Reyn memasuki ruangan itu "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," sapa Bu Reyn.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab seisi ruangan.
"Oh iya hari ini adalah hari terakhir persiapan kita, tapi hari ini kita mendapatkan berita duka dari sahabat kita. Teman kalian Lestari saat ini dirawat di rumah sakit dikarenakan terkena demam berdarah. Jadi kita kehilangan satu personil peserta lomba cerdas cermat nanti. Biasanya jika salah satu personil dari tim kalian tidak bisa ikut maka tim kalian tidak jadi ikut lomba itu....."
Belum selesai Bu Reyn berbicara Ryadi memotong pembicaraan itu "Ya.... Berarti tim 2 nggak jadi ikut lomba ya Bu?" tanya Ryadi.
"Dengarkan Ibu dulu, Biasanya memang begitu. Tapi, dari pengamatan Ibu selama ini Ibu rasa kita bisa mengirimkan dua tim untuk lomba kali ini karena ibu merasa Azra pantas dan bisa untuk mengikuti lomba ini!" ujar Bu Reyn.
Ludah Azra tercekat, dia tidak percaya dengan apa yang telah dia dengar tadi "Benarkah Ibu?" ujar Azra
"Iya, Ibu percaya kalau Azra bisa! Tapi timnya harus kita ganti karena jika Azra gabung dengan kelompok 2 sepertinya kurang pas karena kemampuan Azra dan Silvi sama mereka sama-sama menguasai jurnal. Jadi Silvi pindah ke tim 2 dan Azra gabung dengan tim Ryadi," ujar Bu Reyn.
"Baik Bu," jawab kami menyetujui saran Bu Reyn.
***
Sepulang sekolah Azra begitu bahagia, Zakky yang melihat rona wajah Azra yang bahagia ikut merasakan kebahagiaan itu "Hmmm... Sepertinya adikku ini sedang bahagia nih! Ada apa ya! Bolehlah berbagi sedikit kebahagiaanya bersama kakakmu ini" ujar Zakky.
"Ciahhh.... Kepo!" ujar Azra.
"Yaudah kalo nggak mau berbagi, pulang ini aku nggak mau beliin es krim," ancam Zakky.
"Ehh... Jangan dong! Kak Zakky yang baik, nanti Azra cerita deh. Tapi, jangan lupa beli es krimnya," bujuk Azra.
"Okay! Udah gih cerita," pinta Zakky.
"Hmmm....."
Azra terdiam beberapa detik kemudian melanjutkannya kembali "Hmmm....." Kemudian terdiam kembali.
"Azra, seriusan dikit dong! Aku penasaran tau!" ujar Zakky kesal.
"Hehe.... Iya... Iya....," ujar Azra minta maaf. "Besok aku ikut lomba cerdas cermat akuntansi kak," ujar Azra dengan nada memberikan kejutan.
Zakky yang mendengar pernyataan Azra terkejut dan ikut merasakan bahagia "Wahhh.... Adik kakak ini hebat, kakak bangga punya adik sepertimu," ujar Zakky. "Karena kamu sudah berhasil sampai ketahap ini, kakak mau memberikan hadiah untukmu," ujar Zakky.
"Wahhhh..... Hadiah apa kak?" tanya Azra.
"Besok kakak akan datang ke lokasi lomba khusus untuk menjadi supporter kamu disana," ujar Zakky.
"Terima kasih kak," ucap Azra
"Sama-sama."
Zakky bingung dengan hatinya, ingin rasanya ia mengungkapkan segalanya dan memberi tahu segala kenyataannya kepada Azra tapi dia sudah berjanji dengan tantenya untuk merahasiakan semuanya kepada Azra sampai bila nanti waktunya sudah tepat.
***
MasyaAllah, masih ada ya ternyata cowok seperti Zakky di dunia fiksi 😭 di dunia nyata masih ada nggak ya 😭😭😭
Comment on chapter Ikhwan yang Bersuara Merdu